Apa yang saya pahami dari selama ini mempelajari agama Islam dan filsafat, sepertinya dapat diketahui bahwa diskusi antara para ahli filsafat murni dengan keilmuwan Islam tidaklah akan pernah dapat dipertemukan dengan mudah. Hal ini diakibatkan ada perbedaan konsep dan referensi antara keduanya. Memang terdapat irisan-irisan antara Filsafat dan Agama yang dapat bersepakat tapi ada juga irisan yang tidak akan pernah dapat dipertemukan.
Bagi filsafat, cara berpikir bebas yang menyandarkan sepenuhnya kepada kemampuan akal dan pikiran manusia, nalar logis, dan sistematis adalah suatu metode berpikir filsafat yang baku. Referensi mereka adalah pendapat tokoh-tokoh filsafat sebelumnya yang akan terus dikaji, didukung atau dipertentangkan secara terus menerus.
Bagi keilmuwan Islam cara berpikir filsafat seperti ini tidaklah dikehendaki. Para pemikir Islam percaya bahwa akal dan rasio manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan. Akal dan pikiran manusia adalah ciptaan Tuhan. Sehingga sehebat apapun pikiran manusia, tidak akan pernah melampui yang menciptakannya.
Oleh karena itu manusia membutuhkan sumber keilmuwan bersifat dogmatis dari wahyu ilahi yang disampaikan melalui para Nabi dan rasul. Hal ini dalam rangka memandu manusia agar menjadi khalifah (pemimpin/pengelola) kehidupan di bumi secara bijak. Juga untuk menyelamatkan jiwa dan pikiran manusia dari cara berpikir yang merusak (bisikan setan) atau minimal mencegah manusia dari pemikiran yang menimbulkan kesia-siaan.
Bagi keilmuwan Islam rujukan utamanya adalah Al Quran dan Al Hadis. Metode berpikirnya adalah berupaya mengamalkan Al Quran dan al Hadis secara benar sesuai dengan pemahaman dan praktek Nabi Muhammad, Khulafaur Rasydin dan Para Sahabat.
Hal yang terutama diatur secara dogmatis tentu saja adalah dalam ritual tata cara Ibadah. Seperti apa syarat dan rukum ibadah. Dalam Islam juga diajarkan konsep-konsep mendasar tentang cara memahami kehidupan ini. Mulai dari bagaimana kehidupan berawal, bagaimana cara kerjanya, dan bagaimana berakhirnya.
Dalam tataran kehidupan sehari-hari diatur juga beberapa praktek halal dan haram. Mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Dalam keilmuwan science, kita juga diberi gambaran bagaimana fenomena-fenomena alam terjadi, bahkan sebelum tersedia teknologi untuk menelitinya.
Kesemua hal tersebut, merupakan hal-hal yang haruslah diterima secara gamblang sebagai bentuk keimanan. Inilah perbedaan pengetahuan berbasis keimanan dengan pengetahuan berbasis akal dan rasio semata. Seyogyanya akal dan rasio haruslah tunduk pada keimanan.
Akan tetapi masih terdapat ranah yang dapat disepakati bersama, antara Filsafat dan Agama Islam. Terutama dalam tataran keilmuwan sains dan teknologi.
Bagi filsafat, keilmuwan yang sifatnya sains dan teknologi merupakan produk dari filsafat itu sendiri. Ada juga yang berpendapat, sains tumbuh bersama Filsafat. Sebelumnya, diantara keduanya tidak terdapat sekat dan tidak terpisahkan.
Namun karena sains telah menjadi kebenaran yang bersifat eksak dan cenderung memiliki lingkup terbatas & spesifik, terspesialisasi, sementara filsafat harus terus berputar dan bergerak karena bersifat universal (menyeluruh), maka sains harus dipisahkan dari filasafat.
Sains adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dari suatu pengalaman empiris. Berbentuk penelitian yang objektif atau dari pengujian menggunakan metode ilmiah. Bersifat sistematis dan logis. Usaha sistematis dengan metode ilmiah terus dilakukan untuk pengembangan dan penataan pengetahuan. Sains harus dapat dibuktikan dengan penjelasan dan prediksi yang teruji. Semua upaya sains diarahkan untuk meningkatkan pemahaman manusia tentang alam semesta dan dunianya sehingga dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti yang dapat digunakan oleh manusia untuk pengembangan kehidupan sehari-hari.
Ruang lingkup sains meliputi segala sesuatu yang bisa diterima oleh indra manusia sehingga sains memang merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki cakupan yang begitu luas. Sains bersifat universal yang artinya bisa dilakukan dimana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja sehingga bersifat dapat direplikasi. Sains / Ilmu pengetahuan termasuk ke dalam ilmu pengetahuan yang dinamis sehingga dapat berubah seiring dengan berkembangnya zaman.
Bagi Islam juga ditekankan pentingnya sains dan teknologi, terutama yang dapat memudahkan umat Islam mempermudah ibadah, tapi tidak mengubah syarat & rukun ibadah. Misalkan, teknologi pesawat, dapat mempermudah dan mempercepat jamaah haji sampai di kota suci Mekkah dan Madinah. Speaker masjid membantu memperluas jangkauan suara Adzan. Dalam kehidupan sehari-hari, Islam juga mendukung pengembangan sains dan teknologi, selama hal tersebut tidak bersifat mengganggu ibadah dan keimanan.
Keilmuwan Islam juga menyampaikan sains yang bersumber dari wahyu Ilahi (Al Quran) misalkan:
- Peristiwa mumi Firaun yang jasadnya dijaga lestari berdasarkan Firman Allah dalam Al Quran, dan pada akhirnya jasad mumi Firaun tersebut baru ditemukan di abad 20
- Mekanisme pembuahan sel telur oleh sel sperma dan perkembangan janin di dalam kandungan dijelaskan dalam Al Quran padahal di era turunnya Al Quran belum ada teknologi untuk mengamati hal tersebut.
- Fenomena bertemunya air laut dan air tawar dan tidak mengalami pencampuran dijelaskan dalam Al Quran padahal di era turunnya Al Quran belum ada teknologi penyelaman ke dalam laut untuk mengamati hal tersebut.
- Teori bumi bulat dan peristiwa terjadinya siang dan malam.
- Teori penciptaan alam semesta.
- dll
Jadi, antara Filsafat dan keilmuwan Islam dapat bertemu di area Sains/Ilmu Pengetahuan. Filsafat, melalui akal dan rasio dan metode berpikir nalar, logis sistematis, terus mendorong pengembangan sains. Teori gravitasi Newton berkembang menjadi teori relativitas gravitasi Einstein. Teori atom berkembang menjadi teori medan kuantum. Sains kemudian berkembang membentuk spesialisasi cabang-cabang. Ada fisika, kimia, biologi, ilmu sosial, politik, dan lain sebagainya. Filsafat juga terus berkembang membentuk berbagai aliran, cabang, dan metode.
Agama mendorong pengembangan sains yang dapat membantu kehidupan sehari-hari umat manusia. Termasuk dalam mempermudah kegiatan beribadah umat Islam. Namun tetap menjaga agar pengembangan sains terkontrol dan tidak menggangu syarat dan rukun ibadah, tidak menggangu pemahaman agama Islam yang benar dan juga tidak mengganggu keyakinan dan keimanan. Pada dasarnya, Sains jika dikembangkan secara benar, maka akan semakin membuktikan kebenaran Wahyu Ilahi dan meningkatkan keimanan.
Namun demikian Filasafat sendiri, tidaklah bisa dibiarkan sendiri tanpa pengawasan. Seperti dijelaskan di depan, akal dan rasio adalah cipataan Tuhan. Akal dan Rasio, yang merupakan andalan Filsafat, memiliki kekurangan-kekurangan dan rawan mendapat pengaruh bisikan setan. Sehingga, akal dan rasio haruslah tetap dijaga bersih dan murni dengan cara selalu dikontrol oleh pengetahuan dan pemahaman agama Islam yang benar.