Sabtu, 07 Juni 2014

CUKUP SATU JURUS ANDALAN


Di Hawai terdapatlah seorang yang memiliki cacat fisik yakni tidak memiliki tangan kanan. Cacat fisik ini merupakan bawaan semenjak lahir. Karena kondisi cacatnya ini, semenjak kecil dia selalu dihina-hina oleh teman-teman sebayanya sehingga dia tumbuh menjadi seorang pemuda yang minder dan sering menutup diri.

Pada suatu ketika bertemulah pemuda itu dengan seorang guru beladiri keturunan Jepang. Guru itu berkata, “Maukah kamu saya ajarkan ilmu beladiri sehingga kamu bisa menjadi percaya diri dengan kekuranganmu?”

Jawab Pemuda itu dengan semangat, “Mau, saya sangat mau!”

Lalu dimulailah kelas pelajaran privat bela diri, dimana Guru mengajari Pemuda itu suatu jurus teknik kuncian. Guru meminta Pemuda itu untuk terus mengulangi teknik kuncian itu sampai mahir. Berminggu-minggu lamanya Pemuda itu mengulangi dan mengulangi kembali teknik kuncian itu. Hingga pada minggu ke 16, Pemuda itu telah merasa dirinya sangat mengusasi satu jurus kuncian itu. Ia pun berkata kepada Gurunya, “Guru, saya sudah sangat menguasai jurus teknik kuncian yang Anda ajarkan, tolong ajarkan saya jurus yang lain.”

Gurunya menjawab, “Praktikkan jurus itu lagi, sekarang lakukan dengan lebih cepat dan lebih bertenaga!”

Lalu pemuda itupun menuruti kemauan Guru. Setelah beberapa minggu, pemuda itu berkata kepada guru, “Guru, saya sudah ahli.”

Guru menjawab, “Benarkah demikian? Maka kamu bisa mempraktikkan keahlianmu dengan lawan tandingmu”.

Ternyata si Pemuda berhasil mengalahkan lawan tandingnya dengan menggunakan jurus kuncian itu secara sempurna. Guru puas melihatnya.

“Baiklah, sekarang kamu akan saya ikutkan dalam kompetisi beladiri.”

Si Pemuda kaget, “Tapi Guru, saya khan baru menguasai satu jurus!”

“Tidak Masalah”, jawab Guru dengan tegas.

Dan dimulailah kompetisi beladiri tersebut. Ternyata satu-persatu si Pemuda berhasil mengalahkan lawan-lawannya dengan mudah hanya berbekal satu jurus tersebut. Ketika si Pemuda mulai pesimis karena dia hanya memiliki satu jurus, maka Guru akan selalu mengatakan padanya, “Tetaplah konsentrasi pada jurusmu, lakukanlah dengan lebih cepat dan lebih bertenaga!”.

Lalu tidak disangka, si Pemuda ternyata lolos ke final dan akan berhadapan dengan juara bertahan tujuh kali berturut-turut. Si Pemuda kali ini benar-benar was-was.

“Guru, tolong ajari saya jurus yang baru, karena sampai sejauh ini saya hanya mengulagi terus jurus kuncian ini, tentunya jurus ini sudah bisa dibaca oleh si juara itu, bagaimana saya bisa melawannya apabila saya tetap menggunakan jurus ini?!”

Gurunya menjawab, “Tidak, kamu tetaplah menggunakan jurus kuncian itu, hanya lakukan lebih cepat dan lebih bertenaga lagi!”

Dan ketika si Pemuda menghadapi juara bertahan itu di final, ternyata dia mampu mengalahkannya. Lagi-lagi dengan menggunakan jurus kuncian yang sama.

Dengan kemenangan ini, maka si pemuda larut dalam kegembiraan. Benar-benar tidak disangka. Pesta perayaan kemenangannya pun diselenggarakan dengan meriah. Keluarga dan rekan-rekan si Pemuda, semuanya ikut merayakan kemenangan itu.

Ketika pesta perayaan kemenangan itu selesai, maka si Pemuda bertanya kepada Gurunya, “Guru, saya benar-benar tidak habis pikir, bagaimana saya bisa memenangkan kompetisi beladiri itu hanya dengan satu jurus?”

Guru tersenyum padanya. Lalu dia berkata kepada si Pemuda, “Ada dua hal yang menyebabkan kamu bisa memenangkan kejuaraan itu. Pertama, teknik kuncianmu itu adalah teknik kuncian yang paling hebat di dunia, apalagi kamu berhasil menerapkannya dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Kedua, teknik kuncianmu itu sebenarnya memiliki kelemahan, tetapi untuk menyerang kelemahan jurus ini, lawan-lawanmu harus memegang tangan kananmu, tetapi kamu tidak memiliki tangan kanan…!!!”

Kisah ini mengajarkan kita bahwa kekurangan yang ada pada kita justru bisa menjadi kekuatan, apabila dipoles dengan suatu jurus yang pas. Apabila kita tidak bisa mengetahuinya atau melihatnya, carilah orang (Guru) yang bisa menunjuki kita caranya.

Diambil dari buku Marketing Revolution karya Tung Desem Waringin.

Jumat, 06 Juni 2014

BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN


Sesuai dengan fitrahnya, maka tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Beribadah berarti melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNYA sesuai dengan yang disampaikan oleh Allah melalui para nabi dan Rasul. Semakin banyak dan semakin berkualitas ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba, maka akan semakin tinggi derajat hamba tersebut di sisi Allah. Karenanya, kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam hal beribadah, dan menyegerakan diri untuk berbuat kebaikan. Hal ini semakin penting, berhubung waktu kita yang terbatas di dunia ini dan kita tidak pernah tahu kapan akhir hidup kita.

Namun, apa yang sering kita lihat adalah fenomena kecenderungan manusia yang berlomba-lomba dalam menumpuk harta dunia. Manusia beranggapan bahwa level dan derajat seseorang ditentukan dari seberapa banyak harta dan pernak-pernik dunia yang dia punyai dan dia kenakan, serta seberapa tinggi jabatan dan kewenangan yang dimiliki. Atau juga pencapaian-pencapaian dan prestasi-prestasi dunia yang tiada habisnya untuk dikejar dan diperjuangkan. Hal ini sungguh disayangkan. Manusia menutupi fitrah penciptaannya sendiri dengan hawa nafsu dan keinginannya yang rendah pada dunia.

Dalam hal ini, perlu kita selalu introspeksi dan membuka kembali panduan hidup yang telah disampaikan kepada kita, yaitu Al Quran dan Al Hadis. Di dalam Al Quran dan Al Hadis telah disebutkan tentang pentingnya manusia menyikapi esensi pencipataannya dengan cara yang benar. Dengan selalu mengulang-ngulang membaca dan mengkaji Al Quran dan As Sunnah serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan kita akan selalu terlindung dari perbuatan menzalimi diri kita sendiri. Selain itu kita akan selalu termotivasi untuk saling berloba-lomba dalam berbuat kebaikan dan beramal soleh.

Berikut adalah beberapa ayat dan hadis yang sempat dikumpulkan mengenai pentingnya berlomba-lomba dalam kebaikan untuk meraih kehidupan akhirat yang jauh lebih baik daripada kehidupan dunia yang sementara. Semoga bermanfaat.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku..” (QS. Adz-Dzaariyaat:56)

Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kamu juga tidak memandang kepada harta kamu, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amalan kamu.(HR Muslim)

"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Baqarah: 148)

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS al Hadid : 20)

“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al Hadiid: 21)

"Bergembiralah kalian dan berharaplah terhadap apa-apa yang menggembirakan kalian, maka demi Allah! Bukanlah kefakiran (kemiskinan) yang aku takutkan atas kalian, akan tetapi yang aku takutkan atas kalian adalah akan dibentangkannya dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba maka hal itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka." (HR. Al-Bukhariy no.3158 dan Muslim no.2961-lafazh hadits milik Muslim- dari 'Amr bin 'Auf radhiyallahu 'anhu)

“Bersegeralah kalian beramal saleh sebelum kedatangan fitnah (ujian) yang seperti potongan malam. Seseorang di pagi hari dalam keadaan beriman (mukmin) namun di sore harinya menjadi kafir; dan ada orang yang di sore hari dalam keadaan beriman namun di pagi hari menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan perhiasan dunia.” (HR. Muslim)