Hati manusia menyimpan banyak misteri, dan hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui hakikatnya. Manusia hanya diberi sedikit dari ilmuNya mengenai hati ini.
Yang perlu kita ketahui, Hati adalah raja bagi komponen-komponen lain yang ada dalam diri manusia.
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging yang kalau dia baik maka akan baik pula seluruh anggota tubuh, dan kalau dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuh, ketahuilah dia adalah hati.” (Muttafaqun alaih)
Al Gazali mengatakan bahwa hati mempunyai dua jenis unit tentara sebagai bawahannya, yaitu unit yang dapat dilihat dengan mata kepala dan yang hanya dapat dilihat dengan mata hati. Yang dapat dilihat dengan mata kepala adalah anggota badan, sedang yang hanya dapat dilihat dengan mata hati adalah daya-daya seperti daya penglihatan, daya pendengaran, daya hayal, daya ingat, daya fikir dan daya hafal, yang bekerja dengan sistem yang sangat canggih dan hanya Allah yang mengetahui hakikatnya. Dari kombinasi tentara lahir dan batin itu dapat lahir kehendak (iradah), marah (ghodob), keinginan (syahwat), pengetahuan (ilmu), dan persepsi (idrak).
Berhubung manusia adalah mahluk sosial, antara hati manusia yang satu dengan yang lainnya tentunya terjadi interaksi. Ini bisa merupakan interaksi yang sehat dan bisa juga interaksi yang jelek. Bentuk interaksi yang terjadi tergantung dari kondisi masing-masing hati manusia yang bertemu.
“Ruh-ruh itu adalah tentara-tentara yang selalu siap siaga, yang telah saling mengenal maka ia (bertemu dan) menyatu, sedang yang tidak maka akan saling berselisih (dan saling mengingkari)”. (HR. Muslim)
Kita harus bersyukur karena Allah Subhananllahu Wata'ala mempersatukan hati-hati manusia dalam satu keimanan dan ketakwaan, yaitu Islam.
Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Anfaal:63)
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Al Imron:103)
Karena hatinya orang-orang beriman itu satu, maka orang-orang yang beriman adalah bagaikan satu tubuh, dan saling melengkapi. Apabila satu sakit, yang lain juga ikut merasa sakit. Apabila yang satu memiliki kekurangan, maka yang lainnya melengkapinya dengan kelebihan yang mereka miliki.
"Perumpamaan seorang Mukmin dan Mukmin yang lainnya dalam cinta dan kasih sayang mereka bagaikan tubuh yang satu. Apabila salah satu anggota tubuhnya ada yang sakit, seluruh tubuh yang lain merasa sakit dan demam." (HR Muslim).
Ikatan hati yang seperti inilah yang kemudian menjadikan umat nabi Muhammad SAW ini sebagai umat yang terbaik yang ada di muka bumi ini.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. .... (QS. Al Imron : 110)
Sebagai suatu sosok individu, tentunya tidaklah ada sosok yang sempurna, namun ketika individu itu berada dalam suatu kelompok orang yang beriman, maka umat ini akan nampak sebagai suatu kesatuan yang kokoh. Karena saling tolong menolong dalam kebaikan, dan saling mencegah agar tidak terjerumus ke dalam kemungkaran.
Untuk mencapai persatuan ikatan hati yang demikian, Rasulullah berpesan:
Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu berkata, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian saling dengki, jangan saling menipu, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan jangan kalian membeli suatu barang yang (akan) dibeli orang. Jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, tidak layak untuk saling menzalimi, berbohong kepadanya dan acuh kepadanya. Taqwa itu ada disini (beliau sambil menunjuk dadanya 3 kali). Cukuplah seseorang dikatakan jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Haram bagi seorang muslim dari muslim yang lainnya, darahnya, hartanya, dan harga dirinya” (HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk bisa mencapai suatu tingkatan hati yang unggul, maka setiap orang yang beriman harus berbuat baik dan memuliakan saudaranya sesama muslim. Saling meringankan beban saudaranya.
Masing-masing manusia pada dasarnya memiliki kelemahan pada sisi-sisi hati tertentu. Allah memberinya cobaan pada sisi hati yang lemah itu, agar hambaNya tersebut bisa belajar memperbaiki kelemahannya sehingga bisa menjadi semakin kuat hatinya. Pada sisi-sisi hati yang kuat, Allah juga mencoba memberinya amanat atau rejeki untuk menguji keistiqomahannya. Begitulah hati diuji, karena pada dasarnya hati dalam kondisi labil dan bisa terbolak-balik atau berubah haluan.
Rasullah bersabda: “Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu.” (HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik )
Jadi tidak ada alasan bagi setiap muslim untuk saling iri, dengki, hasut, menghina, berprasangka buruk, dan lain sebagainya terhadap saudaranya. Ini karena masing-masing manusia telah memiliki ketentuan mengenai cobaan, rejeki, dan amanat yang harus dia emban.
Maka dari itu, dalam upaya pembelajaran kehidupan inilah sesama muslim harus saling meringankan beban saudaranya.