Rabu, 16 November 2016

Al QURAN MENJADI AL MAHJUURON


Dewasa ini kita melihat fenomena-fenomena sebagian umat Islam yang semakin meninggalkan Al Quran. Ini tercermin dari perilaku dan ahlak sebagian umat Islam mulai dari level bawah hingga di level atas yang tidak mencerminkan perilaku dan ahlak generasi Qurani. Sebagian umat Islam tersebut belum sesuai perilaku, ahlak, dan pemahamannya dengan Al Quran dan Hadis sesuai contoh/pemahaman/praktek Rasulullah dan para Sahabat, generasi tabi'in dan generasi tabi'ut tabi'in dan ulama-ulama terdahulu hingga era ini yang sesuai dengan jalannya ketiga generasi awal tersebut.

Sedangkan ketika ada seseorang dari kalangan mereka sendiri yang menyampaikan Al Quran dan Hadis serta mengajak masyarakat untuk kembali berpegang teguh kepada Al Quran dan Hadis maka seringkali akan menjadi sasaran penolakan, pengusiran, pengucilan, bahkan tidak jarang difitnah dan mendapat tuduhan yang keji. Dituduh radikal, tidak pancasilais, memiliki motif politik, memecah belah umat, mengancam NKRI dan lain-lain.

Mengenai fenomena ini sebenarnya telah disampaikan di dalam Al Quran yang mengabadikan dialog antara Rasulullah dengan Allah Azza wa Jalla yakni dalam Surat al Furqon (25) ayat 30.

وَقَالَ الرَّسُوْلُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوْا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُوْرًا

Berkatalah Rasul, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran ini sebagai sesuatu yang diabaikan. (QS al-Furqan [25]: 30).

Dalam tafsir al Jalalain karya asy Suyuthi disebutkan bahwa "mahjuron" berasal dari kata "al hujr" yang berarti ucapan-ucapan yang tidak pantas/keji/tuduhan palsu. Orang-orang musyrikin Quraish Mekkah menjadikan al Quran sebagai al hujr. Kaum musyrikin Quraish menuduh Al Quran yang dibawa Rasulullah sebagai sihir, puisi/syair, dongeng-dongeng orang terdahulu. Hal ini merupakan pengingkaran mereka terhadap kebenaran Al Quran yang dibawa Rasulullah. Selain itu dalam tafsir, kata "mahjuron" juga dapat berasal dari kata "al hajr" yang berarti meninggalkan, mengabaikan, atau tidak memperdulikan. Dalam pengertian ini Al Quran dijadikan sebagai sesuatu yang ditinggalkan atau dikalahkan dengan hal yang lain.

Tentulah kita semua berharap agar kita tidak termasuk ke dalam golongan yang meninggalkan Al Quran. Apalagi termasuk ke dalam golongan yang mengingkari kebenaran Al Quran dan bahkan memberi tuduhan-tuduhan keji terhadap Al Quran seperti yang dilakukan kaum musyrikin Quraish. Termasuk juga semoga kita dihindarkan dari sikap menzalimi atau memfitnah para penyeru Al Quran yang berada dalam kebenaran, sementara kita merasa berada di pihak yang benar.

Untuk itu, tidak ada cara lain bagi diri kita agar selamat dunia dan akhirat, selain dengan kembali kepada pedoman Al Quran dan Hadis dengan pemahaman yang benar. Seberapapun besarnya kesibukan kita, haruslah kita mengupayakan untuk membaca, mengkaji, dan mentadabburi Al Quran secara istiqomah (konsisten). Jangan jadikan Al Quran hanya sebagai hiasan di rumah-rumah kita. Jangan jadikan majelis-majelis ilmu yang mengkaji Al Quran sepi tanpa kehadiran kita.

Dan yang paling penting kita tidaklah boleh patah semangat dalam menyerukan Al Quran dan Hadis sebagai upaya amar makruf nahi mungkar. Kita tidak perlu merasa kecewa dan khawatir dengan sikap mereka yang menolak atau acuh tak acuh terhadap seruan dakwah kita bahkan berpotensi menzalimi diri kita. Justru inilah tugas setiap kaum muslimin yaitu untuk sekedar menyampaikan kebenaran walau hanya satu ayat, sedangkan hidayah adalah hak preogratif Allah. Hal inilah yang memang akan dhadapi oleh setiap kaum muslimin yang mendakwahkan Al Quran dan Hadis, sesuai yang telah ditakdirkan Allah dan dijelaskan dalam ayat selanjutnya dalam surat Al Furqon tersebut,

Allah berfriman :

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا

Seperti itulah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong. (QS al-Furqan [25]: 31).

Jika umat ini jauh dari Al Quran maka akan dapat berakibat fatal. Seperti halnya nahkoda kapal yang sedang mengendarai kapal yang canggih di tengah samudera yang luas namun kehilangan alat navigasi atau tidak mengerti ilmu navigasi sama sekali.

Menurut Ibnu Qoyyim Al Jauziah, jika seseorang meninggalkan al Quran maka akan mengakibatkan beberapa hal diantaranya sebagai berikut :
  1. Akibat yang pertama, orang yang meninggalkan al Quran akan mendapatkan kesempitan hidup. Mengapa ini bisa terjadi? Jawabannya ada dua : yang pertama karena di dalam al Quran ada ketenangan. Bahkan ketika kita tidak tahu bahasa arab kita bisa tersentuh ketika mendengar lantunan ayat suci al Quran. Ini salah satu contoh dan bukti bahwa Al Quran memberikan ketenangan. Dalam tubuh manusia ada dua unsur yakni unsur jasad dan unsur jiwa. Jika jasad yang berasal dari unsur bumi mengalami kekurangan maka harus dipenuhi oleh zat-zat dari unsur bumi. Misalkan ketika jasad kita lapar maka kita harus memenuhi kebutuhan ini dari makanan dan minuman. Jika kita ingin membeli sesuatu maka kita harus bekerja untuk mendapatkan uang sehingga mampu membeli apa yang kita inginkan. Sedangkan jiwa, kebutuhannya harus dipenuhi oleh hal-hal yang dapat memenuhi kebutuhan jiwa. Kebutuhan jiwa ini dapat dipenuhi oleh membaca al Quran. Banyak orang juga menganggap bahwa kebutuhan jiwa ini dapat dipenuhi dari seni dan musik. Padahal kenyataannya seni dan musik tidak memberikan ketenangan jiwa yang hakiki, hanya bersifat sesaat, semu, atau malah semakin terjatuh kepada kecemasan dan kegalauan yang tiada akhir. Yang kedua, Karena di dalam al Quran ada petunjuk kehidupan, jika kita meninggalkan al Quran maka kita akan kehilangan petunjuk hidup yang akhirnya mengarahkan kita pada kesulitan-kesulitan hidup.
  2. Akibat yang kedua dari meninggalkan Al Quran adalah tidak bisa merasakan lezatnya bersama Al Quran. Jika seseorang bisa merasakan lezatnya al Quran maka dia tidak akan merasa bosan membaca dan mentadabburi al Quran. Sedangkan jika seseorang menjauhi Al Quran maka dia tidak akan bisa mendapat kenikmatan tersebut.
  3. Akibat yang ketiga dari meninggalkan Al Quran adalah timbulnya rasa malas yang berkelanjutan. Jika seseorang meninggalkan al Quran dalam waktu lama maka untuk memulai dekat lagi dengan Al Quran dia akan kesulitan melawan rasa malas seperti kondisi pada awalnya ketika dia hendak mendekati Al Quran.
  4. Akibat yang keempat dari meninggalkan Al Quran adalah seseorang bisa menjadi temannya setan. Jika seseorang menjauhi al Quran maka setan akan lebih mudah mendekati dan menggoda.

Dengan demikian, ini seharusnya menjadi tugas kita bersama sebagai kaum muslimin untuk saling beramar makruf nahi mungkar agar umat Islam di negeri ini kembali kepada panduan Al Quran dan Hadis sesuai dengan pemahaman dan praktek yang benar. Yakni yang sesuai pemahaman dan praktek Rasulullah dan para Sahabatnya, generasi tabi'in dan generasi tabi'ut tabi'in dimana ketiga generasi awal ini adalah generasi terbaik umat Islam sehingga harus menjadi patokan/standar/acuan umat Islam sepanjang masa hingga hari kiamat. Mudah-mudahan dengan segala upaya kita ini, Allah memberikan ridho-Nya sehingga kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang beruntung.

Selasa, 15 November 2016

Kautamaan Hadir Dalam Majelis Ilmu


Di dalam Islam, ilmu memiliki kedudukan yang tinggi. Orang yang berilmu akan mendapatkan kedudukan beberapa derajat lebih tinggi di sisi Allah dibandingkan yang tidak berilmu. Karena tidak mungkin umat Islam memiliki pemahaman dan beramal dengan benar jika tidak memiliki bekal ilmu syar'i yang sesuai tuntunan Rasulullah.

Beberapa keutamaan hadir dalam majelis ilmu syar'i :
  1. Akan mendapat as Sakinah atau ketenangan hati.
  2. Akan mendapat rahmat dan kasih sayang Allah.
  3. Dikelilingi dan diridhoi/dihormati para malaikat.
  4. Disebut nama-nama mereka oleh Allah dan dipuji-puji dihadapan para malaikat dan mahluk-mahluk yang mulia di sisi Allah.

Dengan demikian, setiap umat Islam seharusnya melakukan usaha-usaha yang sungguh-sungguh dan konsisten untuk dapat mendatangi majelis ilmu syar'i sehingga dapat mengambil ilmu darinya. Hal ini merupakan bekal agar memiliki pemahaman yang benar dalam ber-Islam dan juga untuk dapat beramal secara benar sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad, para Sahabat Nabi, generasi tabi'in dan tabi'ut tabi'in. Dalam ketiga generasi awal ke-Islaman inilah ilmu syar'i masih terjaga dan terjamin kemurniannya sesuai yang disebutkan Nabi dalam hadis. Adapun ulama-ulama setelahnya hingga masa kini yang mengikuti jalannya tiga generasi awal tadi adalah jalan yang tersedia bagi kita untuk mendapatkan ilmu syar'i yang masih murni tersebut.

Jadi kita juga harus meyakinkan diri bahwa majelis ilmu syar'i yang kita datangi adalah majelis ilmu syar'i yang sesuai dengan Al Quran dan Sunnah yang mengajarkan pemahaman dan praktek Islam yang benar sesuai jalannya ketiga generasi awal. Hal ini berhubung banyak juga majelis ilmu syar'i yang mengklaim bahwa mereka mangajarkan Al Quran dan Sunnah namun pemahaman Al Quran dan Sunnah mereka tidak sesuai dan bertentangan dengan apa yang pernah disampaikan ulama-ulama terdahulu.

Senin, 14 November 2016

Wasiat Rasulullah Kepada Ibnu Abbas


Ibnu Abbas merupakan salah satu sahabat Nabi yang selalu menjadi rujukan sahabat-sahabat lain dalam keilmuan. Dalam suatu riwayat hadis disebutkan bahwa beliau ketika masih kanak-kanak sempat mendapat wasiat dari Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam.

بْد الله بن عَبّاسٍ -رَضِي اللهُ عَنْهُما- قالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمًا، فَقَالَ: ((يَا غُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ؛ احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ))

Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menceritakan suatu hari bahwa beliau berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau (Rasulullah) bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat. Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. (Sunan At Trmidzi no. 2516, Imam Ahmad bin Hambal di dalam kitab Al Musnad, dll)

Dari pesan Rasulullah kepada Ibnu Abbas ini kita bisa mempelajari beberapa hal:

Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Maksudnya adalah kita harus senantiasa menjaga diri kita agar selalu dapat menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Jika kita bisa konsisten melakukan hal ini maka Allah akan menjaga kita. Bentuk penjagaan Allah dapat berupa terjaganya agama dan iman kita, sehingga kita akan semakin mudah dan ringan dalam beribadah kepada-Nya. Bentuk penjagaan Allah dapat juga berupa terjaganya urusan keduniaan kita misal terjaga kesehatan, tercukupinya harta, keselamatan dan kebahagiaan bersama keluarga, dan lain-lain.

Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Maksudnya adalah jika kita menjaga diri kita agar senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya maka Allah akan berada didepan kita untuk mengarahkan kita kepada kebaikan dan mencegah kita dari jalan keburukan.

Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah. Maksud kalimat ini adalah kita sebagai hamba Allah haruslah senantiasa meminta hanya kepada Allah. Kita tidak boleh meminta kepada selain Allah dan menganggap yang selain Allah itu memiliki kekuatan yang bisa mengabulkan permintaan kita.

Jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Kalimat ini menunjukkan bahwa harus hanya kepada Allah sajalah manusia hendaknya meminta pertolongan. Karena pada hakekatnya hanya Allah saja yang mampu memberikan pertolongan kepada diri kita. Semua yang terjadi pada diri kita baik yang berupa kebaikan atau keburukan adalah atas izin Allah. Jadi hanya Allah sajalah yang bisa merubah kondisi kita. Sedangkan manusia hanya bisa mengusahakannya.

Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Maksud kalimat ini adalah keuntungan atau kebaikan yang kita dapatkan telah ditentukan oleh Allah. Walaupun kita telah berusaha sekuat tenaga atau orang-orang dan seluruh mahluk bersatu untuk membantu kita, tetapi jika kebaikan/keuntungan yang kita harapkan itu bukanlah takdir kita maka kita tidak akan pernah mendapatkannya.

Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Sama halnya dengan kalimat sebelumnya, jika misalkan seluruh dunia hendak mencelakai kita, namun ternyata itu bukan ketetapan yang akan terjadi kita maka sampai kapanpun mereka tidak akan mampu membahayakan kita.

Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. Maksudnya adalah takdir kebaikan atau keburukan yang menimpa kita telah ditetapkan oleh Allah. Jadi tidak alasan untuk berkeluh kesah.