Membaca buku berjudul "Onward" karya Howard Schultz (pendiri Starbucks) dan Joanne Gordon memberikan sebuah gambaran pentingnya rasa cinta dan sense of belonging serta gairah dalam mengelola perusahaan. Selain itu perlu adanya suatu tujuan mulia yang jelas dan diyakini bersama untuk memberi alasan kenapa perusahaan tersebut harus terus ada sehingga perlu melakukan segala upaya untuk mewujudkannya. Terus belajar pada masa lalu, memperbaiki diri dan berinovasi.
Starbucks merupakan icon brand yang mendunia. Kesuksesan kedai kopi ini tidak terlepas dari perjalanan hidup founder-nya yakni Howard Schultz dalam menerapkan dan menjaga nilai-nilai inti dan budaya Starbucks agar tetap terjaga dan kuat sehingga mampu bertahan dalam kondisi ekonomi terburuk sekalipun pada era krisis ekonomi global tahun 2008.
Starbucks memberikan contoh kasus sukses bagaimana sebuah perusahaan berhasil merancang perubahan dan menjaga nilai-nilai inti perusahaan dan secara bersamaan menghadapi krisis.
Awalnya Howard Schultz hanyalah seorang kepala bagian pemasaran untuk 4 toko milik pabrik kopi kecil yang bernama Starbucks pada tahun 1982. Saat itu belum ada inspirasi mengenai bisnis kopi yang filofosis. Penjualan kopi hanya dilakukan sebatas penjualan rutinitas, tidak banyak memberi arti. Sampai akhirnya dia berkesempatan mengunjungi Italia dan mencoba menikmati kopi di beberapa kedai kopi lokal. Disana dia menemukan ritual yang khas pada kedai-kedai kopi kecil di Italia tersebut. Mulai dari pelayanannya, jalinan komunikasi yang terbentuk, aksi para barista, rasa kopinya, suasananya, dan lain-lain. Karakter dan pengalaman yang dialami selama berada di kedai-kedai kopi lokal Italia itu memberikan dia inspirasi. Dia merasakan dan menyadari bahwa seharusnya seperti inilah sebuah kedai kopi menjual kopi. Menjual kopi seharusnya bukan hanya dianggap sebatas sebuah "pekerjaan" namun sebuah "gairah" yang terasa seperti sebuah "teater" yang memberikan pengalaman yang menyatu dan tak terlupakan.
Setelah kembali ke Amerika Serikat, dia menceritakan pengalaman-pengalaman yang mengispirasi selama di Italia tersebut kepada atasannya, para pendiri Starbucks. Namun sayangnya hal itu dipandang sebelah mata. Akhirnya pada tahun 1986 Howard keluar dari Starbucks dan mencoba mendirikan kedai kopi sendiri yang diberi nama "Il Giornale". Di kedai kopi inilah dia menerapkan inspirasi-inspirasinya. Usahanya terus berkembang.
Enam belas bulan kemudian, ternyata Howard mampu membeli kedai kopi Starbucks, tempat dia dulu bekerja. Dia mempertahankan nama "Starbucks", dengan penuh keyakinan bahwa nama ini mencerminkan apa yang menjadi visinya untuk menciptakan merek nasional untuk kopi yang dia sebut sebagai "Starbucks Experience" dan menjadi "tempat ketiga" bagi semua orang (setelah rumah dan kantor) untuk berinteraksi sosial secara mewah namun terjangkau. Untuk itu Starbukcs harus mampu menawarkan "hubungan emosional" yang baik sebagai komoditas sejatinya, baik dengan mitra maupun dengan pelanggan.
Pengalaman masa kecil juga mengajarkan Howard untuk mendirikan sebuah perusahaan yang benar-benar memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Ayah Howard adalah seorang veteran perang yang tidak berpendidikan dan meskipun ia bangga dengan status tersebut, kenyataannya dia tidak pernah mendapatkan tempat yang layak di dunia. Ia berpindah-pindah pekerjaan. Mulai dari menjadi pengemudi truk, pekerja pabrik, hingga supir taksi. Suatu ketika di tahun 1960-an ia mengalami kecelakaan dan tidak lagi mampu bekerja sehingga mendapatkan pemutusan hubungan kerja sepihak dari perusahaan, tanpa pesangon dan tanpa tunjangan kesehatan. Akhirnya ayah Howard meninggal di tahun 1988 karena kanker paru-paru. Ia tidak memiliki tabungan pensiun. Howard menilai bahwa ayahnya tidak pernah menemukan kepuasan dan makna dalam pekerjaannya. Karena itulah Howard bertekad mendirikan sebuah perusahaan yang tidak sempat dimasuki oleh ayahnya. Suatu perusahaan yang mampu memberikan tujuan dan makna. Karyawan menyukai bekerja di perusahaan itu, dan perusahaan pun harus membalas rasa suka tersebut secara layak.
Sejak tahun 1992 hingga 2000, setelah 15 tahun mengelola Starbucks sebagai CEO, Howard telah mampu membawa Starbucks meraih capaian penting. Gerai Starbucks telah mencapai 2.600 gerai di 13 negara dan pendapatan hampir mencapai 2 miliar dolar. Sejak 1992, pertumbuhan tahunan keseluruhan sebesar 49%. Akhirnya Howard menyadari bahwa dia sedikit merasa bosan, namun tetap bergairah. Diapun memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan CEO. Dewan komisaris dan dirinya mengangkat Orin C. Smith sebagai CEO baru. Sementara Howard sendiri berperan sebagai Chairman dan Chief Global Strategist.
Waktu terus berlalu. Orin dinilai cukup berhasil sebagai CEO. Jumlah gerainya meningkat drastis di seluruh dunia. Setelah masa jabatan Orin habis, dipilihlah Jim Donald sebagai CEO. Rutinitas di Starbucks terus berlanjut. Starbucks terus tumbuh. Bahkan sempat Starbucks merambah dunia hiburan. Penjualan CD kompilasi musik yang dijual di gerai dinilai sukses, bahkan eksperimen music bar juga dibilang cukup berhasil. Penjualan buku-buku juga sukses, banyak yang menjadi best seller dan mengorbitkan nama pengarangnya.
Lambat laun Howard menyadari bahwa ada hal-hal yang tidak semestinya terjadi Starbucks. Ini disadarinya dalam rutinitas melakukan banyak kunjungan di gerai-gerai Starbucks di seluruh dunia semenjak menjabat sebagai Chairman & Chief Global Strategist. Nilai-nilai Starbuck Experiences mulai hilang. Banyak gerai yang mulai kurang memperhatikan hal ini. Mesin-mesin espresso baru yang terlalu jangkung memang efisien, namun menghalangi pengunjung menikmati aksi para barista. Perhatian untuk menjaga aroma kopi yang khas di gerai-gerai mulai berkurang. Kemungkinan karena cara yang salah dalam menyimpan dan mengirimkan biji kopi. Gerai-gerai lebih memilih mengirim dan menyimpan kopi dalam bentuk yang telah dipanggang dan digiling karena dinilai lebih efisien. Penjualan breakfast sandwich, walau dinilai mampu menaikkan pendapatan setiap gerai yang menjualnya, dinilai tidak sesuai dengan nilai inti Starbucks sebagai penjual kopi. Aroma bahan-bahan sandwich yang menyengat merusak suasana aroma kopi di gerai. Interior gerai-gerai juga mulai kurang diperhatikan, semakin kehilangan kehangatan dan kenyamanan.
Karenanya Howard merasa perlu menyampaikan unek-uneknya tersebut agar Starbuck kembali ke nilai-nilai inti dan tradisi perusahaan untuk menghadirkan Starbuck Experiences yang murni pada setiap gerainya. Uneg-uneg ini awalnya hanya disampaikan di internal perusahaan. Namun ternyata bocor hingga ke publik dan menjadi bahan perbincangan. Howard mengkhawatirkan hal ini akan mempengaruhi hubungannya dengan Jim yang sedang menjabat sebagai CEO. Sampai sejauh ini tidak ada masalah. Namun perbicangan publik terus berlanjut, seolah memiliki kehidupannya sendiri.
Howard meyakini bahwa merek yang terbangun dengan baik merupakan kulminasi dari hal-hal yang tak dapat dirasakan dan mungkin tidak mengalir secara langsung ke kenaikan pendapatan atau profitabilitas perusahaan. Tetapi hal-hal tersebut ikut membentuk teksturnya. Jika hal-hal penting yang tak dapat dirasakan secara langsung ini ditinggalkan, maka akan menimbulkan dampak negatif yang mungkin seringkali terasa kecil dan diabaikan, namun secara kolektif akan sangat merugikan. Apalagi jika dibiarkan dalam jangak panjang. Kondisi Starbucks secara korporasi secara kasat mata mungkin masih relatif baik. Gerai baru terus dibuka. Namun kenyataannya nilai-nilai perusahaan untuk menampilkan "teater kopi" terbaik mulai tergerus oleh alasan efisiensi dan meningkatkan laba per gerai. Walaupun hal ini masih pada level-level yang mungkin masih kecil dan belum terlihat ke permukaan. Namun Howard telah melihat ancaman itu mulai mengusik perusahaan yang didirikannya.
Hari demi hari Howard mearasa semakin frustasi. Dia belum melihat perubahan di Starbucks seperti yang dia inginkan, sesuai unek-unek yang sempat dia sampaikan. Akhirnya terbersit pemikiran untuk kembali menjadi CEO. Setelah berdiskusi dengan banyak orang dan mendapatkan dukungan Dewan Komisaris, Howard kembali menjabat sebagai CEO Starbucks pada Januari 2008.
Howard segera melakukan keputusan-keputusan cepat dalam rangka melaksanakan program transformasi yang dia gadang-gadang. Misalkan melakukan pelatihan kembali 135.000 barista dalam penyiapan minuman espresso, mulai dari cara menyeduh kopi hingga cara steaming susu. Howard segera menghentikan penjualan breakfast sandwich yang dinilainya tidak sesuai dengan nilai murni Starbucks dan aromanya menggangu suasana dan aroma kopi di gerai. Dia juga membuat komitmen untuk menyelenggarakan konfrensi kepemimpinan bagi 8.000 manager gerai dan hampir 2.000 mitra lain.
Starbukcs juga mengeluarkan varian produk kopi baru yang diberi nama Pike Place Roast. Sebagai pelengkapnya, Starbucks mengakuisisi perusahaan kecil yang memproduksi mesin kopi seduh yang bermerek Clover. Juga melakukan kolaborasi ulang dengan perusahaan pembuat mesin espresso, Thermoplan, untuk mengganti mesin espresso yang dibuat sebelumnya yang dinilai terlalu jangkung sehingga menghalangi pandangan pelanggan kepada aksi para barista. Terciptalah mesin espresso generasi berikutnya untuk Starbucks yang diberi nama Mastrena. Starbucks juga mencoba menggali potensi dari jejaring sosial online, membangun komunitas Starbucks di dunia maya.
Starbucks juga semakin memperkuat komitmen untuk menggunakan hanya biji kopi arabika bermutu tinggi yang diambil dari perkebunan yang berwawasan lingkungan dan sosial yang baik. Hal ini dilakukan melalui kerjasama dengan Fairtrade dan Conservation International. Ini dilakukan untuk memastikan biji kopi arabika Starbucks diambil dari yang terbaik dan sekaligus sesuai dengan misi pelestarian lingkungan dan sosial.
Hal yang juga dibenahi adalah penyediaan teknologi yang layak dan terupdate di gerai-gerai, misalkan memperbarui sistem point of sales, penyediaan laptop bagi para manager gerai, memastikan akses internet cukup baik, update aplikasi-aplikasi dan software, dan sejenisnya. Terdapat juga program reward melalui Reward Card bagi pengguna setia Starbucks.
Starbucks menghidupkan kembali komitmen inovasi terhadap kesehatan dan meningkatkan nilai gizi produk. Beberapa produk minuman pokok dan makanan panggang telah berhasil dikurangi kandungan kalori dan lemaknya. Dan lebih jauh lagi, Starbucks mempekenalkan produk baru yang sesuai dengan nilai kesehatan dan kebugaran yang diberi nama Vivanno Nourishing Blends, sebuah versi smoothie Starbucks, berupa minuman kental dan dingin dibuat dari pisang asli ditambah air dadih dan tepung protein, susu sapi/kedelai, dan es. Produk ini menghadapi kendala logistik pengiriman buah sebagai bahan baku yang tidak tahan lama. Selain itu, karena Starbucks lebih fokus pada produk baru lainnnya yang bernama Sorbetto, maka akhirnya kurang mendapat perhatian publik.
Sorbetto merupakan produk minuman manis, lembut, dingin yang lezat. Produk baru dan inovatif ini digadang-gadang menjadi produk penyelamat Starbucks. Namun belakangan ternyata menjadi produk gagal karena dinilai mengandung gula dan kurang sesuai dengan standar kesehatan dan diet. Selain itu ada kendala pada biaya bahan baku yang sementara ini mahal karena harus didatangkan dari Italia. Walau telah ada harapan nantinya biaya bahan baku bisa ditekan ketika telah menggunakan bahan baku lokal, namun di awal peluncurannya tersebut tetap saja memberi tekanan kuat pada keuangan Starbucks dalam penyediaan bahan baku dari Italia tersebut. Selain itu ternyata baru disadari bahwa dibutuhkan investasi besar untuk peyediaan alat dan mesin peracik sorbetto. Volume yang terbuang relatif banyak jika dibandingkan dengan yang disajikan kepada pelanggan. Pembersihan mesin-mesin sorbetto cukup lama sehingga menguras gairah para barista terhadap produk ini.
Kegagalan ini mengajarkan bahwa tidak pernah ada sebutir peluru perak yang dapat menyelamatkan perusahaan dalam sekali tembak.
Kembalinya Howard sebagai CEO di tahun 2008 kemudian juga dibayang-bayangi oleh gejolak ekonomi krisis global 2008 yang mulai berlangsung dan terus berlanjut semakin parah. Masyarakat sedang mengurangi konsumsi harian mereka. Termasuk mengurangi berkunjung ke Starbucks.
Di awal-awal kembalinya Howard sebagai CEO, Starbucks masih belum menunjukkan kenaikan pendapatan perusahaan secara signifikan. Penelitian yang diadakan oleh perusahaan menunjukkan bahwa hal ini bukan disebabkan karena faktor pesaing, namun lebih diakibatkan tata kelola internal Starbucks sendiri. Akhirnya keputusan berat pun diambil. Starbucks harus menutup 600 gerai yang dinilai kurang berprestasi di Amerika Serikat atau 8% dari jumlah total gerasi dan kios yang dioperasikan Starbucks di Amerika Serikat. Temuan yang menarik adalah 70% dari gerai yang akan ditutup tersebut adalah gerai yang baru dibuka dalam 3 tahun terakhir. Hal ini mengajarkan Howard bahwa kesuksesan Starbucks ternyata tidak bisa hanya diukur sebatas dari pertumbuhan jumlah gerai secara total. Namun perlu ada perhatian lebih detail dan rinci hingga pada level per gerai dan aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya.
Laba yang menurun tidak menyurutkan Howard untuk melaksanakan konferensi kepemimpinan Starbucks. Dia memilih New Orleans sebagai lokasi konferensi. Kota yang sedang dalam fase pemulihan pasca mengalami bencana badai. Selain menikmati konfrensi, para peserta dan termasuk Howard sendiri ikut berpartisipasi melibatkan diri menjadi sukarelawan dalam membangun kembali kota New Orleans. Hal ini dinilai mampu menaikkan moral karyawan dan mitra Starbucks dalam menghadapi krisis ekonomi yang sedang berlangsung.
Starbucks juga meluncurkan iklan terbarunya di televisi yang mendorong orang untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum dan Starbucks akan memberi mereka secangkir kopi cuma-cuma setelah melakukan pemilihan. Iklan itu ditayangkan di sela-sela acara TV dengan rating tertinggi. Walau hanya tampil satu kali, tim digital Starbucks segera melanjutkan penayangannya melalui media digital dan media sosial Starbucks. Hal ini meningkatkan reputasi Starbucks yang baik. Upaya ini juga secara positif menjadi sarana berinteraksi dengan pelanggan dengan biaya yang rendah, sehingga membuat orang-orang masih menyadari kehadiran merek Starbucks ditengah-tengah mereka.
Howard menyadari bahwa Starbucks tidak mampu mengendalikan kondisi perekonomian global yang sedang bermasalah. Namun masih dapat mengendalikan semaksimal mungkin terhadap kegiatan operasi. Segala upaya perlu dilakukan agar Starbucks mampu bertahan secara finansial di tengah krisis ekonomi. Starbucks terus menerapkan langkah-langkah untuk memangkas pengeluaran dan membuat proses-proses lebih efisien. Memperbaiki jaringan perdagangan barang, merampingkan operasi gerai, memperbarui sistem IT, menerapkan sistem operasi yang lebih disiplin dan meningkatkan kecepatan pelayanan.
Starbucks juga terus berinovasi. Mengeluarkan produk kopi bubuk kemasan instan yang diberi nawa VIA. Awalnya sempat diragukan, namun ternyata tidak mengecewakan. Starbucks mencoba melakukan kerjasama dengan developer game Blizzard yang memiliki produk game iconic dan populer "World of Warcraft" yang memiliki komunitas fanatik. Namun kerjasama ini dinilai cukup beresiko karena produk Blizzard tersebut dinilai berbeda jauh dengan nilai intisari Starbucks.
Breakfast sandwich yang awalnya ditiadakan mulai dijajakan lagi di gerai Starbucks. Hal ini dilakukan karenan banyaknya tuntutan pelanngan di dunia maya. Tentu saja breakfast sandwich yang disajikan tidak lagi seperti sebelumnya. Bahan-bahannya diperbaiki kualitasnya dan begitu juga dengan cara memasak dan cara penyajiannya, sehingga tidak lagi menimbulkan aroma yang mengganggu aroma kopi dan suasana Starbucks Experience di gerai.
Starbucks juga meluncurkan gerai baru dengan desain yang unik dan tidak akan seperti gerai-gerai lain. Dalam proses percobaan ini gerai tersebut tidak diberi nama Starbucks tetapi diberi nama sesuai nama jalan tempat gerai itu berada dan hanya diberi label "Inspired by Starbucks".
Pada bulan Juni 2009 tanda-tanda keberhasilan transformasi Howard mulai nampak. Desain gerai baru mendapatkan banyak pujian. Mitra-mitra semakin memperhatikan dan mempraktekkan prinsip-prinsip Lean dan semakin efisien dan efektif. Skor keramahan mitra naik 6%. Kecepatan pelayanan naik 10 poin. Kepuasan pelanggan naik 8%. VIA sukses melebihi target yang ditetapkan dan tengah bersiap untuk rencana peluncuran secara nasional. Starbucks meraih peringkat 1 untuk merek paling menarik dalam media sosial. Rencana menghemat biaya berhasil melampaui target per kuartal dan memperbesar margin operasi. Angka komparasi naik dari minus 7% dalam bulan April menjadi minus 4% dalam bulan Juni. Harga saham akhir bulan Juni ditutup pada USD 13,89, naik 41% dibandingkan angka pada awal tahun. Starbuks menduduki peringkat 1 di Zagat rating untuk kopi dengan rasa terbaik.
Howard juga meningkatkan komitmen memberi bantuan kepada petani-petani kopi. Kolaborasi dengan Fairtrade dan Conservation International semakin baik. Di Rwanda, Howard berdiskusi dengan seorang petani wanita lokal, dia bertanya apakah yang menjadi cita-cita bagi keluarganya. Wanita itu menjawab bahwa ia ingin memperoleh pendapatan cukup besar untuk bisa membeli sapi Friesian sehingga dapat memperoleh susu lebih banyak bagi keluarganya. Howard pun memberikan bantuan seokor sapi. Bahkan hal ini berlanjut semakin serius dengan adanya kerjasama antara Starbucks dengan Heifer International, sebuah organisasi nirlaba yang menyediakan bantuan penyediaan hewan ternak bagi penduduk miskin di seluruh dunia.
Pada kuartal ketiga 2009 akhirnya Starbucks mampu meraih laba pertamanya setelah semenjak kuartal pertama 2008 mengalami kerugian. Pendapatan yang diraih adalah 152 juta dolar dibanding rugi hampir 7 juta dolar setahun sebelumnya. Starbukcs mendapat pujian dari The Wall Street Journal atas keberhasilannya mengubah diri selama masa resesi ekonomi global.
Langkah selanjutnya, Howard mengalihkan fokus kepada Starbucks Coffe International. Unit ini meliputi semua gerai dan produk kemasan di luar Amerika Serikat. Howard meyakini kunci kesuksesan Starbucks selanjutnya ada di luar negeri. Berkaca kepada pengalaman-pengalaman sebelumnya bahwa pertumbuhan yang hanya dilakukan demi pertumbuhan adalah sebuah kebijakan yang keliru. Oleh karena itu Starbucks harus tumbuh secara cerdas dan memberikan perhatian sampai kepada hal-hal yang detail. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan Starbucks di luar negari, hal-hal detail berarti mempertimbangkan relevansi dengan unsur-unsur lokal setempat dan dengan tanpa melunturkan merek.
Upaya-upaya tersebut mulai dia rasakan. Misalkan pada gerai Starbucks di China. Dia melihat banyak inovasi lokal yang sukses. Diantaranya adalah Black Sesame Green Tea Frappucino. Mirip dengan Green Tea Frappucino yang diciptakan di Jepang. Teh hijau dinilai merupakan bahan pokok dalam budaya China. Sedangkan Wijen (sesame) Hitam adalah bahan yang biasa digunakan dalam masakan China dan dipercaya memiliki khasiat terhadap kesehatan. Dorongan inovasi entrepreneurial semacam inilah yang diharapakan oleh Starbucks ketika tampil di seluruh dunia. Starbucks dimanapun berada harus mengerti kebutuhan pelanggan yang ingin mencicipi produk-produk Starbukcs, bukan sajian yang ada di toko sebelah. Akan tetapi para pelanggan internasional akan senang jika Starbucks menyajikan produk yang telah disesuaikan dengan tradisi mereka.
Kesuksesan Starbucks terus berlanjut. Dalam tahun fiskal 2010 pendapatan Starbucks meningkat menjadi 10,7 miliar dolar US. Pendapatan operasi meningkat dari 857 juta dolar menjadi 1,4 miliar dolar, naik 562 juta dolar dalam tahun fiskal 2009. Marjin operasi dalam setahun penuh yang mencapai 13,3% merupakan marjin operasi paling terkonsolidasi dalam sejarah Starbucks. Melampaui angka tertinggi sebelumnya, 12,3% di tahun fiskal 2005.
VIA juga mencatatkan rekor fantastis hanya dalam 10 bulan di pasaran. Penjualannya mencapai 100 juta dolar. Perlu diketahui, tidak banyak produk eceran (hanya 3%) Amerika Serikat yang mampu menghasilkan penjualan di atas 50 juta dolar di tahun pertamanya. Tapi VIA berhasil melakukannya. Starbucks langsung mengeluarkan beberapa produk varian VIA : decaf, kopi es, VIA dengan citarasa vanila, moka, karamel,dan kayu manis.
Sebagai penutup, berikut aspirasi dan 7 sasaran (atau yang disebut sebagai 7 langkah besar) Starbucks yang digunakan Howard dan tim dalam membawa kesuksesan Starbucks.
Aspirasi : Untuk menjadi perusahaan besar yang tahan lama dengan salah satu merek yang paling diakui dan disegani di dunia, yang terkenal karena mengilhami dan mengembangkan semangat manusiawi.
7 Langkah Besar :
- Menjadi otoritas kopi yang tak perlu diperdebatkan : Starbucks berhasil mewujudkan melalui produk Pike Place Roast, penggunaan mesin espresso Mastrena, dan mesin kopi Clover
- Merangkul dan mengilhami mitra-mitra kami : Starbucks mempererat hubungan dengan para Mitra dan meyakinkan mereka bahwa mereka harus juga memiliki kepedulian yang sama terhadap Starbucks.
- Menyulut ketertarikan emosional dengan para pelanggan kita : Starbucks menggabungkan Reward dan Gold Cards menjadi My Starbucks Rewards. Program ini dinilai berhasil menarik pelanggan mengunjungi gerai-gerai Starbucks lebih sering. Selain itu ada MyStarbucksidea.com sebagai wadah komunitas di dunia maya, tempat Starbucks menampung semua gagasan pelanggan. Starbucks juga aktif di media sosial dan website dan juga meluncurkan aplikasi-aplikasi smartphone yang informatif dan aplikatif. Starbucks bekerjsama dengan Digital Ventures meluncurkan Starbucks Digital Network untuk menghadirkan informasi tentang komunitas dan konten premium gratis bagi pelanggan yang memabawa laptop dan piranti mobile. Melalui Lean Techniques, Starbucks mampu mengefisienkan dan mengefektifkan operasional gerai-gerai dan mendorong partisipasi aktif karyawan dalam melahirkan ide-ide dalam meningkatkan pelayanan dan operasional.
- Memperluas presensi global kita sambil menjadikan tiap gerai sebagai sebuah pusat di lingkungan masing-masing: Starbucks Coffe Internasional akan tetap menjadi sumber pertumbuhan di masa mendatang. Ekspansi di China juga merupakan langkah strategis karena China Raya berpotensi menjadi pasar utama kedua Starbucks. Desain dan konsep gerai baru juga terus diperkenalkan, dan memanfaatkan bahan-bahan setempat dan bekerjasama dengan pengrajin lokal untuk menciptakan ruang-ruang yang mampu membuat pelanggan merasa betah. Gerai-gerai mercantile yang merupakan gerai percobaan juga terus memberikan kontribusi positif dalam memberikan ide dan gagasan baru bagi Starbucks.
- Menjadi pemimpin dalam membeli bahan baku secara etis dan dalam kepedulian kepada masalah lingkungan : Pengadaan bahan baku, Starbukcs terus meningkatkan kopi yang dibeli yang sesuai dengan C.A.F.E Practice. Starbucks terus membeli kopi dari Faitrade menjadikannya sebagai pembeli kopi Fairtrade terbesar dunia. Di Rwanda sapi-sapi didistribusikan dengan menggunakan penggalangan dana mitra-mitra Starbucks. Melayani Masyarakat merupakan program wajib Starbucks. Dampak lingkungan juga terus diperhatikan untuk memastikan gerai-gerai makin ramah lingkungan.
- Menciptakan platform-platform pertumbuhan inovatif yang berharga untuk kopi kita : Kesuksesan Starbucks pada poin ini bisa dilihat dari kesuksesan produk kopi kemasan dengan merek VIA. Selain itu Starbucks juga belajar dari kegagalan produk Sorbetto.
- Menciptakan model perekonomian yang berkelanjutan : Reduksi biaya terus dilakukan dalam rangka efisiensi. Jaringan perdagangan barang semakin ditingkatkan untuk memastikan distribusi barang berhasil dikirimkan secara sempurna, tepat waktu, lengkap, tanpa kesalahan ke gerai-gerai Starbucks. Teknologi gerai juga ditingkatkan baik penyediaan laptop yang layak bagi Manager Gerai, perbaikan sistem point of sales, dan penyediaan aplikasi-aplikasi yang mengotomatiskan dan memudahkan proses-proses. Membangun Tim Kepemimpinan Senior merupakan langkah yang perlu dilakukan, dimana dilakukan pertemuan rutin membahas upaya-upaya memajukan perusahaan dengan tetap belajar pada pengalaman masa lalu. Konferensi Analis Dua Tahunan terus diikuti dimana pada 1 Desember 2010 benar-benar menjadi ajang pembuktian kesuksesan Starbucks. Sehari setelahnya saham Starbucks ditutup pada 32,76 dolar, naik hampir 400% dibandingkan Desember 2008.