Rabu, 24 Agustus 2011

DO'A KHATAM AL-QURAN


Ya Allah rahmatilah aku dengan Al-Quran, dan jadikanlah Al-Quran itu untukku sebagai imam, cahaya, petunjuk, dan rahmat.

Ya Allah, ingatkanlah aku ketika lupa darinya, dan berikanlah pengetahuan atas kebodohanku, dan berikanlah rezeki kepadaku dengan membacanya sepanjang malam dan siang, dan jadikanlah Al-Quran itu sebagi hujjah (penjelas) bagiku wahai Tuhan Pemelihara Alam.

Ya Allah, berikanlah kemaslahatan kepadaku, agamaku yang mana (agama itu) menjadi peneguh (penguat) dalam urusanku. Dan berikanlah kemaslahatan untuk duniaku karena dunia itu merupakan tempat hidup dan kehidupanku. Dan berikanlah kemaslahatan untuk akhiratku karena akhirat merupakan tempat kembalinya aku. Dan jadikanlah kehidupanku untuk menambah kebaikanku. Dan jadikanlah kematianku akhir dari segala perbuatan burukku.

Ya Allah, jadikanlah kebaikan di akhir umurku, dan jadikanlah sebaik-baiknya amal perbuatan di akir hayatku, dan sebaik-baiknya hari ketika aku bertemu dengan-Mu.

Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu kehidupan yang menyenangkan, kematian yang nyaman, dan tidak dikembalikan pada tempat yang hina dan buruk.

Ya Allah, aku meminta kepada-Mu perkara yang baik, permintaan yang baik, kemenangan yang baik, pengetahuan yang baik, perbuatan yang baik, pahala yang baik, kehidupan yang baik dan kematian yang baik. Tetapkanlah (teguhkanlah) aku, beratkanlah timbanganku, kuatkanlah imanku, angkatlah derajatku, terimalah shalatku, ampunilah kesalahanku, dan aku meminta kepada-Mu tempat yang tinggi (mulia) di surga.

Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu akan rahmat-Mu, keinginan yang kuat akan ampunan-Mu, keselamatan dari setiap dosa, kekayaan yang didapat dengan cara yang baik, kemenangan dengan mendapatkan surga, dan terbebas dari api neraka.

Ya Allah, baikkanlah kesudahan kami atas setiap urusan, dan bebaskanlah kami dari kejelekan dunia dan azab akhirat.

Ya Allah, berikanlah kepada kami sebagian dari rasa takut kepada-Mu atas apa-apa yang menghalangi antara kami dengan bermaksiat kepada-Mu, dan dari ketaatan kepada-Mu atas apa-apa yang telah Engkau berikan kepada kami dengan surga-Mu, dan keyakinan yang akan merendahkan kami dengan cobaan dunia, dan kesenangan dengan pendengaran kami, penglihatan kami, kekuatan kami, atas kehidupan yang telah Engkau berikan kepada kami, dan jadikanlah pewaris dari kami, dan jadikanlah pembalas atas orang yang telah menzalimi kami, dan tolonglah kami atas orang yang memusuhi kami dan janganlah Engkau jadikan kami sebagai musibah di dalam agama kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia itu sebagai tujuan utama kami, dan tidak ada tempat untuk menyampaikan pengetahuan kami, dan janganlah Engkau memberikan kekuasaan kepda kami atas orang yang tidak menyayangi kami.

Ya Allah janganlah Engkau sisakan suatu dosa untuk kami melainkan Engkau mengampuninya, dan janganlah Engkau sisakan kesusahan untuk kami melainkan Engkau melapangkannya, dan janganlah Engkau sisakan hutang untuk kami melainkan Engkau membayarnya, dan janganlah Engkau sisakan untuk kami atas kebutuhan-kebutuhan dunia dan akhirat melainkan Engkau membebaskannya wahai yang Maha Penyayang.

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka. Dan shalawat Allah atas nabi kita Muhammad dan atas keluarganya para sahabatnya yang terpilih dan kesejahteraan yang baik atas mereka.

sumber: Al-Quran dan Terjemahnya, Penerbit Dipenogoro, Bandung

Kamis, 18 Agustus 2011

JUAL BELI DENGAN ALLAH


Kehidupan dunia dapat diibaratkan seperti pasar. Penjualnya adalah manusia dan pembelinya adalah Allah. Barang dagangan manusia adalah semua amalan dalam kehidupannya. Bagi mereka yang memiliki barang dagangan berupa amalan yang baik, maka Allah membelinya dengan memberinya surga. Bagi mereka yang memiliki barang dagangan yang tidak baik, berupa kemaksiatan dan kesyirikan, maka Allah memberinya hukuman sesuai dengan kezaliman yang dia lakukan.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah : 111)

Dalam pasar kehidupan ini, terbentuk sebuah interaksi yang menarik dimana manusia adalah seorang yang miskin dan sangat membutuhkan suatu keuntungan dari jual beli tersebut, sedangkan di sisi yang lain, Allah adalah Maha Kaya dan Maha Mulia. Allah sama sekali tidak membutuhkan keuntungan dari kegiatan jual beli ini. Akan tetapi, sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hambanya pasar ini diciptakan, agar manusia bisa meraih sebanyak-banyaknya keuntungan, dimana hal ini untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Wahai hambaku!, sesungguhnya kalian sekali-kali tidak akan pernah merugikanku dan sekali-kali tidak akan pernah menguntungkanku. (HR Muslim)

Motif keuntungan yang melandasi kegiatan jual beli manusia bermacam-macam. Ada yang motif duniawi karena hanya menuruti setan dan hawa nafsu, ada yang motifnya untuk mendapatkan ridho Allah, dimana Allah akan membayarnya dengan surga. Surga dengan tingkatan-tingkatannya akan menjadi pemberian Allah kepada manusia-manusia yang bertaqwa, sesuai dengan tingkatan amalannya di dunia.

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS As-Shaaf : 10 – 13)


Dalam berjual beli dengan Allah juga ada aturan mainnya. Allah menjelaskan aturan mainnya dalam Al-Quran dan Al-Hadis, yang disampaikan melalui utusannya yaitu Rasulullah Muhammmad SAW. Nabi Muhammad adalah sebaik-baiknya pedagang yang harus dijadikan sebagai panutan bagi setiap orang yang menginginkan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dalam jual beli dengan Allah. Manusia harus melakukan perdagangannya sesuai aturan dan ketetapan Allah dan Rasulnya apabila mereka ingin menjadi pedagang yang tidak merugi.

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, (QS. Fathir : 29)

Waktu jual beli bagi manusia juga terbatas, karena kehidupan manusia dibatasi oleh kematian.
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan” (QS. Ibrahim : 14).

Namun ada barang dagangan yang dapat dituai hasilnya terus hingga hari kiamat, layaknya investasi yang terus berkembang. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

“Apabila seorang anak Adam meninggal, maka akan terputus amalannya kecuali tiga perkara : shadaqoh jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kepadanya”.


Dengan demikian marilah kita tingkatkan amal ibadah kita, baik dari sisi kuantitas dan kualitasnya, sehingga Allah SWT. tertarik untuk membeli barang dagangan kita.

Sabtu, 18 Juni 2011

WASPADAI FITNAH


Kata fitnah berasal dari kata ‘Fatana’, yang berarti api yang digunakan untuk menguji keaslian emas. Dengan demikian, fitnah di sini bisa diartikan sebagai proses untuk mengetahui mana yang asli dan mana yang palsu. Inilah hikmah dari fitnah yaitu untuk menguji keimanan manusia. Seperti dapat dilihat pada QS Al ’Ankabut ayat 2:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:” Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”.

Semakin mendekati akhir zaman, fitnah yang terjadi di dunia akan semakin banyak, sesuai dengan sabda Rasulullah berikut:

Sesungguhnya sebelum terjadinya hari kiamat akan timbul berbagai fitnah bagaikan sepotong malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seseorang masih beriman, tetapi pada pagi harinya telah menjadi kafir. Pada saat itu orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada berlari. Karena itu pecahkanlah kekerasanmu, potonglah tali busurmu, dan pukulkanlah pedangmu ke batu (yakni jangan kamu gunakan untuk memukul atau membunuh manusia - Penj.). Jika salah seorang di antara kamu terlibat dalam urusan (fitnah) itu, maka hendaklah ia bersikap seperti sikap terbaik dari dua orang putra Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil).” (Musnad Ahmad 4:408; Aunul Ma’bad Syarah Sunan Abu Daud 11: 337; Sunan Ibnu Majah 2:1310; dan Mustadrak Al-Hakim 4:440. Dan hadits ini juga dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir 2:193, hadits nomor 2045).

Fitnah ini terdiri dari dua macam. Ibnu Qayim Al Jauziyyah rahimahullah berkata dalam bukunya Ighatsatul Lahafan:
"Fitnah itu dua macam: fitnah syubhat dan fitnah syahwat. Fitnah syubhat lebih besar bahayanya dari yang kedua. Maka fitnah syubhat ini terjadi disebabkan lemahnya bashirah dan sedikitnya ilmu."

FITNAH SYUBHAT
Fitnah syubhat bisa diartikan menjadi samarnya antara yang benar dan yang salah. Yang halal dan yang haram, yang sunnah dan yang bid'ah, yang haq dan yang bathil, tidak bisa dibedakan. Hal ini dikarenakan manusia tidak lagi berpegang teguh pada Al Quran dan Al Hadis. Manusia lebih mengutamakan menggunakan akalnya atau lebih mengutamakan menggunakan perasaan dan hawa nafsunya dalam menilai sesuatu. Bisa juga fitnah ini muncul karena adanya orang-orang yang memalingkan arti dari Al-Qur'an, atau karena adanya sejumlah orang mengaku menggunakan dalil hadis padahal hadis tersebut palsu.

Produk dari fitnah syubhat ini adalah kekufuran, kesesatan, kemunafikan, dan pengagungan terhadap bid'ah-bid'ah.

FITNAH SYAHWAT
Fitnah syahwat adalah bencana atau kerusakan yang terjadi karena manusia mengikuti apa-apa yang disenangi oleh hawa nafsu yang keluar dari batasan syari’at. Semua pernak-pernik dan kesenangan dunia, apabila tidak kita kelola dengan baik dalam kerangka syariat, sesuai tuntunan Allah dan Rasulullah, maka semua itu akan dapat menimbulkan fitnah syahwat. Bisa berupa harta benda, tahta, wanita, anak-anak, popularitas, gengsi, kemuliaan, dan lain sebagainya.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). [Ali Imran :14]

Fitnah syahwat yang paling berbahaya adalah fitnah wanita.
Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita”(HR Muslim).

Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal shalih yang prioritas lainnya. Jika wanita itu wanita selain istrinya, maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan dan perzinahan. Fitnah yang berupa wanita, demikian berpotensinya untuk menyebabkan fitnah yang besar. Rasulullah pun berpesan:
” Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim)

Anggota keluarga kita, apabila tidak kita berikan kepada mereka didikan yang baik, maka bisa saja beberapa diantara mereka akan menjadi fitnah bagi kita.
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. [At Taghaabun: 14-15]

Harta dan tahta juga bisa merupakan sumber fitnah yang dapat membinasakan aqidah.
"Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kamu. Tetapi aku khawatir atas kamu jika dunia dihamparkan atas kamu sebagaimana telah dihamparkan atas orang-orang sebelum kamu, kemudian kamu akan saling berlomba (meraih dunia) sebagaimana mereka saling berlomba (meraih dunia), kemudian dunia itu akan membinasakan kamu, sebagaimana telah membinasakan mereka."
[HR. Bukhari, Muslim]


Tidaklah dua srigala lapar yang dilepas pada seekor kambing lebih merusakkannya daripada ketamakan seseorang terhadap harta dan kehormatan (yang merusakkan) agamanya. [HR. Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban dari Ka’b bin Malik Al-Anshari.]

CARA MENANGKAL FITNAH
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Asal seluruh fitnah (kesesatan) hanyalah dari sebab: mendahulukan fikiran terhadap syara’ (agama) dan mendahulukan hawa nafsu terhadap akal. Mendahulukan fikiran terhadap syara’ adalah asal fitnah syubhat, mendahulukan hawa nafsu terhadap akal adalah asal fitnah syahwat. Fitnah syubhat ditolak dengan keyakinan, adapun fitnah syahwat ditolak dengan kesabaran."

Mengenai hal ini Allah berfirman dalam surat Al 'Ashr:
Demi Masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati supaya mentaati kebenaran, dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran. [Al h'AsHr:1-3]

Agar kita tidak termasuk orang yang merugi karena terjebak dan terjerumus dalam fitnah, maka dari itu salinglah menasehati, dan salinglah ber-amar makruf nahi munkar. Saling menasehati dalam kebenaran harus dilakukan agar setiap orang bisa mengetahui bahwa kebenaran yang paling benar adalah yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadis. Selain itu, kita juga harus senantiasa menasehati saudara-saudara kita yang sedang tertimpa fitnah agar mereka selalu senantiasa sabar dan istiqomah.