Rabu, 03 Juni 2009

MUNGKINKAH MENGHIDARI SEBUAH SURATAN TAKDIR?


Cobalah sejenak kita merenung untuk memikirkan secara mendalam tentang suatu rezeki yang pernah kita dapatkan, atau suatu musibah yang pernah menimpa kita. Lalu, lebih jauh lagi, pikirkanlah alur – alur dan proses yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa tersebut dengan segala aspek hubungan sebab akibatnya. Kita nantinya akan menemukan sebuah rahasia tersembunyi dari suatu sistem kehidupan.

Rezeki atau musibah, kemujuran atau kemalangan, kesemuanya seringkali kita dapati hanya dalam sekejap mata. Akan tetapi hal ini menimbulkan suatu kesan yang tak terlupakan. Dalam mendapatinya yang secara tiba – tiba dan tak terduga – duga ini, ternyata dibalik itu terdapat suatu proses panjang dan rumit yang melatarbelakanginya. Begitu rumitnya sampai – sampai kita tidak pernah dan mampu memikirkannya secara mendetail. Peristiwa – peristiwa tersebut disusun melalui suatu hukum sebab – akibat yang saling berkombinasi dengan suatu cara yang cerdas dan sulit dibayangkan, dimana kemudian mempertemukan kita dengan sesuatu hal yang bisa disebut sebagai suatu ketetapan Tuhan atau takdir. Takdir ini bisa berupa suatu kebaikan atau keburukan.

Untuk lebih bisa memahami secara konkret bagaimana skenario kehidupan yang begitu rumitnya berjalan, kita bisa menyimak sepenggal adegan dalam film “The Curious Case of Benjamin Button” yang dibintangi oleh Brad Pitt. Penggalan kisah dalam film ini menceritakan tentang beberapa skenario kehidupan sejumlah orang yang tidak saling mengenal, dimana kemudian memicu terjadinya suatu kecelakaan fatal yang menimpa salah satu tokoh utama dalam cerita tersebut, Daisy. Berikut ceritanya:

Seorang wanita di Paris sedang dalam perjalanannya untuk berbelanja dan telah menuruni tangga apartemennya. Tetapi ia melupakan jaketnya, sehingga ia kembali ke kamar apartemen untuk mengambilnya. Ketika ia mendapatkan jaketnya, teleponnya berdering, jadi ia berhenti untuk menjawab dan berbincang – bincang untuk beberapa menit. Sementara wanita itu sedang menelpon, di suatu tempat lain, di gedung teater Paris Opera Hose, Daisy sedang latihan persiapan terakhir untuk sebuah penampilan konser tari balet nanti malam. Dan sementara dia masih berlatih, wanita tadi telah menyelesaikan perbincangannya di telpon, lalu ia pergi keluar untuk mendapatkan taksi. Wanita tersebut memberi aba – aba pada taksi yang akan lewat. Taksi pertama itu pun berhenti, namun ternyata orang lain mengambil kesempatan si wanita itu untuk manaiki taksi pertama tersebut. Lalu, ia pun menunggu taksi lain.

Seorang supir taksi lain yang melepaskan seorang calon penumpangnya, berhenti untuk mendapatkan secangkir kopi. Saat itu, di tempat yang lain, Daisy masih tetap latihan. Dan supir taksi tadi, yang melepaskan bayaran pertamanya, dan yang berhenti untuk mendapatkan secangkir kopi, melajutkan pekerjaannya dan kemudian mengangkut wanita tadi yang ingin pergi berbelanja, yang telah kehilangan kesempatan menumpang taksi sebelumnya. Setelah beberapa saat taksi itu berjalan, taksi terpaksa berhenti mendadak karena seorang laki – laki menyebrang jalan secara tiba – tiba. Laki – laki itu terburu – buru karena hanya punya sisa waktu lima menit lagi untuk sampai di tempat kerjanya tepat waktu. Keterburu – buruannya itu dikarenakan ia terlambat bangun akibat lupa mengeset alarmnya tadi malam.

Sementara laki – laki tadi menyebrang jalan dan taksi terhenti sesaat, di tempat lain, Daisy menyelesaikan latihannya dan pergi mandi. Sementara Daisy sedang mandi, taksi yang mengangkut wanita tadi sedang berhenti di luar Butik, menunggu si wanita untuk mengambil paket, dimana ternyata paket pesanannya belum dibungkus karena gadis penjaga butik yang seharusnya membungkus paket pesanannya tersebut telah putus cinta dengan kekasihnya malam sebelumnya, sehingga ia terlupa akan tugasnya. Dengan penuh ucapan maaf kepada si wanita, gadis itu pun segera membungkus paket tersebut.

Ketika paket selesai dibungkus, wanita tadi kembali ke taksi dan melanjutkan perjalanannya. Lalu, sesaat kemudian, taksi tersebut terhalang oleh truk pengiriman barang dan terjebak kemacetan sesaat. Sementara itu di tempat yang lain, Daisy telah selesai mandi dan sedang berpakaian. Truk pengiriman barang kemudian menyingkir sehingga taksi bisa bergerak dan melanjutkan perjalanannya kembali. Di tempat lain, Daisy menjadi orang terakhir yang selesai berdandan, lalu dia keluar ruangan dandan dan mendapati seorang temannya sedang memasang tali sepatunya yang lepas. Ia memutuskan untuk menunggui temannya tersebut sampai selesai memasang tali sepatunya. Pada saat taksi dalam perjalanannya, taksi tersebut kemudian berhenti lagi sesaat karena lampu merah lalu lintas sedang menyala. Sementara pada saat yang sama di tempat lain, Daisy dan temannya keluar dari pintu belakang teater dengan penuh canda tawa, hendak menyeberang jalan yang sekilas tampak sepi dan aman.

Kemudian taksi telah berada di jalan yang sama dengan Daisy dan semakin mendekatinya. Daisy, dalam suasana canda tawa dengan temannya, tidak menyadari bahwa sebuah taksi sedang menuju ke tempatnya. Sesaat, si supir merasa terkejut karena secara mendadak Daisy menyebarangi jalan. Si sopir panik, dan taksi itu pun menabrak Daisy. Kakinya patah sehingga ia harus meninggalkan mimpinya untuk tampil di Paris Opera House nanti malam. Bahkan lebih parah lagi, sepertinya sangat kecil kemungkinannya bagi Daisy untuk bisa kembali menari balet lagi.


Kita bisa melihat dari cerita tersebut, jika satu hal saja dari rangkaian peristiwa itu berbeda kejadiannya, misalnya saja jika tali sepatu teman Daisy tidak lepas, atau truk pengiriman bergerak lebih cepat sehingga tidak menghalangi perjalanan taksi, atau paket telah terbungkus dan siap dijemput karena gadis tadi tidak putus cinta dengan kekasihnya tadi malam, atau laki – laki yang terlambat bangun tidak lupa mengeset alarmnya dan bangun lima menit lebih awal, atau supir taksi tadi tidak berhenti untuk secangkir kopi, atau wanita tadi tidak lupa akan jaketnya dan telah mendapatkan taksi yang pertama, atau Daisy berdandan lebih cepat, Daisy dan temannya tentu bisa menyeberangi jalan dengan mulus, dan taksi melewati mereka berdua tanpa terjadi apa – apa.

Karena hal tersebut hanyalah sebuah cerita fiksi, kemungkinan besar, kita tidak akan pernah tahu sampai sedetail itu peristiwanya apabila kita melihat di kehidupan nyata. Akan tetapi, kisah nyata musibah yang pernah kita alami tentu saja sebenarnya mengandung jalinan – jalinan peristiwa yang disusun melalui proses yang sama seperti dalam cerita tersebut.

Lalu bagaimana halnya apabila seandainya kita punya kemampuan untuk mengetahui jalinan skenario yang akan kita jalani atau mungkin mempunyai suatu kemampuan untuk mengubah masa lalu sehingga apa – apa yang kita harapkan bisa terjadi di masa sekarang. Apakah kita kemudian bisa menghindari musibah yang akan menimpa kita?

Kisah dalam film “The Time Machine” yang diadaptasi dari novel karangan H. G. Wells memberikan contoh ketidakberdayaan manusia untuk mengubah takdir seberapa pun hebatnya kekuatan yang kita miliki. Berikut ceritanya:

Dikisahkan, seorang ilmuwan, karena kesibukannya di laboraturium, datang terlambat untuk memenuhi janjinya bertemu dengan sang kekasih di taman. Sesaat kemudian, di tempat yang sepi dari taman tersebut, perampok menghadang dan meminta paksa barang – barang berharga milik kedua pasangan tersebut. Sayangnya, karena tegang, si perampok secara tidak sengaja menarik pelatuk senjata apinya, sehingga timah panas pun menghantam tubuh sang gadis. Dia pun tewas, si perampok kabur, dan si ilmuwan hanya bisa meratapi mayat kekasihnya.

Dengan segala kemampuan ilmu pengetahuan yang dimiliki, si ilmuwan pun berniat mencegah terjadinya musibah itu sehingga kekasihnya bisa tetap hidup. Ia lalu menciptakan sebuah mesin waktu. Mesin waktu pun selesai dibuat dan ia kemudian menggunakannya untuk kembali ke masa lalu, menuju suatu waktu saat dia hendak mendatangi sang kekasih di taman. Dia lalu mendatangi kekasihnya lebih cepat sebelum dirinya di masa yang lalu datang, dan meyakinkannya untuk ikut bersamanya menjauhi taman, guna menghindari si perampok yang diketahui akan menghadang mereka nanti.

Dengan penuh keyakinan, sang ilmuwan telah menganggap bahwa dirinya telah berhasil melawan suratan takdir. Di tengah perjalanan dengan sang kekasih, si ilmuwan pun berniat meninggalkan kekasihnya dan menyuruhnya menunggu sejenak untuk membelikan sang kekasih sekuntum bunga. Tak lama kemudian, sebuah kereta kuda kehilangan kendali dan menabrak si gadis saat si ilmuwan meninggalkannya sebentar untuk membeli bunga. Si ilmuwan yang sedang memilah – milah bunga yang akan diberikannya kepada sang gadis, tak jauh dari tempat kejadian, terkejut dan dengan harap – harap cemas segera menerobos keramaian orang yang sedang menyaksikan mayat korban kecelakaan. Dia lalu mendapati bahwa kekasihnya lah yang menjadi korban kecelakaan tersebut dengan kondisi mengenaskan.

Begitulah seterusnya. Setiap kali si ilmuwan kembali ke masa lalu untuk menghindari segala hal yang memungkinkan kekasihnya tewas, musibah itu tetap saja terjadi dalam suatu bentuk yang lain, bahkan lebih mengenaskan. Dan akhirnya ia menyerah dan menyadari untuk merelakan kepergian sang kekasih.


Setelah membaca cerita di atas, coba bandingkanlah dengan nilai – nilai kebenaran yang terkandung di dalam Al-Quran. Allah SWT telah memperingatkan manusia bahwa mereka dengan cara apapun tidak akan pernah bisa menghindari ketetapan-Nya. Allah berfirman:

………………………Katakanlah: "Sekiranya kamu berada (bersembunyi) di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu, keluar juga ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (dalam QS Al-Imron:154)

Lalu bagaimanakah kita seharusnya menyikapi kesadaran ini?

Tabah dan berserah diri kepada ketetapan Tuhan merupakan jawabannya. Bersabar akan menimbulkan sikap berpikir positif dimana merupakan suatu awalan yang terbaik dalam menyikapi segala musibah yang sedang kita hadapi. Dengan bersikap tenang dan berpikir positif kita akan bisa menjaga diri untuk bisa berpikir sehat sehingga bisa mengambil sikap secara positif terhadap musibah yang kita alami.

Segala rejeki yang datang kepada kita, semuanya adalah berkat kemurahan dari Allah. Sedangkan segala musibah yang menimpa kita semuanya adalah akibat perbuatan kita sendiri. Allah tidak pernah menzalimi siapapun, justru manusialah yang seringkali menzalimi diri sendiri. Dengan menzalimi diri sendiri, orang tentu juga kemudian menzalimi oraang lain, secara sadar maupun tidak. Orang yang tidak beribadah kepada Allah adalah orang yang menzalimi diri sendiri, karena memang untuk itulah manusia diciptakan. Apabila manusia tidak melaksanakan apa – apa yang diperintahkan Allah maka dia mengingkari tujuan penciptaannya itu. Orang – orang seperti inilah yang dikatakan orang yang zalim.

Kita bisa belajar mengenai hal ini dari sebuah kisah yang diceritakan dalam Al-Quran, yaitu kisah Nabi Ya’kub dan anaknya, Nabi Yusuf. Kisah ini diceritakan dalam Surat Yusuf, yaitu surat ke – 12 dalam Al-Quran.

Diceritakan bahwa Yusuf kecil menceritakan perihal mimpinya kepada ayahnya, Nabi Ya’kub AS.

"Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya bersujud kepadaku." (QS Yusuf:4).

Ayahnya berkata, "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, karena mereka akan membuat makar untuk membinasakan mu." (QS Yusuf : 5).

Dari dialog tersebut bisa dilihat bahwa Nabi Ya’kub sebenarnya telah mengetahui, dengan izin Allah SWT, peristiwa dan skenario kehidupan yang akan dijalani Yusuf kecil. Hal ini membuatnya melarang Yusuf kecil untuk menceritakan mimpinya itu pada saudaranya karena memang begitulah seharusnya cerita itu berjalan. Beliau tahu bahwa Yusuf kelak akan menjadi seorang Nabi dan juga seorang yang terpandang. Beliau juga mengetahui bahwa saudara – saudaranya akan iri terhadap kelebihan yang dipunyai Yusuf dan akan mempunyai niat buruk terhadapnya.

Sementara itu, di sisi lain, Yusuf kecil belum mengetahui perihal arti dari mimpinya itu karena Allah SWT baru memberikan pengetahuan kenabian dan kelebihan – kelebihan seperti kemampuan menakwil mimpi saat dia telah mencapai usia dewasa.

“Dan tatkala dia (Yusuf) cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Yusuf : 22)

Nabi Ya’kub meyakini bahwa walaupun dia mempunyai pengetahuan terhadap masa depan yang diberikan Allah, tetapi tetap saja takdir Allah tidak bisa dihindari. Walaupun beliau sangat bersedih ketika mengetahui bahwa perjalan hidup yang akan dijalani Yusuf sangat berat, tetapi beliau sadar bahwa skenario Tuhan tidak bisa dilawan. Beliau sadar bahwa kalaupun dia menghindari hal itu, akhirnya skenario itu akan tetap terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Ya’kub benar - benar seorang yang terpilih, dimana memiliki ketabahan yang luar biasa dan selalu taat untuk menjalankan segala yang diperintahkan Tuhan.

Petuah Nabi Ya’kub bahwa takdir Allah tidak bisa dihindari ditunjukkan dalam surat Yusuf ayat ke – 67 dan ke – 68. Anak – anak nabi Ya’kub memaksa beliau untuk mengijinkan agar mereka bisa membawa serta Bunyamin, anak kesayangannya selain Yusuf, demi memperoleh jatah gandum yang lebih banyak dari pembesar Mesir. Nabi Ya’kub mengabulkan permintaan mereka dan menyuruh mereka agar memasuki negeri Mesir melalui pintu yang berlainan. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa takdir ditangkapnya Bunyamin oleh penjaga Mesir yang telah diketahui Ya’kub bisa dihindari.

Dan Yakub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikit pun daripada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri". (QS Yusuf:67)

Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikit pun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Yakub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS Yusuf:68)

Dalam cerita selanjutnya, Anak – anak Ya’kub telah menuruti perintah ayahnya untuk memasuki Negeri Mesir melalui jalur yang berbeda – beda dengan maksud menghindari suatu malapetaka kehilangan Bunyamin, seperti telah sebelumnya diketahui Nabi Ya’kub melalui kekuatan Allah. Namun demikian, anak – anak Ya’kub tetap saja mengalami musibah tersebut, dimana Bunyamin akhirnya ditahan pembesar Mesir (yang sebenarnya adalah Yusuf) karena dituduh mencuri. Coba bandingkan kisah ini dengan kisah si Ilmuwan yang mencoba menyelamatkan kekasihnya dalam film “the Time Machine”. Takdir memang tidak bisa dihindari.

Dari kisah – kisah tersebut, ada pelajaran yang bisa diambil. Kita sebenarnya hanyalah memainkan skenario kehidupan dari Tuhan. Entah apakah kita dalam suatu skenario kehidupan ini kemudian diantarkan kepada suatu peristiwa mendapatkan suatu kebaikan atau keburukan, kemudahan atau kesulitan, kesemuanya sudah merupakan sebuah takdir. Kalau pun misalnya kita mempunyai kemampuan seperti Nabi Ya’kub, bisa mengetahui apa – apa yang akan terjadi pada kita di masa depan, dan kemudian kita berupaya untuk mencegahnya atau mengadakan suatu manipulasi terhadapnya dengan maksud mengambil keuntungan seperti halnya yang dilakukan si ilmuwan dalam cerita fiksi ilmiah “the Time Machine”, sangat sulit untuk bisa dikatakan bahwa kita bisa menghindari ketetapan itu. Secara sadar ataupun tidak, nantinya pastilah kita akan selalu memenuhi takdir tersebut, suka maupun tidak. Itulah ketetapan Allah SWT, Yang Maha Menetapkan (Yaa Qodiir), dimana kita sama sekali tidak bisa menghindarinya. Dan inilah penjelasan yang paling masuk akal mengenai bagaimana seluruh sistem kehidupan ini terbentuk.

Sebagai tambahan, karena kita tidak pernah tahu secara pasti akan apa – apa yang akan terjadi di masa depan, dan kita tidak bisa mengubah masa lalu, barangkali langkah yang paling bijak adalah kembali fokus ke masa sekarang, saat ini, dimana kita berada. Bukan keputusan yang bijak apabila kita hanya berpangku tangan dengan alasan menganggap bahwa semuanya hanya sekedar skenario. Atau kita hanya duduk diam dan menunggu takdir mendatangi kita. Terjebak pada pandangan masa depan yang hanya akan menimbulkan halusinasi dan khayalan, sehingga hanya akan membuang waktu, karena hidup kita akan terisi dengan angan – angan kosong. Atau malah meratapi hal – hal di masa lalu yang tidak akan pernah bisa kita ubah. Hal ini akan menjauhkan kita dari sikap produktif yang kita butuhkan apabila kita menginginkan untuk mengubah nasib kita. Seharusnya kita mengisi waktu saat ini dengan mengusahakan secara maksimal apa – apa yang bisa kita lakukan dan inginkan. Dengan tetap berpikir secara positif terhadap hal – hal yang sedang kita hadapi saat ini, kita bisa melahirkan karya – karya yang berguna, untuk diri sendiri maupun orang lain.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari hal ini, dan janganlah musibah yang menimpa kita menambah kesesatan kita.

Dan dengan segala kekurangan yang saya miliki, semoga apa yang saya sampaikan ini bisa bermanfaat. Akhir kata, bolehlah saya tutup artikel ini dengan sebuah kata bijak yang diucapkan oleh suhu kura – kura dalam sebuah film animasi “Kungfu Panda”.

Future is a mystery (masa depan adalah misteri)
The past is a history (masa lalu adalah sejarah)
But right now, right now is a gift (tetapi saat ini, saat ini adalah anugrah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan beri komentar barupa kritik dan saran yang membangun demi kemajuan blog saya ini. Jangan malu - malu!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.