Kamis, 14 Juni 2018

THANOS DAN ROBERT MALTHUS


Film Avengers : Infinity War telah didaulat sebagai salah satu film Box Office terlaris dan telah maraup sukses besar semenjak ditayangakan perdana pada 25 April 2018 lalu. Pendapatan 250 juta dolar USD atau setara dengan 3,46 triliun rupiah yang dicatatkan oleh Film yang diangkat dari komik Marvel ini pada penayangan pekan pertamanya di Amerika Utara mampu mengalahkan rekor Star Wars : The Force Awakens yang mencapai pendapatan 248 juta dolar USD.

Film ini disutradarai Russo bersaudara dan menghabiskan dana sebesar 300 juta dolar US atau sekitar Rp 4,16 triliun. Marvel Studios bertindak sebagai produser, sementara Walt Disney berperan sebagai distributor. Belum cukup di situ, film ini akan segera dilanjutkan dengan bagian kedua, Avengers 4 (judul resmi belum diketahui), yang kemungkinan akan tayang pada 2019.

Salah satu yang berkesan dalam film ini adalah sosok villain (antagonis) yang bernama Thanos. Karakter ini memang sangat ditunggu kehadirannya dalam rangkaian film superhero Marvel. Diperankan oleh Josh Brolin dan dipadukan dengan teknologi CGI (computer-generated imagery) membuat karakter Thanos ini sangat hidup dan cukup mampu memenuhi harapan para penggemar komik Marvel.

Dikisahkan Thanos bermaksud untuk mengumpulkan 6 buah infinity stones (yang seperti batu akik) untuk meningkatkan kekuatannya sehingga mampu mensukseskan misinya memusnahkan separuh pupulasi alam semesta. Hal ini didasarkan dari penemuan dan pemikiran Thanos bahwa sumber daya alam (SDA) di alam semesta sangat terbatas, sedangkan populasi mahluk hidup pengguna SDA tersebut sangat banyak dan rakus. Ketidakseimbangan ini dinilai akan membawa kehancuran alam semesta secara cepat.

Maka dari itu Thanos beserta pasukan dan sekutunya merasa perlu menghabisi sebagian populasi mahluk hidup demi keberlangsungan sistem kehidupan yang berkelanjutan dan demi menyeimbangkan kondisi antara jumlah SDA dan sumber daya manusia (SDM). Thanos menganggap misi ini sebagai misi suci untuk menyelamatkan alam semesta dari kehancuran permanen. Karenanya ia sangat berambisi mengumpulkan 6 buah infinity stones yang dengan kesaktian ke-6 batu tersebut ia bisa secara praktis memusnahkan separuh populasi alam semesta hanya dengan menjentikkan jarinya.

Pemikiran Thanos ini mengingatkan pada pemikiran Robert Malthus mengenai teori kependudukan dan sumber daya bahan makanan. Dalam An Essay on the Principle of Population (Sebuah Esai tentang Prinsip mengenai Kependudukan), yang pertama kali diterbitkan pada 1798, Robert Malthus membuat ramalan yang cukup terkenal. Dia berpendapat bahwa jumlah populasi akan mengalahkan pasokan makanan. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya jumlah makanan per orang. Robert Malthus bahkan meramalkan secara spesifik bahwa hal ini pasti akan terjadi pada pertengahan abad ke-19.

Namun kenyataannya ramalan ini dapat dikatakan gagal dan terbukti tidak terealisasi. Salah satu yang menyebabkan melesetnya prediksi Malthus adalah kurang mempertimbangkan aspek perkembangan teknologi yang akan semakin maju dan mampu membantu melipatgandakan produk pertanian dan peternakan sehingga stok makanan akan selalu tersedia untuk generasi-generasi mendatang walau lonjakan populasi terus terjadi.

Untung saja Thanos hanyalah karakter fiksi. Teori gilanya untuk melenyapkan separuh populasi alam semesta justru menjadi sebuah latar belakang aksi bersatunya para Avengers, para super hero, dan Guardian of Galaxy. Film Avengers : Infinity War ini akhirnya sukses menjadi film aksi fiksi ilmiah yang menarik dan terbukti telah mampu meraup keuntungan yang fantastis, terutama bagi produser, distributor, aktor, dan pemilik bioskop (termasuk Josh Brolin si pemeran Thanos).

Dalam kehidupan nyata, teori Thanos ini akan sangat mudah dipatahkan seperti halnya teori yang sejenis dari Robet Malthus. Dengan demikian di film Avengers selanjutnya diharapkan om Thanos bisa segera bertobat. Om Thanos sebaiknya lebih memilih menggunakan kekuatan 6 infinity stones untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu melipatgandakan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya alam dan mampu membantu eksplorasi sumber daya alam-sumber daya alam baru di alam semesta yang luasnya tak berujung. Cara ini tentunya sangat jauh lebih masuk akal dibandingkan dengan memusnahkan separuh populasi alam semesta.

:):):)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan beri komentar barupa kritik dan saran yang membangun demi kemajuan blog saya ini. Jangan malu - malu!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.