Selasa, 27 Maret 2012

MINYAK BUMI VS GAS ALAM


Minyak bumi dan gas alam adalah sama-sama merupakan sumber energi tidak terbarukan. Namun demikian, di sini akan dijelaskan tiga hal yang membedakan diantara keduanya:

Pertama, gas alam relatif lebih praktis penggunaanya karena dapat langsung digunakan setelah dieksplorasi dari dalam perut bumi. Tidak seperti halnya minyak bumi yang masih memerlukan sejumlah upaya pengolahan sebelum benar-benar dapat digunakan. Namun demikian ini berlaku hanya pada penggunaan lokal di sekitar daerah sumber gas alam. Apabila pengguna gas berada jauh dari sumber gas alam, maka gas alam akan memerlukan sejumlah treatment pemampatan volume gas, yaitu bisa melalui teknologi CNG atau LNG. Tentu saja harganya pun akan lebih mahal dari sebelumnya. Namun demikian akan tetap lebih murah dari minyak bumi yang telah diolah.

Kedua, perkembangan produksi dan cadangan gas alam di wilayah Indonesia lebih menjanjikan dibandingkan cadangan minyak bumi. Lihat saja perkembangan volume ekspor minyak mentah nasional dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2000, Indonesia mampu mengekspor minyak hingga 225 juta barrel. Namun, pada tahun 2009 volumenya hanya mencapai 117 juta barrel atau tergerus 48 persen. Turunnya volume ekspor minyak bumi ini berkaitan dengan melemahnya produksi minyak dalam negeri. Volume produksi minyak menurun dari 517 juta barrel (2000) menjadi 337 juta barrel (2009). Bersamaan dengan melemahnya volume produksi, cadangan minyak bumi di Indonesia pun terus menipis. Cadangan minyak Indonesia berdasarkan catatan tahun 2008 diperkirakan mencapai 3,7 miliar barrel atau 0,3 persen dari total cadangan dunia. Stok cadangan Indonesia ini terus turun dari 10 tahun silam, yang mencapai 5,1 miliar barrel. Dengan cadangan yang ada, ditambah asumsi tingkat produksi minyak konstan di level 357 juta barrel per tahun (produksi aktual tahun 2008) dan tanpa penemuan cadangan minyak baru, stok cadangan ini diperkirakan akan terkuras dalam tempo 10 tahun.

Seiring turunnya volume produksi dan ekspor minyak mentah serta terdongkraknya harga energi di pasar global, pamor gas alam mulai terangkat. Nilai ekspor komoditas ini bahkan melampaui ekspor minyak bumi sejak tahun 2005. Volume produksi gas alam cenderung stabil, yaitu dari 2,8 miliar MSCF (2000) menjadi 3,0 miliar MSCF (2009) atau naik 4,5 persen. Naiknya produksi gas alam diikuti kenaikan volume pemanfaatannya sebesar 4 persen. Cadangan gas alam kita pun relatif besar, yaitu mencapai 3,2 triliun meter kubik (2008) atau 1,7 persen dari cadangan gas alam di dunia. Rasio C/P gas alam bahkan menunjukkan cadangan ini mampu bertahan hingga 45 tahun.

Ketiga, gas alam lebih ramah lingkungan ketika digunakan karena kandungan metana (CH4) yang dominan dalam komposisi alaminya. Metana terbakar secara sempurna sehingga sangat minim menimbulkan residu selama proses pembakaran. Berbeda halnya dengan minyak bumi yang akan menghasilakn gas-gas tidak ramah lingkungan selama proses pembakaran, misalnya NOx, CO, CO2, sulfur, dan lain-lain.

Melalui ketiga hal di atas, sudah selayaknya bangsa Indonesia bisa memaksimalkan pemanfaatan gas alam, terutama untuk konsumsi dalam negeri. Perlu diketahui, penggunaan gas alam di Indonesia untuk konsumsi domestik masih sangat minim, padahal potensi kandungan gas alam di dalam negeri sangat besar. Sebagian besar gas alam dari bumi Indonesia justru diekspor ke luar negeri seperti ke Jepang, Taiwan, Korea, dan lain-lain. Hal ini patut disayangkan. Padahal gas alam merupakan sumber energi yang murah dan ramah lingkungan. Bisa untuk aplikasi rumah tangga dan industri baik sebagai gas alam maupun sebagai LPG, selain itu bisa digunakan untuk transportasi. Untuk itu, perlu kesadaran dan komitment bersama untuk mulai memanfaatkan gas alam Indonesia untuk pembangunan negeri sendiri dan mulai mengurangi penggunaan BBM.

Minggu, 11 Maret 2012

DIAGRAM ROGER HAMILTON


MECHANIC
Orang yang suka mengandalkan dan mengikuti sistem untuk menjadi kaya. Contohnya adalah Ray Kroc, pemilik McDonald. Walaupun dia bukan penemu hamburger, tetapi dialah yang menemukan cara memasarkan hamburger ke seluruh dunia, sehingga McDonald berkembang pesat hingga sebesar sekarang. Ciri-ciri orang tipe ini adalah senang detail dan tekun dalam mengikuti sistem

CREATOR
Orang yang suka menciptakan hal baru dan menjadi kaya karena hal baru tersebut. Contohnya adalah Steve Jobs, pendiri Apple Computer, Pixar Studio (creator film animasi Toy's Story), penemu iPod. Ciri-ciri orang tipe ini adalah kreatif, inovatif, suka hal baru, suka tantangan baru

STAR
Orang yang mendapatkan kekayaan karena mengandalkan keahlian atau bakat khusus yang sulit ditiru atau diduplikasi oleh orang lain, dan apa yang dilakukannya sulit didelegasikan kepada orang lain. Contohnya adalah Keanu Reeves, Celine Dion, Mohammad Ali, Ki Manteb Sudarsono. Ciri-ciri orang bertipe star adalah bakat khususnya yang sangat menonjol dibandingkan orang kebanyakan, mempunyai keahlian untuk menarik perhatian baik disadari atau tidak, senang menjadi pusat perhatian, sangat terlihat menonjol di bidangnya.

SUPPORT
Orang yang mendapatkan kekayaan karena keahliannya untuk mendukung atau memobilisasi dan mengorganisasikan dukungan, sumber daya, untuk mencapai sebuah tujuan. Contohnya adalah Jack Welch (mantan CEO General Electric). Ciri-ciri orang tipe Support adalah memiliki leadership dan kemampuan manajerial yang sangat menonjol.

DEAL MAKER
Orang yang mendapatkan kekayaan karena keahliannya untuk bernegoisasi dan mempertemukan dua kepentingan atau lebih. Contoh, Li Ka Sing (konglomerat properti Hongkong). Ciri-ciri orang dengan tipe Deal Maker adalah punya banyak teman, senang bergaul, jago meyakinkan orang, senang menjodohkan orang.

TRADER
Orang yang mendapatkan kekayaan karena keahlian berdagang. Contohnya George Soros. Banyak orang mengira bahwa George Soros adalah seorang investor, padahal dia adalah seorang pedagang sejati. Ciri-ciri orang seperti ini adalah peka tentang waktu, perhitungan, tidak malu dalam berjualan, berorientasi pada keuntungan dan suka keuntungan cepat atau jangka pendek.

ACCUMULATOR
Orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara berinvestasi tanpa terlibat sehari-hari dalam bisnisnya, tanpa memiliki bisnisnya secara keseluruhan. Contohnya adalah Warren Buffet (investor saham paling kaya di dunia). Ciri-ciri orang seperti ini adalah ahli dan suka menganalisis angka-angka, punya kepemimpinan, senang mencermati tren, suka berada di balik layar, sabar, tidak emosional, suka keuntungan jangka panjang.

LORD
Orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara mempunyai banyak bisnis. Contohnya Liem Sioe Liong (mantan konglomerat nomor satu di Indonesia). Ciri-ciri orang bertipe Lord adalah suka perhitungan, melihat peluang dimana-mana, mampu mendelegasikan, pintar memilih dan menilai orang.

(Diringkas dari seminar Stealth Wealth oleh Roger Hamilton, disadur dari Tung Desem Waringin dalam Finacial Revolution)

Sabtu, 21 Januari 2012

BEKERJA KERAS VS BEKERJA CERDAS


Pola pikir dan budaya kerja yang sepertinya harus mulai direview atau di-redefinisi adalah pola pikir "bekerja keras". Dalam banyak korporasi, perusahaan, lembaga pemerintahan, dan lain sebagainya, selalu didoktrinkan untuk bekerja keras agar profit perusahaan meningkat, karir segera melesat, dan bisa lebih cepat dipromosikan naik jabatan atau golongan. Kenyataannya, sistem seperti ini tidak berhasil membawa kemajuan berarti, karena permasalahan sosial malah semakin banyak bermunculan. Hasil dari kerja keras pun akhirnya banyak tersedot dalam penyelesaian permasalahan-permasalahan sosial tersebut.

Kebanyakan kaum muslimin berpikir bahwa kerja keras itu adalah ibadah. Sehingga perlu dimaksimalkan. Jadi kemudian banyaklah orang-orang bekerja dengan begitu giatnya. Berangkat sebelum subuh, dan pulang hingga larut malam, untuk mendapat predikat: "Pekerja Keras".

Namun, ada satu hal yang dilupakan dalam konsep berpikir yang demikian. Memang benar bahwa bekerja adalah ibadah. Tetapi perlu diingat pula bahwa sebenarnya ibadah yang lain juga banyak, dimana masing-masing ibadah harus juga dipenuhi haknya. Jadi tidak hanya "ibadah bekerja" saja yang selalu dipenuhi, sementara ibadah yang lain ditinggalkan. Misalnya sholat jama'ah di masjid, meluangkan waktu untuk membaca ayat-ayat suci Al-Quran, manghadiri majellis ta'lim, memberikan perhatian secara langsung kepada anak dan istri di rumah, bersilaturrahmi dengan keluarga dan tetangga, dan lain sebagainya.

Apabila ditinjau ulang, apakah memang benar dengan bekerja keras, rezeki seseorang akan bertambah atau profit suatu korporasi secara keseluruhan bisa meningkat? Ini memang benar. Seperti janji Allah dalam surat Huud ayat 15:

Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (QS. Huud : 15)

Akan tetapi, mengingat orang-orang yang berlomba-lomba mengejar dunia memiliki kecenderungan menjadi lalai atau mengentengkan pada urusan-urusan ibadah yang lain, maka akibatnya fatal. Apa yang mereka usahakan selama di dunia akan menjadi sia-sia di akhirat kelak. Padahal dunia ini adalah kehidupan sementara sedangkan akhirat adalah tempat kehidupan yang kekal dan abadi.

Selain itu, karena kelalaian pada ibadah yang lain, akhirnya kesibukan bekerja hingga lupa waktu bisa memicu timbulnya permasalahan-permasalahan sosial. Baik dalam lingkungan keluarga, atau masyarakat secara luas. Kasus "broken home", kesenjangan sosial, penurunan moralitas, kriminalitas yang meningkat, dan lain sebagainya adalah beberapa bentuk akibat yang dapat ditimbulkan.

Karenanya, mereka yang hanya menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya akan mengalami seperti yang difirmankan Allah dalam kelanjutan surat Huud ayat 16:

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan? (QS. Huud : 16)

Jadi, jangan sampai terpaku dalam konsep "bekerja keras" untuk sukses. Kita harus mulai mengusung slogan "bekerja cerdas". Seseorang yang bekerja secara cerdas akan selalu menyeimbangkan usaha untuk dunia dengan usaha untuk akhirat. Mereka mengusahakan urusan dunia, tetapi tetap tidak lalai dalam perkara akhirat. Mereka tidak terlena pada upaya bekerja keras untuk meningkatkan taraf hidup, karena mereka meyakini bahwa rezeki mereka telah ditentukan oleh Allah. Mereka bekerja sesuai dengan kewajibannya, lalu bersegera untuk memenuhi hak dari ibadah-ibadah yang lainnya.

Orang yang bekerja cerdas ada dua tingkatan atau dua level. Level pertama adalah mereka yang selalu bersyukur. Tanda-tanda orang yang seperti ini adalah gemar bersedekah dan berinfaq. Mereka yang gemar menafkahkan hartanya di jalan Allah, Allah SWT akan membalas dengan sepuluh kali lipat, bahkan bisa 700 kali lipat atau bahkan tidak terhingga.

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah : 261)

Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. (QS. Al Hadid : 18)

Pada level selanjutnya dimiliki oleh mereka yang bertakwa. Mereka sangat meyakini bahwa Allah akan selalu menunjukkan jalan-jalan kemudahan dalam urusan-urusannya. Mereka tidak pernah ada rasa takut dan khawatir akan rezeki yang akan mereka terima. Mereka selalu istiqomah. Kedekatannya dengan Allah SWT membuat masalahnya banyak yang dimudahkan untuk diselesaikan. Rezeki orang yang berada pada level ini adalah rezeki yang datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Orang yang berada pada level ini adalah orang yang hati, pikiran, ucapan dan tindakannya sangat terjaga.

Akhir kata, ada satu hal yang perlu kita ingat. Bekerja secara cerdas tidaklah semudah yang dibayangkan, karena tentunya godaan dan cobaan akan selalu datang menerpa untuk menguji konsistensi kita. Apapun yang terjadi kita harus selalu istiqomah di jalan Allah. Yakinlah bahwa Allah akan selalu menunjukkan jalan-jalan kemudahan bagi hamba-hambanya yang bersyukur dan bertawakkal.

Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (QS. Al Lail : 5-7)