Minggu, 10 November 2013

MENYIKAPI PERSELISIHAN PARA USTADS

Sesungguhnya saya sangat prihatin melihat fenomena para ustads yang saling menyerang  kepada ustads-ustads yang lain secara terbuka di majelis masing-masing atau di buku-buku atau di media informasi atau di forum-forum diskusi. Apalagi sampai membawa-bawa nama ulama-ulama terdahulu. Memuliakan guru-guru dan ulama mereka sendiri dan menjelek-jelekkan guru-guru dari ustad-ustad yang lain. Ini benar-benar terjadi seperti yang saya lihat sampai sejauh ini.

Padahal menurut saya, selama seseorang atau sekelompok umat meyakinkan dirinya bahwa mereka berpegang teguh kepada Al Quran dan Al Hadis dalam ber-Islam, maka mereka masihlah satu saudara, yaitu saudara ahlussunnah wal jamaah.

Adapun perbedaan pemahaman atau perbedaan metode yang digunakan dalam merujuk kepada Al Quran dan Al Hadis atau perbedaan tingkatan totalitas dalam pengamalan Al Quran dan Al Hadis seharusnya menjadi tugas bersama untuk dikoordinasikan. Satu-keluarga ahlussunnah wal jamaah haruslah saling mengingatkan dan mengajak kepada kebaikan dan saling mencegah terhadap perbuatan kemungkaran, bid'ah dan subhat. Apabila terjadi perselisihan maka merujuklah dan telaah kembali Al Quran dan As Sunnah. Tentunya hal ini haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya  dan sesantun-santunnya dengan asas saling berkasih sayang dan lemah lembut serta itikad bersama dalam menjaga persatuan dan kesatuan umat islam ahlusunnah wal jamaah. Bukankah semakin berilmu seseorang seharusnya semakin bijak dan semakin santun dalam menyampaikan sesuatu?

Jika perselisihan ini dibiarkan berlarut-larut maka saya khawatir suasana tidak kondusif ini akan dimanfaatkan oleh aliran sesat untuk berkembang pesat di Indonesia. Aliran sesat akan tampak seperti solusi bagi masyarakat awam sehubungan dengan keputusasaan mereka terhadap hilangnya sosok figur ustad atau ulama ii tengah-tengah mereka yang benar-benar bijak dalam menyikapi masalah dan perselisihan. Seiring dengan sangat awamnya pemahaman agama masyarakat, karena kurang perhatian dari ustad-ustad yang lebih sibuk berselisih satu sama lain, maka mereka akan dengan mudah terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran sesat.

Perpecahan juga akan membuat barisan ahlussunnah wal jamaah menjadi lemah dan rapuh. Mudah terombang ambing, mudah diserang dan dijajah. Semakin berkurang orang yang mendalami agama. Maka tidak heran jika umat kini mengalami kemunduran drastis, dizalimi dimana-mana tanpa bisa melakukan perlawanan yang berarti. Mungkin ini diakibatkan karena semangat beramar makruf nahi mungkar dan berlemah lembut yang telah menipis, sedangkan semangat berselisih secara frontal yang semakin meningkat diantara sesama ahlusunnah wal jamaah.

Namun demikian, apapun yang terjadi kita haruslah tetap optimis. ALLAH Azza Wajalla akan selalu menjaga agama ini hingga hari kiamat kelak. Di sisi lain kita harus selalu berusaha secara terus menerus untuk memperdalam pemahaman kita terhadap Al Quran dan Al Hadis semampu kita. Al Quran dan Al Hadis adalah sumber utama dalam ber-Islam. Rujukan semua ulama ahlussunnah wal jamaah. Kita juga harus menghindari sikap fanatik terhadap mazhab, ulama, kyai, guru, habib, cendikiawan, dan tokoh-tokoh. Hal ini agar kita senantiasa bisa menjaga komitment untuk hanya mengikuti Allah dan RasulNya dalam berislam serta agar tidak terjebak dalam fanatisme sempit dan buta terhadap tokoh-tokoh tertentu.

REFERENSI:

Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara. (Al-Hujurat: 10)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imran/3 : 110)

Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam bersabda :
“Janganlah kamu saling dengki, saling membenci, saling mengintip rahasia, saling bersaing, saling mencari keburukan, saling menawar lebih tinggi untuk menipu pembeli sehingga menawar tinggi, saling memutuskan hubungan, saling bermusuhan, janganlah sebagian kalian menjual atas jualan yang lain.Jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang diperintahkan Allah.Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menganiaya, tidak boleh menelantarakannya dan tidak boleh menghinanya. Taqwa ada di sini, taqwa ada di sini, taqwa ada di sini kata Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam sambil menunjuk dadanya.
Cukup merupakan kejelekan seseorang apabila menghina saudaranya yang  muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lain adalah haram darahnya, kehormatannya dan hartanya. Hati-hatilah bersangka buruk, karena sesungguhnya bersangka buruk adalah omongan yang paling dusta. Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk kamu dan hartamu, tetapi ia melihat hati dan perbuatanmu.” (riwayat Muslim dan Bukhari).

Muhammad Rasulullah, dan orang-orang yang bersamanya, mereka bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara sesama mereka. (Al-Fath:. 29)

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang berpecah-belah dan berselisih sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan siksa yang berat. (Ali lmran: 105)

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat
ayatnya agar kamu mendapat petunjuk”
(Q.S. Ali Imron ayat 103)

Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu (wahai Muhammad) terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terpulang kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahu mereka apa yang telah mereka perbuat. (Al-An'am: 159)

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS. Taubah : 32)

“Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meski orang-orang kafir benci. “(QS. Ash-Shaff : 8).

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesengguhnya Kami benar-benar memeliharanya. ” (QS. Al-Hijr : 9).

"Sesungguhnya Allah akan menurunkan (orang) setiap permulaan 100 tahun seseorang kepada Umat yang akan (Tajdid) mengembalikan kegemilangan Agama mereka" [Hadits diriwayatkan oleh Abu Daud, Hakim di dalam Mustadrak dan al-Baihaqi di dalam al-Ma'rifah. HR Abu Dawud (no. 4291), al-Hakim (no. 8592), dan ath-Thabarani dalam “al-Mu’jamul ausath” (no. 6527), Dinyatakan shahih oleh imam al-Hakim, al-‘Iraqi, Ibnu Hajar (dinukil dalam kitab “’Aunul Ma’buud” 11/267) dan syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaaditsish shahihah” (no. 599).]

Dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Ketika Bani Israil melakukan berbagai maksiat, maka para ahli agama melarang mereka tetapi mereka tidak mau berhenti. Kemudian ahli agama itu duduk bersama mereka, saling bersandar dengan mereka, dan minum bersama mereka. Kemudian Allah mempertentangkan hati sebagian mereka dengan sebagian yang lain, dan melaknati mereka melalui lisan Dawud, Sulaiman dan Isa bin Maryam.” Kemudian Nabi saw duduk—sebelumnya Beliau bersandar—seraya bersabda: “Demi Dzat yang menguasai diriku, janganlah kalian diam hingga kalian menarik mereka kepada kebenaran dengan kuat.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Dari Hudzaifah ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Demi Dzat yang menguasai diriku, kamu harus memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, atau kalau tidak maka Allah akan mengirim kepada kalian siksa dari sisi-Nya, kemudian kalian berdoa kepada-Nya tetapi Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR Tirmidzi)

Imam Syafi'i berkata, “Jika kalian mendapati dalam kitabku sesuatu yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sampaikanlah sunnah tadi dan tinggalkanlah pendapatku –dan dalam riwayat lain Imam Syafi’i mengatakan– maka ikutilah sunnah tadi dan jangan pedulikan ucapan orang.”[3] Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 1: 63.

Imam Malik bin Anas menyatakan :
"Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah, terkadang benar. Oleh karena itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah, ambillah ; dan bila tidak sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah, tinggalkanlah". [Ibnu 'Abdul Barr dan dari dia juga Ibnu Hazm dalam kitabnya Ushul Al-Ahkam (VI/149), begitu pula Al-Fulani hal. 72.]

Imam Malik berkata:
"Siapa pun perkataannya bisa ditolak dan bisa diterima, kecuali hanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri". [Dikalangan ulama mutaakhir hal ini populer dinisbatkan kepada Imam Malik dan dinyatakan shahihnya oleh Ibnu Abdul Hadi dalam kitabnya Irsyad As-Salik (1/227). Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abdul Barr dalam kitab Al-Jami' (II/291), Ibnu Hazm dalam kitab Ushul Al-Ahkam (VI/145, 179), dari ucapan Hakam bin Utaibah dam Mujahid. Taqiyuddin Subuki menyebutkannya dalam kitab Al-Fatawa (I/148) dari ucapan Ibnu Abbas. Karena ia merasa takjub atas kebaikan pernyataan itu, ia berkata : "Ucapan ini diambil oleh Mujahid dari Ibnu Abbas, kemudian Malik mengambil ucapan kedua orang itu, lalu orang-orang mengenalnya sebagai ucapan beliau sendiri".]

Beberapa pesan Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi):
a. “Jika suatu hadits shahih, itulah madzhabku.” [Ibnu Abidin dalam kitab al-Hasyiyah (I/63) dan kitab Rasmul Mufti (I/4) dari kumpulan-kumpulan tulisan Ibnu Abidin. Juga oleh Syaikh Shalih al-Filani dalam kitab Iqazhu al-Humam hlm 62 dan lain-lain]

Ibnu Abidin menukil dari Syarah al-Hidayah karya Ibnu Syahnah al-Kabir, seorang guru Ibnul Humam, yang berbunyi:

“Bila suatu hadits shahih sedangkan isinya bertentangan dengan madzhab kita, yang diamalkan adalah hadits.” Hal ini merupakan madzhab beliau dan tidak boleh seseorang muqallid menyalahi hadits shahih dengan alasan dia sebagai pengikut Hanafi, sebab secara sah disebutkan dari Imam Abu Hanifah bahwa beliau berpesan, “Jika suatu hadits shahih, itulah madzhabku.” Begitu juga Imam Ibnu Abdul Barr meriwayatkan dari para imam lain pesan semacam itu.

b. “Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu dari mana kami mengambil sumbernya.” [Ibnu Abdul Barr dalam kitab al-Intiqa fi Fadhail ats-Tsalatsah al-Aimmah al-Fuqaha hlm 145, Ibnu Qayyim dalam I’lamul Muwaqi’in (II/309), Ibnu Abidin dalam Hasyiyah al-Bahri ar-Raiq (VI/293), dll]

c. “Kalau saya mengemukakan suatu pendapat yang bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tinggalkanlah pendapatku itu.” [Al-Filani dalam kitab al-Iqazh hlm 50, menisbatkannya kepada Imam Muhammad]

Beberapa pesan Imam Ahmad bin Hambal
a. “Janganlah engkau taqlid kepadaku atau kepada Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, tetapi ambillah dari sumber mereka mengambil.” [Al-Filani hlm 113 dan Ibnu Qayyim dalam al-I'lam (II/302)]

Pada riwayat lain disebutkan: “Janganlah kamu taqlid kepada siapapun mereka dalam urusan agamamu. Apa yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, itulah hendaknya yang kamu ambil. Adapun tentang tabi’in, setiap orang boleh memilihnya (menolak atau menerima).”

di kesempatan lain dia berkata: “Yang dinamakan ittiba’ yaitu mengikuti apa yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, sedangkan yang datang dari para tabi’in boleh dipilih.” [Abu Dawud dalam Masa'il Imam Ahmad hlm 276-277]

b. “Pendapat Auza’i, Malik dan Abu Hanifah adalah ra’yu (pikiran). Bagi saya semua ra’yu sama saja, tetapi yang menjadi hujjah agama adalah yang ada pada atsar (hadits).” [Ibnu Abdul Barr dalam al-Jami’ (II/149)]

c. “Barangsiapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berada di jurang kehancuran.” [Ibnu Jauzi hlm 142]





Minggu, 27 Oktober 2013

THE THINNEST LAPTOP: MCBOOK AIR

A little fiction story about one of the Apple Inc.'s phenomenal product that was launched at first time by Steve Jobs at January 2008 : Mcbook Air!!!


Rabu, 05 Desember 2012

MASYARAKAT BIJAK, MASYARAKAT HEMAT ENERGI

Ribuan program penghematan energi dan pelestarian lingkungan telah digembar-gemborkan. Jutaan dolar telah dihabiskan untuk pengembangan infrastruktur dan juga untuk inovasi teknologi ramah lingkungan. Berbagai macam regulasi untuk mendukung program pengurangan emisi dan insentif penggunaan energi alternatif juga telah disahkan. Namun, ternyata semuanya belum mampu secara maksimal mencapai tujuannya. Konsumsi energi masih tinggi sedangkan produktivitas masih rendah. Belanja Negara membengkak, hutang bertambah. Salah satu penyebabnya adalah kesadaran sebagian besar masyarakat yang masih sangat rendah untuk menghemat energi.

Aspek ekonomi dan jaminan ketersediaan layanan yang berkualitas masih menjadi pertimbangan utama bagi masyarakat pengguna energi alternatif. Bahan bakar alternatif dinilai masih mahal dan terbatas. Minimnya infrastruktur, rendahnya kualitas pelayanan publik, birokrasi yang berbelit-belit merupakan beberapa penghambat lainnya yang membuat masyarakat enggan beralih ke energi alternatif.

Kesadaran masyarakat tidak bisa terbentuk dengan baik apabila tidak diiringi oleh komitmen Pemerintah. Sebagai penentu kebijakan dan pendorong pelaksanaannya, Pemerintah harus mampu memahami kondisi masyarakatnya. Masyarakat membutuhkan jaminan ketersediaan pelayanan sarana dan prasarana yang memanfaatakan energi alternatif yang murah dan berkualitas.

Di sisi lain, Pemerintah juga perlu untuk menumbuhkan dan mengembangkan secara langsung kesadaran masyarakat secara personal. Kesadaran masyarakat secara personal ini merupakan inti dari upaya penghematan energi. Masyarakat adalah subjek pengguna energi. Cara mereka mengkonsumsi energi merupakan faktor yang menentukan dalam pencapaian target penghematan energi dan pengurangan emisi. Dalam hal ini, Pemerintah perlu mendorong masyarakat agar lebih bijak dalam pemanfaatan energi. Jadinya, ini seperti upaya menghubungkan kegiatan bagian atas dan kegiatan bagian bawah dimana diharapkan keduanya bisa bertemu di tengah-tengah.

Kebijaksanaan masyarakat secara personal dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui edukasi yang sistematis. Tidaklah cukup apabila penyadaran hanya dilakukan dengan seminar, training, workshop, penyuluhan atau melalui bangku sekolah dan perkuliahan. Sebenarnya, hal yang seringkali dilupakan dalam proses pendidikan adalah pembelajaran melalui keteladanan. Melalui keteladanan, proses peningkatan kebijaksanaan dan kesadaran masyarakat bisa diakselerasi.

Bayangkan saja, apabila para petinggi lembaga pemerintahan, petinggi perusahaan swasta dan perusahaan nasional, tokoh masyarakat, artis dan selebritis, semuanya kompak dan konsisten untuk tidak menggunakan BBM bersubsidi. Akan tambah lebih semarak lagi jika mereka juga berdedikasi untuk menggunakan bahan bakar alternatif seperti gas dan biofuel. Tentu gerakan keteladanan ini akan menular dengan cepat kapada masyarakat bagian bawah.

Lebih jauh lagi, sungguh akan mendapat apresiasi yang tinggi apabila public figure tersebut bisa merakyat dengan lebih memilih menggunakan sarana transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi. Masyarakat tentu akan mengikuti. Selain bisa mengurangi kepadatan lalu lintas, secara otomatis hal ini juga dapat mengurangi konsumsi BBM yang semakin meningkat permintaannya dari tahun ke tahun. Subsidi BBM pun dapat ditekan dan dapat dialihkan untuk penyediaan sarana infrastruktur dan biaya inovasi pengembangan teknologi ramah lingkungan serta energi alternatif. Tidak hanya itu saja, berhubung para public figure ini selalu menjadi sorotan media, maka pembangunan infrastruktur bisa terpicu untuk dilakukan lebih serius dan lebih cepat.

Inilah yang disebut pertemuan di tengah-tengah, antara bagian atas dan bagian bawah. Kebijaksanaan Pemerintah yang dipadukan dengan kebijaksanaan masyarakat secara personal akan mampu menciptakan sinergi dan integritas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Budaya hemat energi akan terbentuk secara otomatis.

Senin, 22 Oktober 2012

FASOBRUN JAMIL (BERSABAR ITU INDAH)

Seringkali hidup terasa sangat berat dan terasa sangat sulit. Usaha maksimal sudah dilakukan. Doa khusuk senantiasa dipanjatkan. Namun cobaan dan kesulitan hidup tidak kunjung hilang. Malah semakin datang silih berganti laksana ombak di tepi pantai yang hempasan gelombangnya tidak pernah berhenti.

Dalam kondisi seperti itu tiada upaya yang bisa dilakukan kecuali hanya bisa bersabar dan berpikir positif terhadap cobaan yang menimpa kita. Bersabar merupakan usaha terakhir yang harus dilakukan sebagai hamba Allah yang beriman ketika menemui ketetapan Allah tidak sesuai dengan harapan. Selain itu, sambil lalu kita harus tetap berikhtiar, mencari-cari celah penyelesaian dari konflik yang seolah tak berujung.

Fasobrun Jamil, artinya sabar itu indah. Sabar merupakan bunga-bunga keimanan. Semakin bersabar semakin indah.

Untuk bisa bersabar dengan benar perlu pemahaman yang benar mengenai cobaan dan musibah. Kita dapat mempelajarinya dari Al Quran dan Al Hadis.

Pemahaman yang benar mengenai musibah, adalah dengan meyakini bahwa segala sesuatunya terjadi atas Izin Allah.

Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Yunus:107)

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah:155)

Allah tidak pernah menzalimi hambaNYA, tetapi hambaNYA itulah yang seringkali menzalimi dirinya sendiri.

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar.(Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imron: 181 - 182)

Sesungguhnya Allah tidaklah berbuat zalim walau seberat semut yang kecil.” (An-Nisa: 40)

Dalam hadits qudsi, Allah berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku…” (HR. Muslim)

Setiap orang yang beriman akan diberi cobaan untuk menguji kadar keimanannya. Selayaknya emas yang perlu disepuh agar semakin tinggi kadar kemurniannya.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah:214)

Semakin besar cobaan yang menimpa kita, terdapat potensi pahala yang besar pula apabila kita bersabar dalam menghadapinya dan tetap tegar untuk bisa memperjuangkan kebaikan. Cobaan yang diberikan Allah adalah bentuk cinta Allah kepada kita agar kita bisa meningkatkan derajat diri kita di sisi-Nya. Seperti halnya ujian naik kelas. Apabila kita lulus, maka kita akan naik kelasnya.

“Sesungguhnya pahala yang besar itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah [146]).

Kesabaran akan semakin membuat kita sebagai orang atau kaum yang kuat dan tangguh. Sebagai gambaran, dalam periode dakwah Nabi Muhammad yang selama 23 tahun, kita tahu bahwa awalnya Beliau berdakwah di Mekkah (periode Mekah)selama 13 tahun. Selama 13 tahun ini beliau dan para sahabat mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi hingga kemudian secara terang-terangan. Selama berdakwah di Mekkah ini beliau dan para sahabat mendapat penolakan dan bahkan penganiayaan serta siksaan.

Baru kemudian ketika hijrah ke Madinah, kamu muslimin mendapat kekuatan sedikit demi sedikit. Lalu akhirnya kekuatan pun dimiliki dan mampu membela diri walaupun dengan angkatan perang dan persenjataan yang terbatas. Pada akhirnya Mekkah berhasil ditaklukkan. Kekuasaan Islam pun semakin meluas dan menjadi pelita bagi peradaban manusia yang sebelumnya berada dalam periode jahiliyah atau dark age. Begitulah keindahan bersabar dalam memperjuangkan kebaikan.

Disebutkan bahwa kekuatan seorang yang sabar adalah setara dengan 100 orang musuh.

Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (QS. Al Anfaal:65)

Allah telah menjanjikan bahwa orang yang sabar pada akhirnya akan menang. Jadi, kita tidak boleh berputus harapan.

Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (QS. Ar Ra’du:22)

Orang-orang yang sabar akan memiliki sifat-sifat kebaikan. Mereka yang sabar akan memiliki keberuntungan yang besar di dunia dan akhirat.

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (QS. Fushilat:35)

“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin itu. Semua urusannya baik baginya. Hal itu hanya dimiliki orang yang beriman. Jika dia memperoleh nikmat, dia bersyukur dan itu baik baginya. Jika ditimpa kesulitan, dia bersabar dan itu baik baginya.”(HR. Muslim)

Setiap kesulitan hidup yang kita alami merupakan penghapus dosa bagi mereka yang bersabar. Selain itu ada hikmah yang bisa dipetik.

"Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, kesabaran merupakan suatu bentuk komponen keimanan kita kepada Allah. Setiap orang yang beriman haruslah menerima ketentuan Allah mengenai adanya cobaan dan musibah yang akan menimpa setiap manusia.

Allah berfirman dalam hadits Qudsi : ”Akulah Allah, tiada Tuhan melainkan Aku. Siapa saja yang tidak sabar menerima cobaan dari-Ku, tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak ridha dengan ketentuan-Ku, maka bertuhanlah kepada Tuhan selain Aku.” (hadist ini diriwatkan oleh al-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Kabir melalui jalur Abu Hind al-Dari)

Jumat, 19 Oktober 2012

KAPAL KEHIDUPAN


Mengarungi kehidupan adalah seperti berlayar mengarungi lautan yang luas menuju suatu pulau impian. Kapal adalah diri kita, lautan adalah dunia dan segala pernak-perniknya, sedangkan pulau impian yang kita tuju adalah surga yang dijanjikan oleh Allah.

Dalam berlayar tentu dibutuhkan kemampuan navigasi yang baik. Kita bisa meningkatkan ilmu navigasi kita dengan mempelajari manual book navigasi kehidupan, yaitu Al Quran dan Sunnah Rasulullah. Mereka yang tidak taat pada manual book ini tentu akan tersesat dan tidak mampu mencapai tanah impian. Bahkan bisa saja kapalnya karam di tengah perjalanan, ditelan badai dan ombak yang ditemuinya selama pelayaran atau menabrak kapal lainnya.

Kita harus pandai-pandai membaca karakteristik lautan dimana kita berlayar. Lautan adalah dunia, dimana merupakan sarana untuk menuju tanah impian kita. Kita perlu tahu besar ombaknya, besar arusnya, dan juga perkiraan kedalamannya. Kita juga perlu tahu kondisi anginnya, rawan badai atau tidak, dan juga kadungan lautan tersebut apakah banyak ikannya, banyak hiunya, atau banyak mutiaranya.

Apabila kita tidak pandai membaca karakteristik lautan dimana kita berlayar, maka kapal kita terancam menemui kesulitan. Kita bisa kelebihan muatan karena terlalu tamak mengangkut kandungan laut, atau malah bisa berbuat bodoh dengan memasukkan air laut ke dalam kapal kita. Sekali lagi, kemampuan untuk membaca karakteristik lautan dapat diperoleh juga dengan mempelajari ilmu navigasi.

Dengan demikian, apabila kita ingin sampai tempat tujuan dengan selamat, kita harus pelajari dan amalkan kitab navigasi kehidupan, Al Quran dan As Sunnah.