Kamis, 10 Maret 2011

BAGAIMANA CARA MENJADI ORANG CERDAS


Kecerdasan merupakan suatu kelebihan yang dimiliki seseorang . kecerdasan ini diamanahkan oleh Allah kepada manusia, agar manusia bisa menjalankan fungsinya di muka bumi ini yaitu sebagai khalifah (pemimpin). Manusia ditugaskan sebagai pengelola segala sesuatu yang ada di muka bumi ini.

Orang yang cerdas adalah orang yang bisa memberikan suatu solusi yang cemerlang dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi.

Masyarakat saat ini mempunyai suatu paradigma mengenai kecerdasan, yaitu segala sesuatu yang menyangkut tingkat pendidikan seseorang. Seorang yang telah memiliki gelar pendidikan yang tinggi akan dihormati dan dielu-elukan bahwa dia adalah orang yang cerdas dan akan lebih bisa memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah di tengah masyarakat dibandingkan dengan orang yang tidak mengenyam pendidikan.

Untuk bisa menempati suatu posisi tertentu di pemerintahan, seseorang harus memiliki kualifikasi pendidikan tinggi tertentu. Dalam kasus yang lain, seseorang lulusan perguruan tinggi yang ingin mendapatkan pekerjaan dengan mudah harus memiliki IPK yang lebih tinggi atau sama dengan 3,00 dalam skala 4,00.

Namun kenyataan sekarang yang ada, yaitu memang banyak orang yang berpendidikan tinggi, namun semakin banyak pula kemerosotan moral terjadi. Kejahatan-kejahatan berbalut intelektual, penyelewengan hak, hingga beragam penyalahguanaan sarana teknologi merupakan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari kita. Apakah hal ini diakibatkan oleh terlalu banyak orang yang cerdas?

Lantas, bagaimana halnya orang yang cerdas yang digambarkan oleh Rasulullah. Simak hadis barikut.
Ibnu Umar RA. berkata, “Aku datang menemui Nabi SAW. bersama sepuluh orang, lalu salah seorang dari kaum Anshar bertanya kepada Beliau, ‘Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah orang-orang cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kemuliaan akhirat’. (HR Ibnu Majah).

Dengan mengingat kematian, seseorang akan berupaya untuk memanfaatkan waktunya dengan baik. Dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya, apalagi menggunakan waktunya untuk bermaksiat kepada Allah. Waktu tidak bisa kita ulangi kembali, sedangkan kematian pun bisa datang-datang sewaktu-waktu tanpa bisa diduga-duga. Sehingga setiap detik akan terasa berharga untuk kita manfaatkan sebaik-baiknya.

Waktu yang tersedia akan dicurahkan sepenuhnya untuk senantiasa beribadah kepada Allah. Segala sesuatu yang dikerjakannya dalam kehidupan sehari-hari akan dia tujukan sebagai suatu bentuk ibadah dan sebagai suatu upaya untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah.

Setiap hal yang dilakukan seorang hamba Allah haruslah merupakan suatu bentuk amal perbuatan yang baik. Untuk bisa mengetahui bagaimana cara beramal yang baik, dan hal-hal apa saja yang dapat diamalkan untuk kebaikan, orang yang cerdas akan selalu mencari tahu, dia akan selalu belajar.

Al Baqarah ayat 164: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Segala yang diciptakan oleh Allah adalah mengandung ilmu yang harus digali oleh manusia untuk mendapatkannya. Dengan bekal ilmu ini manusia kemudian mengamalkannya sebagai upaya untuk meningkatkan derajatnya di hadapan Allah.

Dari sini kita akan mengetahui bahwa orang yang cerdas seperti ini, tentunya akan menjadi orang yang senantiasa memberikan kontribusi yang posistif bagi masyarakat dimana dia tinggal. Dia akan menjadi teladan bagi masyakatnya dan juga bertindak sebagai penggerak kegiatan-kegiatan posistif di tengah, masyarakat. Tidak hanya itu, ia juga akan menjadi motivator bagi orang-orang sekitarnya untuk bisa juga menjadi lebih cerdas daripadanya, sehingga akan tercipta suatu proses regenarasi manusia cerdas yang berkelanjutan.

Senin, 07 Maret 2011

HOMESICK


Bagi mereka yang tinggal jauh dari tempat kelahiran, dalam suatu taraf tertentu dan dalam suatu waktu tertentu akan mengalami apa yang disebut sebagai homesick.

Sebuah makalah yang ditulis oleh Chris Thurber dan juga Edward Walton dalam jurnal American Academy of Pediatrics menuturkan bahwa rindu kampung halaman (homesickness) didefinisikan sebagai penderitaan atau kesengsaraan dan penurunan fungsional yang disebabkan oleh pemisahan dirinya dengan rumah atau objek-objek tertentu.

"Mereka yang menderita kondisi ini umumnya merasakan beberapa bentuk kecemasan, kesedihan dan kegelisahan. Dan yang paling jelas adalah pikiran obsesif terhadap keasyikan di rumah," ungkap Thurber, seperti dikutip dari CNN, Rabu (15/9/2010).

Para ahli menuturkan bahwa rindu yang tercipta belum tentu selalu tentang rumah, karena bisa saja ia merindukan sesuatu tentang lingkungan, atau teman-temannya. Homesick ini bisa juga disebabkan karena merasa kehilangan momen-momen bersama orang-orang terdekat, keluarga, teman, pacar. Misalnya tidak bisa hadir saat temannya menikah atau memiliki anak. Selain itu lingkungan baru dengan aktivitas yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya membuat seseorang merasa asing di lingkungan tersebut. Kebiasaan lama yang kemudian berubah atau hilang di tempat baru juga bisa membuat orang merasa homesick. Jadi homesick ini tidak sama persis dengan suatu penyakit.

"Homesick berasal dari kebutuhan naluriah seseorang mengenai cinta, perlindungan, keamanan, perasaan dan kualitas yang biasanya berhubungan dengan rumah. Ketika kualitas tersebut tidak ada di lingkungan yang baru, maka seseorang akan mulai merasakan ada sesuatu yang hilang," ujar Josh Klapow, seorang psikolog klinis dan profesor dari University of Alabama's School of Public Health.

Klapow menuturkan seseorang tidak hanya merasa kehilangan rumah, tapi merasa kehilangan sesuatu yang normal, rutinitas dan ruang sosial yang lebih besar yang dapat membantunya bertahan hidup.

"Homesick adalah suatu emosi spontan yang bisa dirasakan dampaknya oleh orang dewasa dan anak-anak, sehingga dibutuhkan periode waktu tertentu agar bisa beradaptasi dengan lingkungan baru," ungkap Thurber.

Perasaan homesick ini akan membuat seseorang menjadi lebih sensitif dan melankolis. Ia cenderung mendramatisir perasaan sedih yang dialaminya. Ia akan mudah merasa terisolasi, sedih, dan kosong. Selain berpengaruh pada kondisi mental kejiwaan seseorang, homesick juga bisa mempengaruhi kondisi tubuh. Seseorang yang dilanda homesick biasanya akan mudah kehilangan nafsu makan hingga menyebabkan berat badannya berkurang, selalu merasa pusing, hingga sakit perut tiba-tiba.

Perasaan seperti ini bisa bertahan dalam jangka waktu beberapa hari hingga berminggu-minggu. Semuanya itu tergantung dari kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Banyak faktor yang bisa mempengaruhi kondisi homesick ini, salah satunya adalah faktor orangtua. Karena itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua agar homesick anaknya tidak bertambah buruk, yaitu:
  1. Usahakan untuk menghindari ekspresi kecemasan di depan anak, tapi cobalah untuk menunjukkan rasa optimisme mengenai pengalaman yang berhasil dilaluinya.
  2. Jangan terlalu sering menelepon. Panggilan telepon bisa menjadi bumerang, mendengar orangtua atau anaknya menangis bisa memperburuk rasa kerinduang yang muncul.
  3. Doronglah anak untuk mencari teman dan dukungan dari orang-orang yang dipercayainya di lingkungan baru. Hal ini bisa membantunya memudahkan proses transisi.
  4. Usahakan untuk tidak membuat janji akan menjemputnya bisa timbul rasa rindu, karena hal ini akan menurunkan kemungkinan kesuksesan si anak di lingkungan baru.
Namun jika rasa rindu tersebut muncul, seseorang bisa melakukan beberapa tips berikut untuk mengatasinya, yaitu:
  1. Eksplor tempat baru. Belilah peta atau petunjuk jalan. Carilah tempat-tempat menarik seperti situs kebudayaan, tempat nongkrong, komunitas, museum, pameran seni, tempat makan, hingga event-event seru yang biasa diadakan di kota tempatmu tinggal yang baru ini. Eksplorlah bersama teman-teman disana. Jangan biarkan dirimu berdiam diri sendiri di rumah sambil terus bersedih hati. Lakukan hal yang menyenangkan sekaligus menantang. Aktifkan dirimmu. Semakin kamu mengenal kota barumu itu, semakin kamu akan merasa disanalah rumahmu yang baru. Dan semakin cepat kamu menyatu dengan tempat barumu, maka akan semakin cepat perasaan homesick hilang.
  2. Lakukan berbagai kegiatan, misalnya mengikuti kegiatan sosial atau aktivitas di luar kantor, hal ini bisa membantu melupakan rasa rindu dan menambah teman baru. Lakukan kegiatan outdoor yang menyenangkan seperti berjalan, berlari, bersepeda, berenang, dan menari. Selain akan memperkuat hubungan sosial dengan anggota yang lain.
  3. Membentuk rutinitas sendiri, misalnya dengan tidur lebih cepat atau melakukan rutinitas baru lainnya.
  4. Berbicara dengan seseorang yang bisa memahami dan memiliki perasaan yang sama.
  5. Melakukan sesuatu agar bisa merasa lebih dekat dengan rumah, misalnya meletakkan foto anggota keluarga atau membawa beberapa barang dari rumah.
  6. Tetap jaga hubungan dengan keluarga dan teman terdeka. Jangan berusaha untuk menghilangkan perasaan homesick. Justru rasa homesick ini akan tetap menjaga komunikasi dan hubunganmu dengan kerabat dan terman terdahulu yang berada jauh darimu. Cobalah untuk mempertahankan hubungan yang pernah terjalin dahulu, berbagilah cerita tentang kehidupan barumu. Komunikasi yang konsisten dengan keluarga dan teman di kampung halaman akan membuatmu selalu merasa disayangi dan akan tetap merasa seimbang.

Referensi
http://health.detik.com/read/2010/09/15/160057/1441112/766/mengatasi-rasa-homesick?ld991107763
http://uzix-boysunderlife.blogspot.com/2010/11/cara-mengatasi-homesick.html#more
http://bumblebeebiz.blogspot.com/2010/11/cara-mengatasi-homesick.html

Senin, 28 Februari 2011

DIGNITY DALAM PANDANGAN ISLAM DAN MATERIALISME


Sebagian besar masyarakat yang ada sekarang menganggap tingkat kesuksesan sesorang selalu diukur dari apa yang dikenakannya. Seorang pengusaha yang merasa bahwa dirinya telah sukses dalam usahanya, akan menunjukkan kesuksesannya tersebut dengan memiliki sejumlah mobil mewah atau rumah yang besar dan megah. Seberapa banyak mobil mewah yang dia miliki, atau seberapa megah rumahnya akan dia sesuaikan dengan penilaiannya mengenai seberapa sukses dia dalam kehidupannya. Ini dilakuakan dalam rangka menunjukkan status soialnya di tengah masyarakat bahwa dia adalah seorang yang sukses. Dengan melakukan hal semacam ini, dia berharap orang-orang akan menganggapnya sebagai seorang yang punya status sosial yang lebih tinggi atau lebih ber-dignity dibandingkan orang lain.

Secara singkat, dapat dikatakan bahwa tingkat kesuksesan seseorang dalam hidup selalu diukur dari sisi materi. Pola pikir seperti ini merupakan salah satu bentuk pola pikir materialisme.

Allah menjelaskan di dalam Al-Quran mengenai fenomena ini, dimana manusia secara naluriahnya memang cendeung menyenangi segala hal yang berbau materi.

Al Imron :14. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Padahal Allah telah memberikan suatu pengertian bahwa terdapat suatu hal yang seharusnya selalu menjadi tujuan manusia dalam membina kehidupan di dunia ini, yaitu untuk mendapatkan tempat yang tinggi di akhirat kelak. Hal ini dijelaskan dalam ayat berikutnya.

Al Imron :15. Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.

Jadi dari sini dapat dikatakan bahwa pola pikir dan gaya hidup materialisme ini bertentangan dengan ajaran islam.

Ini dapat dilihat juga dari gaya hidup Rasulullah, terkhusunya setelah beliau diangkat menjadi Nabi hingga akhir hayatnya (selama masa kenabian). Rasulullah dan para sahabat generasi awal misalnya Abu bakar, Umar, Ustman, dan Ali selalu mencontohkan gaya hidup yang sederhana bahkan cenderung terlihat kekurangan materi, walaupun mereka punya kekuasaan yang besar.

Ahl bin Sa’ad, salah satu sahabat Nabi, berkata: ”Rasulullah tidak pernah terlihat makan roti dari tepung pilihan dari saat itu (kenabian) hingga beliau meninggal”.

Ahmad mengeluarkan dengan isnad yang shahih, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, “Umar bin Al-Khaththab ra. bercerita kepadaku, “Aku pernah memasuki rumah Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam, yang saat itu beliau sedang berbaring di atas selembar tikar. Setelah aku duduk di dekat beliau, aku baru tahu bahwa beliau juga menggelar kain mantelnya di atas tikar, dan tidak ada sesuatu yang lain, Tikar itu telah menimbulkan bekas guratan di lambung beliau. Aku juga melihat di salah satu pojok rumah beliau ada satu takar gandum. Di dinding tergantung selembar kulit yang sudah disamak. Melihat kesederhanaan ini kedua mataku meneteskan air mata."

“Mengapa engkau menangis wahai Ibnul-Khaththab?” tanya beliau. “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis jika melihat gurat-gurat tikar yang membekas di lambung engkau itu dan lemari yang hanya diisi barang itu? Padahal Kisra dan Kaisar hidup di antara buab-buahan dan sungai yang mengalir. Engkau adalah Nabi Allah dan orang pilihan-Nya, sementara lemari engkau hanya seperti itu.”
“Wahai Ibnul-Khaththab, apakah engkau tidak ridha jika kita mendapatkan akhirat, sedangkan mereka hanya mendapatkan dunia?”

Al-Hakim juga mentakhrijnya secara shahih, berdasarkan syarat Muslim. Ibnu Hibban meriwayatkannya dari Anas, dan dia menyebutkan yang seperti ini. Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib, 5/161

Sahabat Nabi Muhammad yang lain, Amr bin Haris, mengatakan bahwa: "ketika Nabi wafat tidak meninggalkan uang sepeserpun atau sesuatu yang lain kecuali pelana putih, senjata dan sebidang tanah untuk wakaf."

Nabi Muhammad hidup dalam kesederhanaan walaupun sebenarnya beliau punya kekuasaan yag besar. Namun Beliau menjadi pemimpin yang paling sukses di dunia karena telah berhasil meninggalkan karya nyata yaitu berupa sebagian besar penduduk semenanjung Arab sudah memeluk Islam sebelum beliau wafat dan masuk dibawah kekuasaan Islam sesudah tahun ke-18 kenabian, dan hingga sekarang islam dan ajran-ajarannya masih terus eksis dan terus berkembang.

Dari kehidupan Nabi Muhammad, kita dapat merenungkan apakah Beliau mengemban risalah untuk mendapatkan status sosial, kebesaran, dan kekuasaan?

Padahal seperti kita ketahui bersama, hasrat menikmati status sosial dan kekuasaan, dalam konsep materialisme, akan selalu diasosiasikan dengan kendaraan mewah, makanan yang enak, baju mahal, istana mewah, dan lain sebagainya.

Dan untuk itu, Allah memperingatkan manusia untuk tidak tergoda kepada dunia dan kesenangannya, yang sebenarnya hanyalah merupakan cobaa’an bagi manusia.

Al Hadid :20. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Saba’: 37. Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).

At Taubah:85. Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir.

Al Anfaal :28. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Tingkatan status sosial seseorang, dalam pandangan islam, akan dapat dicapai oleh seseorang sesuai dengan tingkat keimanan dan ketakwaannya kepada Allah.

Al hujurat:13. ......... Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dignity dalam konsep islam akan bisa dididapatkan oleh seorang muslim apabila dia menjalankan semua syariat atau ketentuan-ketentuan yang berasal dari Allah dan Rasulnya, dan tidak berbantah-bantahan mengenai hal itu atau dengan kata lain tetap dalam satu jama’ah.

Al Anfaal:46. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Selain itu menjalankan semua syariah secara menyeluruh bukan sepotong-sepotong.

Al Baqarah :208. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.

Apabila sesorang telah mantab keimanannya, maka Allah telah menjanjikan bahwa Dia akan menanamkan rasa takut ke dalah hati orang-orang yang mungkar kepada Allah, yang akan membuat mereka gentar dalam menghadapi kaum muslimum.

Al Imron :151. Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang lalim.

Dengan demikian, mari kita taati Allah dan Rasulnya dengan menjalankan semua perintah dan menjauhi segala larangannya, sesuai dengan tuntunan dalam Al-Quran dan Al Hadis untuk bisa memperoleh tempat yang paling mulia yang bisa kita dapatkan dihadapan Allah.

Sekalipun kita telah mencapai kesuksesan, hidup yang berkecukupan bahkan mungkin berlebih, kita harus berupaya keras untuk tetap berjuang di jalan Allah dengan cara-cara yang telah disyariatkan kepada kita.

Al Fathir :29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,

Al Baqarah :245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

Al Baqarah :261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.