Selasa, 17 Mei 2011

PENYAKIT HATI


Kehidupan merupakan suatu fase dimana setiap manusia dituntut untuk selalu belajar dan mengambil pelajaran darinya. Apabila manusia bisa menerima pembelajaran yang diterimanya dengan baik, maka akan bertambahlah tingkat keimanannya dan semakin diangkatlah dia oleh Allah pada derajat yang lebih tinggi.

Karenanya, cara belajar yang sesungguhnya dari kehidupan hanya bisa dilakukan melalui metode learning by doing. Setiap insan manusia, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, akan manjalani setiap fase kehidupan, yang dapat berupa kesulitan atau kemudahan. Dari sini dia akan mendapatkan pembelajaran. Selanjutnya adalah tergantung dari manusia itu sendiri dalam menyikapinya.

Namun sayangnya tidak semua manusia mampu mengambil pelajaran dari kehidupannya. Ketidakmampuan manusia mengambil pelajaran adalah karena di dalam hatinya terdapat penyakit hati. Iri, dengki, hasut, sombong, riya', berprasangka buruk merupakan beberapa bentuk penyakit hati yang lumrah menjangkiti hati setiap insan manusia. Menjadi sesuatu hal yang lumrah karena setan memang sengaja menanamkan sejumlah penyakit hati ini ke dalam setiap dada manusia. Setan menjadikan penyakit hati ini sebagai sumber atau modal bagi mereka untuk memulai segala godaan yang akan menjerumuskan umat manusia pada kemungkaran.

Semakin manusia tidak mau mengambil pelajaran, semakin penyakit hatinya bertambah menjadi-jadi. Dan begitu pula sebaliknya, apabila semakin parah penyakit hati yang dideritanya, semakin sulit pula manusia mampu mengambil pelajaran. Hal ini berujung pada kehidupan yang selalu tidak tenang, cemas, dan khawatir. Dalam kondisi seperti ini dia pun akan cenderung pula menganiaya atau menzalimi orang lain di sekitarnya.

Dengan demikian, agar setiap manusia bisa lebih mudah meresapi nilai-nilai dari pelajaran kehidupan, setiap manusia harus mengikis sedikit demi sedikit penyakit hati yang bersarang di dalam dada. Caranya adalah dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Manusia harus menjalankan semua aspek kehidupanya dengan dilandaskan pada syariat, yang telah dituliskan dalam Al-Quran dan Al Hadis. Setiap insan manusia yang mengaku sebagai hamba Allah harus melandaskan kehidupannya dengan nafas-nafas syariat, baik dalam keadaan terpaksa maupun dengan suka rela (ikhlas).

Dalam syariat telah dijelaskan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, apa yang dilarang dan apa yang wajib dilakukan. Para alim ulama yang memfatwakan suatu hukum adalah juga wajib diikuti karena mereka merumuskan fatwanya pada Al-Quran dan Al-Hadis.

Dalam syariat, apa yang diperintahkan kepada manusia dapat disebut sebagai ibadah. Ibadah dapat berupa ibadah vertikal (ditujukan kepada Allah), maupun yang sifatnya horisontal (ibadah yang berorientasi kepada sesama mahluk). Shalat, puasa, haji, merupakan beberapa contoh bentuk ibadah vertikal. Sedangkan sedekah, memelihara anak yatim, merawat orang tua, merupakan beberapa bentuk ibadah horisontal.

Semua ibadah ini apabila dilakukan dengan penuh keikhlasan, Insya Allah akan bisa membebaskan manusia dari penyakit hati.
Al Quran Surat Yunus ayat 57: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Ujian dari Allah yang datang silih berganti bahkan bertubi-tubi justru akan menambah keimanan para wali Allah. Sekalipun awalnya semua ibadah dilakukan dengan terpaksa, pada akhirnya apabila kita telah meraih hikmah dibaliknya, kita akan memahami bahwa setiap perintah Allah dan Rasulnya adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Al Quran surat Al Baqarah ayat 269: Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Dengan demikian, marilah kita bersama-sama bebaskan diri kita dari penyakit-penyakit hati, hilangkan prasangka buruk, hilangkan iri, dengki, hasut, termasuk di dalamnya membicarakan orang lain (nge-gosip). Apabila setiap dari kita telah mampu menghilangkan penyakit hati, maka ukhuwah islamiyah akan terbentuk dan umat ini akan bisa mencapai kembali kejayaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan beri komentar barupa kritik dan saran yang membangun demi kemajuan blog saya ini. Jangan malu - malu!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.