Senin, 14 November 2011

SUNNATULLAH


Para ilmuwan, telah melakukan berbagai pengamatan, penelitian, dan kajian mengenai gejala alam dan sosial. Hasil kajiannya kemudian dirumuskan ke dalam sejumlah teori dan rumusan ilmiah. Dalam suatu kajian di berbagai disiplin keilmuan, seringkali terdapat sejumlah gagasan ilmiah, beberapa diantaranya saling mendukung dan sebagiannya saling bertentangan. Pada akhirnya didapatlah kesepakatan mengenai rumusan ilmiah yang terbaik mengenai suatu gejala alam dan sosial.

Di bidang fisika kita mengenal rumus hukum alam sederhana seperti:
F = m x a
Gaya (F) adalah massa (m) dikali percepatan (a)

Atau mengenai hukum kekekalan energi yang disebut juga Hukum I Termodinamika, dimana dinyatakan bahwa "Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya."

Rumusannya yaitu:
∆U = Q - W

Dimana perubahan energi dalam (∆U) dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor (Q) yang disuplai ke dalam sistem dan kerja (W) yang dilakukan terhadap sistem.

Sedangkan di bidang ekonomi kita mengenal teori ekonomi klasik seperti yang keluar dari pemikiran salah satu tokoh seperti Adam Smith. Ide utama yang diajukan oleh Smith adalah pasar yang meregulasi dirinya sendiri. Smith berkeyakinan bahwa sebuah sistem pasar besar akan mengatur dirinya sendiri dengan menjalankan aktivits-aktivitas masing-masing bagiannya secara sendiri-sendiri, dan terspesialisasi. Sistem pasar tidak perlu mendapatkan arahan tertentu dari pemerintah. Hal ini yang biasa disebut sebagai "invisible hand".

Berbeda dengan Smith, Keynes merumuskan teori ekonomi dimana campur tangan pemerintah dalam pasar justru dibutuhkan. Negara dalam momen-momen tertentu harus bertindak untuk mengatasi kegagalan pasar. Fungsi negara diperlukan untuk mencegah terjadinya resesi ekonomi akibat rendahnya agregat permintaan (under consumtion). Tujuan dari tindakan ini untuk memulihkan kembali aktifitas ekonomi sehingga tingkat kehidupan dan kesejahteraan rakyat dapat terus berlangsung. Intervensi pemerintah lebih banyak dipakai untuk stabilisasi ekonomi dengan berkutat pada area berikut, yakni memanipulasi permintaan agregat, memperkuat sektor keuangan, dan stabilisasi harga. Sebagian besar hal itu dilakukan dengan memanfaatkan kebijakan fiskal pemerintah.

Dari kesemua rumusan keilmuwan yang digagas, satu hal yang harus selalu kita pegang yaitu bahwa semua usaha manusia dalam merumuskan gejala alam dan sosial ke dalam bahasa keilmuwan tidaklah akan berhasil tanpa seizin Allah. Ilmu-ilmu yang didapatkan manusia, sesungguhnya adalah pemberian dari Allah. Semua ilmu bersumber dari Allah, karena hanya Dialah Yang Maha Mengetahui. Dan manusia hanya diberi sedikit dari ilmu-Nya.

Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. (QS. Al Baqarah : 255)

Dalam penciptaan dan sistem kerja langit dan bumi diberlakukan suatu tatanan aturan atau sunnatullah. Ini dilakukan agar kehidupan yang disokong oleh kinerja alam semesta terus berlangsung sampai hari kiamat, sesuai dengan yang dikehendaki Allah.

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. At Thalaq:12)

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata. (QS. Al An 'Aam : 59)

Dalam kehidupan dunia, dimana manusia tinggal, juga terdapat pola-pola alur kehidupan yang merupakan sunnatullah dari sang Maha Pencipta. Sunnatullah dalam kehidupan umat manusia ini disusun dengan tatanan yang sedemikian rupa sehingga roda kehidupan senantiasa terpelihara dan dinamis. Hal ini juga dalam rangka menjalin runutan ujian bagi manusia. Agar bisa dibedakan mana diantara hamba-hamba-Nya yang beriman dan mana yang tidak.

Sunatullah Allah dalam kehidupan manusia, dijelaskan dalam Al Quran dan dari apa-apa yang disampaikan Rasulullah. Ada ketetapan-ketetapan yang telah terbukti terjadi, misalkan ketetapan mengenai kemenangan bangsa Romawi terhadap Persia, setelah sebelumnya bangsa Romawi mengalami kekalahan.

Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, (QS. Ar Ruum : 2,3,4)

Ada juga sunnatullah yang berlaku terhadap sekumpulan manusia, suatu kaum atau suatu umat. Seperti misalnya Allah tidak akan membinasakan suatu kaum sebelum dikirim terlebih dahulu seorang Nabi atau Rasul dariNya yang bertugas memberikan teguran dan peringatan kepada kaum tersebut. Atau contoh lainnya ialah Allah tidak akan membiarkan adanya suatu kaum yang berlaku sewenang-wenang terhadap kaum-kaum lainnya kecuali Allah akan hadirkan sekelompok manusia lainnya yang bertugas menjadi penyeimbang atas kelompok yang berlaku zalim tersebut.

Sunnatullah lainnya yang disebutkan dalam Al Quran adalah mengenai ketentuan terhadap mereka yang bersabar, dimana mereka bisa mengalahkan musuh sekalipun jumlah musuh yang dihadapi lebih banyak:

Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.(QS. Al Anfaal : 65)

Apabila soorang yang beriman, selain bersabar juga bertakwa kepada Allah atas tipu daya musush-musuh Allah, maka segala tipu daya itu tidak akan membahayakannya.

Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (QS. Al Imron : 120)

Orang-orang yang sabar adalah yang pada akhirnya akan menang.

Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang." (QS. Al Mu'minun : 111)

Ada juga ayat dalam Al Quran mengenai ketetapan hukuman yang berlaku bagi orang atau kaum yang zalim.

Jika Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya. (QS. An Nahl : 61)

Bagi mereka yang mengada-adakan suatu aturan yang tidak didasarkan pada aturan Allah, maka ketetapannya adalah mereka akan dimasukkan ke dalam golongan yang tidak beruntung. Mereka akan mendapatkan dibinasakan dengan azab.

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (QS. Al Nahl : 116)

Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa". Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. (QS. Thaha : 61)

Bagi mereka yang bersedekah, Allah telah menjanjikan mengenai sunnatullah yang akan didapatkan, yakni ganti yang berlipat ganda dari apa-apa yang disedekahkan.

Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. (QS. Al Hadid : 18)

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah : 261)

Dalam setiap sisi kehidupan, manusia akan selalu tercakup dalam ketentuan Allah. Manusia harus yakin akan ketetapan Allah ini, rela, dan berserah diri padanya. Sekalipun beberapa ketetapan tidak bisa dicerna dengan akal dan perasaan, atau dalam kasus lain, sunnatullah ditunggu-tunggu tetapi tidak kunjung datang. Manusia yang beriman harus selalu tetap menyatukan niat, berjuang sepenuh hati, dan istiqomah di jalan Allah, serta tetap meyakini bahwa ketetapan Allah pasti berlaku.

Barang siapa yang rela dengan ketetapan Allah maka ketetapan itu berlaku padanya dan ia mendapatkan pahala. Dan barang siapa yang tidak rela dengan ketetapan Allah maka ketetapan itu juga tetap berlaku padanya, sedangkan ia terputus amalnya. (Ali bin Abi Thalib/Mukhtashar Minhajul Qashidin, al Maqdisi)

Jumat, 04 November 2011

COMPRESSED NATURAL GAS (CNG)

Indonesia adalah Negara yang kaya akan gas alam. Gas alam merupakan salah satu sumber energi yang menawarkan emisi yang rendah. Prospek bisnis gas sangat cerah di masa yang akan datang. Salah satunya adalah bidang gas alam terkompresi (CNG).

Pada dasarnya, CNG merupakan salah satu bentuk teknologi dalam upaya tranportasi gas alam ke konsumen. Teknologi transportasi gas alam lainnya yang dikenal adalah dengan jalur perpipaan (pipeline) dan gas alam cair (LNG). Perlu diketahui juga bahwa masih banyak gas alam yang masih berstatus stranded (belum terjamah). Kelayakan bisnis CNG dapat dilihat dari sisi volume gas alam yang tersedia dan jarak ke konsumen. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Secara sederhana, CNG dibuat dengan mengkompresi gas alam pada tekanan 120-275 bar (122-278 kg/cm2) dan pada temperatur sekitar -30 hingga 45oC. Gas yang terkompresi ini disimpan dalam suatu tabung baja penampung dengan perlakuan khusus. Dari kegiatan kompresi ini volume gas alam dapat direduksi menjadi 140 hingga 250 kali lebih kecil, sehingga memudahkan mobilisasi. Perlu diketahui juga, untuk gas alam cair (LNG), volume gas dapat direduksi hingga 160 kali. Namun demikian, kembali lagi pada faktor volume ketersediaan gas alam dan jarak pasar yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi transportasi gas alam.

Berdasarkan penelitian dari British Petroleum, lebih dari 50% gas alam yang ada di dunia berada dalam kondisi stranded (terdampar jauh dari pasar). Karenanya bisnis CNG cukup menjanjiikan. Indonesia merupakan salah satu area yang cukup menjanjikan dalam penerapan CNG.

Setelah gas alam dikompresi dan disimpan di dalam tabung, terdapat pilihan sarana tranportasi sesuai dengan medan pengiriman CNG. Bisa digunakan tranportasi laut (marine), dan juga bisa dengan tranportasi darat.


Dalam dunia CNG marine, terdapat sejumlah korporasi yang telah memiliki teknologi pengangkutan CNG melalui wilayah perairan. Beberapa diantaranya yaitu Enersea, Williams Power Company, Trans Ocean Gas, dan Knutsen OAS Shipping. Fasilitas pendukung dalam CNG marine adalah adanya alat angkut yang dapat berupa kapal atau perahu seret (barge), adanya fasilitas untuk muatan (loading), adanya terminal yang dapat berupa dermaga atau sarana lepas pantai, dan terakhir adanya lokasi penyimpanan yang bisa berupa sarana onshore (di pantai) atau offshore (lepas pantai).



Dalam transportasi darat CNG bisa diangkut dengan menggunakan truk atau kereta api. Gas alam yang disalurkan melalui pipa, sesampainya di stasiun induk (mother station), diberi perlakukan awalan lalu dikompresi dengan menggunakan kompresor. Setelah proses kompresi gas alam, CNG bisa dialirkan langsung ke gas dispenser untuk dikonsumsi oleh sarana transportasi berbahan bakar gas. Tetapi ada juga yang diangkut oleh truk trailer untuk disalurkan ke stasiun cabang (daughter station), atau ke pihak industri yang menjadi konsumen gas. Di daughter station, gas alam bisa dikonsumsi oleh sarana transportasi umum berbahan bakar gas.


Ternyata sampai sejauh ini telah terdapat sejumlah pemain bisnis CNG di Indonesia. Mereka mulai menggeliat dan terus mencari peluang-peluang dalam pengembangan bisnis CNG ini. Salah satu stasiun induk CNG terdapat di Jawa Barat. Konsumen bisnis ini sementara, sebagain besar, masih dari kalangan industri.

Peluang bisnis CNG ini masih terbuka lebar baik di bidang perindustrian maupun di bidang transportasi umum. Keterbatasan bahan bakar minyak semakin membuka peluang bagi bahan bakar gas untuk semakin populer.


Beberapa waktu yang lalu kita juga sudah pernah melihat aplikasi CNG dalam sarana tranportasi umum. Salah satunya adalah yang dilakukan di Surabaya. Uji coba penggunaan gas sebagai bahan bakar pada angkot pernah dilakukan dan disaksikan secara langsung oleh walikota Surabaya saat itu, Bambang DH. Taxi Bluebird di Surabaya juga melakukan uji coba pemanfaatan bahan bakar gas pada sejumlah armadanya. Tidak mau kalah, di Palembang, sebanyak 350 angkot berbahan bensin dikonversi menjadi berbahan bakar gas. Namun sayang, gaung pemanfatan bahan bakar gas ini hanya sebatas wacana, selanjutnya hilang di telan bumi.

Selasa, 01 November 2011

Muhammad II Al Fatih


Pada era Rasulullah salah seorang sahabat pernah bertanya mengenai penaklukan kota Konstatinopel.

Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, “Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]


“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]

Sekitar delapan abad kemudian, salah satu bisyaroh nubuwah tersebut mampu diwujudkan oleh seorang hamba Allah yang bernama Muhammad Al Fatih atau Mehmed II, yang merupakan seorang Sultan ke-7 dari Kesultanan Turki Ustmani beserta sekitar 250.000 orang tenteranya. Keberhasilannya menaklukkan Konstatinopel membuatnya diberi gelar Al-Fatih. Berasal dari kata: fataha – yaftahu. Artinya membuka atau membebaskan. Sultan Muhammad Al Fatih menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481)

Kota konstatinopel atau disebut juga Byzantium (kini disebut Istanbul) adalah kota yang memiliki pesona yang kuat pada masa itu. Letaknya sangat strategis, yaitu di batas antara Eropa dan Asia. Bagian daratnya merupakan salah satu bagian dari Jalur Sutera, sedangkan di bagian lautnya, daerah ini berada di antara Laut Tengah dengan Laut Hitam. Pesonanya ini membuat banyak bangsa pada masa itu mengincarnya. Banyak ekspedisi-ekspedisi yang telah dilakukan, namun benteng Konstatinopel tetap tidak tertembus.

Konstantinopel merupakan salah satu kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu, dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmarah dan Tanduk Emas yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. Di samping itu, dari daratan juga dijaga dengan pagar-pagar sangat kokoh yang terbentang dari laut Marmarah sampai Tanduk Emas. Memiliki benteng setinggi 60 kaki, sedangkan pagar bagian luarnya memiliki ketinggian 25 kaki. Selain itu juga terdapat tower-tower pemantau yang terpencar dan dipenuhi tentara pengawas. Dari segi kekuatan militer, kota ini dianggap sebagai kota yang paling aman dan terlindungi, karena di dalamnya ada pagar-pagar pengaman, benteng-benteng yang kuat dan perlindungan secara alami. Dengan demikian, maka sangat sulit untuk bisa diserang atau ditaklukkan. Kedudukan Konstantinopel yang strategis diillustrasikan oleh Napoleon Bonaparte; ".....kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!".

Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Di zaman Mu'awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu 'Anhu pernah dilakukan ekspedisi namun gagal. Di masa shahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu, bahkan salah seorang shahabat yang menjadi anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.

Abu Ayyub Al-Anshari berkata,"Aku mendengar baginda Rasulullah SAW bersabda bahwa ada seorang lelaki shalih akan dikuburkan di bawah tembok tersebut, Dan aku juga ingin mendengar derap tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja, yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda".

Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah, pemerintahan Abbasiyyah, dan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk.

Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi napas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sulthan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinopel secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.

Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali. Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) meneruskan usaha penaklukan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi belum membuahkan hasil. Sultan Murad II mewariskan perjuangan penaklukan Konstatinopel kepada anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II).

Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk Islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai atau perang. Constantine Paleologus menjawab tetap mempertahankan kota dengan dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa.

Sebelum menaklukkan Konstantinopel, ada khutbah yang disampaikan al Fatih untuk seluruh pasukannya :

“Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti, maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini, yang berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah pada para pasukan satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini, akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selalu didepan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran”

Benteng kota Konstatinopel memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7 m. Dari sebelah barat melalui pasukan altileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan laut Marmara pasukan laut harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.

Berhari-hari hingga berminggu-minggu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah pasukan Constantine mampu mempertahankan celah tersebut dan dengan cepat menumpuk kembali hingga tertutup. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal. Hingga akhirnya sebuah ide yang cemerlang muncul. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang. Alhasil, hanya dalam semalam, 70-an kapal bisa memasuki wilayah selat Golden Horn.

29 Mei, setelah sehari istirahat perang Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian Army di lapis kedua dan terakhir pasukan Yanisari.

Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.

Ketika Konstantinopel telah jatuh ke tangan pasukan Islam, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, baik Islam, Yahudi ataupun Kristen. Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.

Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan salat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan salat tahajjud sejak baligh. Hanya Sultan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan salat wajib, tahajud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.

Suatu hari timbul soal ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jum’at yang pertama kali di kota itu.

“Siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?”

Tak ada jawaban. Tak ada yang berani yang menawarkan diri. lalu Muhammad Al Fatih tegak berdiri. Beliau meminta kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri.

Kemudian beliau bertanya, “Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak akhil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan meninggalkan shalat wajib lima waktu, silakan duduk!”

Tak seorangpun pasukan islam yang duduk. Tentara islam pimpinan Muhammad Al Fatih sejak masa remaja mereka hingga hari itu, tak pernah satu kali pun meninggalkan shalat fardhu.

Lalu Muhammad Al Fatih kembali bertanya, “Siapa diantara kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan duduk!”.

Sebagian pasukan kemudian duduk, artinya, pasukan islam sejak remaja mereka ada yang teguh hati, tidak pernah meninggalkan shalat-shalat rowatib. Namun ada yang pernah meninggalkanya. Betapa kualitas karakter dan keimanan mereka sebagai muslim sungguh bernilai tinggi, sungguh jujur, pasukan islam pimpinan Al Fatih.

Muhammad Al Fatih kembali bertanya: “Siapa diantara kalian yang sejak masa akhil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk!”

Semua yang tadinya berdiri segera duduk. Hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. Siapakah dia? dialah, Sultan Muhammad Al Fatih, sang penakluk benteng super power Byzantium Konstantinopel. Beliaulah yang pantas menjadi imam shalat jumat hari itu. Karena hanya Al Fatih seorang yang sejak remaja selalu mengisi butir-butir malam sunyinya dengan bersujud kepada Allah SWT, tidak pernah kosong atau absen semalampun.

Sebagai sebuah wasiat untuk anaknya yang akan meneruskan kepemimpinan, maka Al Fatih menyampaikan wasiat kepada anaknya:

“Aku sudah diambang kematian. Tapi aku berharap aku tidak kawatir, karena aku meninggalkan seseorang sepertimu. Jadilah seorang pemimpin yang adil, shalih dan penyayang. Rentangkan pengayomamu untuk rakyatmu, tanpa kecuali, bekerjalah untuk menyebarkan islam. Karena sesungguhnya itu merupakan kewajiban para penguasa di muka bumi. Dahuluklan urusan agama atas apapun urusan lainnya. Dan janganlah kamu jemu dan bosan untuk terus menjalaninya. Janganlah engkau angkat jadi pegawaimu mereka yang tidak peduli dengan agama, yang tidak menjauhi dosa besar, dan yang tenggelam dalam dosa. Jauhilah olehmu bid’ah yang merusak. Jagalah setap jengkal tanah islam dengan jihad. Lindungi harta di baitul maal jangan sampai binasa. Janganlah sekali-kali tanganmu mengambil harta rakyatmu kecuali dengan cara yang benar sesuai ketentuan islam. Pastikan mereka yang lemah mendapatkan jaminan kekuatan darimu. Berikanlah penghormatanmu untuk siapa yang memang berhak.”

“Ketahuilah, sesungguhnya para ulama adalah poros kekuatan di tengah tubuh negara, maka muliakanlah mereka. Semangati mereka. Bila ada dari mereka yang tinggal di negeri lain, hadirkanlah dan hormatilah mereka. Cukupilah keperluan mereka.”


“Berhati-hatilah, waspadalah, jangan sampai engkau tertipu oleh harta maupun tentara. Jangan sampai engkau jauhkan ahli syari’at dari pintumu. Jangan sampai engkau cenderung kepada pekerjaan yang bertentangan dengan ajaran islam. Karena sesungguhnya agama itulah tujuan kita, hidayah itulah jalan kita. Dan oleh sebab itu kita dimenangkan.”

“Ambilah dariku pelajaran ini. Aku hadir ke negeri ini bagaikan seekor semut kecil. Lalu allah memberi nikmat yang besar ini. Maka tetaplah di jalan yang telah aku lalui. Bekerjalah untuk memuliakan agama islam ini, menghormati umatnya. Janganlah engkau hamburkan uang negara, berfoya-foya, dan menggunakannya melampaui batas yang semestinya. Sungguh itu semua adalah sebab-sebab terbesar datangnya kehancuran.”