Senin, 23 Mei 2011

MENERTAWAKAN MASA LALU


Suatu ketika, saya berbincang-bincang dengan seseorang. Dia menuturkan pengalaman masa lalunya, mulai dari masa kecil yang tidak mudah hingga sekarang telah menjadi seorang yang mapan. Dia juga menyebutkan bahwa di masa lalu dia sempat melakukan kebodohan-kebodohan. Beberapa kebodohan dia sesali dan beberapa dia tertawakan kebodohannya itu. Di sisi lain, ada juga yang menjadi suatu kenangan jenaka yang tidak pernah terlupa baginya.

Ternyata memang benar, pada suatu saat nanti kita bisa saja menertawakan diri kita sendiri di masa lalu. Dari suatu kebodohan yang pernah kita lakukan, suatu saat nanti, ketika kita telah menemukan hikmahnya, tentulah kita baru akan sadar bahwa apa yang kita lakukan di masa lalu itu adalah suatu kebodohan.

Namun, sayangnya apa yang terjadi di masa lalu tentulah tidak bisa kita perbaiki. Sikap yang bisa kita lakukan adalah untuk belajar agar apa yang akan kita lakukan di masa akan datang adalah yang lebih baik.

Selasa, 17 Mei 2011

PENYAKIT HATI


Kehidupan merupakan suatu fase dimana setiap manusia dituntut untuk selalu belajar dan mengambil pelajaran darinya. Apabila manusia bisa menerima pembelajaran yang diterimanya dengan baik, maka akan bertambahlah tingkat keimanannya dan semakin diangkatlah dia oleh Allah pada derajat yang lebih tinggi.

Karenanya, cara belajar yang sesungguhnya dari kehidupan hanya bisa dilakukan melalui metode learning by doing. Setiap insan manusia, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, akan manjalani setiap fase kehidupan, yang dapat berupa kesulitan atau kemudahan. Dari sini dia akan mendapatkan pembelajaran. Selanjutnya adalah tergantung dari manusia itu sendiri dalam menyikapinya.

Namun sayangnya tidak semua manusia mampu mengambil pelajaran dari kehidupannya. Ketidakmampuan manusia mengambil pelajaran adalah karena di dalam hatinya terdapat penyakit hati. Iri, dengki, hasut, sombong, riya', berprasangka buruk merupakan beberapa bentuk penyakit hati yang lumrah menjangkiti hati setiap insan manusia. Menjadi sesuatu hal yang lumrah karena setan memang sengaja menanamkan sejumlah penyakit hati ini ke dalam setiap dada manusia. Setan menjadikan penyakit hati ini sebagai sumber atau modal bagi mereka untuk memulai segala godaan yang akan menjerumuskan umat manusia pada kemungkaran.

Semakin manusia tidak mau mengambil pelajaran, semakin penyakit hatinya bertambah menjadi-jadi. Dan begitu pula sebaliknya, apabila semakin parah penyakit hati yang dideritanya, semakin sulit pula manusia mampu mengambil pelajaran. Hal ini berujung pada kehidupan yang selalu tidak tenang, cemas, dan khawatir. Dalam kondisi seperti ini dia pun akan cenderung pula menganiaya atau menzalimi orang lain di sekitarnya.

Dengan demikian, agar setiap manusia bisa lebih mudah meresapi nilai-nilai dari pelajaran kehidupan, setiap manusia harus mengikis sedikit demi sedikit penyakit hati yang bersarang di dalam dada. Caranya adalah dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Manusia harus menjalankan semua aspek kehidupanya dengan dilandaskan pada syariat, yang telah dituliskan dalam Al-Quran dan Al Hadis. Setiap insan manusia yang mengaku sebagai hamba Allah harus melandaskan kehidupannya dengan nafas-nafas syariat, baik dalam keadaan terpaksa maupun dengan suka rela (ikhlas).

Dalam syariat telah dijelaskan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, apa yang dilarang dan apa yang wajib dilakukan. Para alim ulama yang memfatwakan suatu hukum adalah juga wajib diikuti karena mereka merumuskan fatwanya pada Al-Quran dan Al-Hadis.

Dalam syariat, apa yang diperintahkan kepada manusia dapat disebut sebagai ibadah. Ibadah dapat berupa ibadah vertikal (ditujukan kepada Allah), maupun yang sifatnya horisontal (ibadah yang berorientasi kepada sesama mahluk). Shalat, puasa, haji, merupakan beberapa contoh bentuk ibadah vertikal. Sedangkan sedekah, memelihara anak yatim, merawat orang tua, merupakan beberapa bentuk ibadah horisontal.

Semua ibadah ini apabila dilakukan dengan penuh keikhlasan, Insya Allah akan bisa membebaskan manusia dari penyakit hati.
Al Quran Surat Yunus ayat 57: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Ujian dari Allah yang datang silih berganti bahkan bertubi-tubi justru akan menambah keimanan para wali Allah. Sekalipun awalnya semua ibadah dilakukan dengan terpaksa, pada akhirnya apabila kita telah meraih hikmah dibaliknya, kita akan memahami bahwa setiap perintah Allah dan Rasulnya adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Al Quran surat Al Baqarah ayat 269: Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Dengan demikian, marilah kita bersama-sama bebaskan diri kita dari penyakit-penyakit hati, hilangkan prasangka buruk, hilangkan iri, dengki, hasut, termasuk di dalamnya membicarakan orang lain (nge-gosip). Apabila setiap dari kita telah mampu menghilangkan penyakit hati, maka ukhuwah islamiyah akan terbentuk dan umat ini akan bisa mencapai kembali kejayaannya.

Minggu, 15 Mei 2011

BIDADARI DI SURGA


Di dalam Al-Quran dan sejumlah Hadis selalu disebutkan bahwa bidadari-bidadari akan menjadi teman hidup orang yang beriman di surga nanti. Tidak bisa dibayangkan, seperti apa penampakan bidadari-bidadari yang disediakan oleh Allah untuk para penghuni surga ini. Apakah tidak diturunkan satu saja ke dunia ini, sehingga umat ini menjadi semakin semangat beribadahnya. Daripada hanya membayangkan yang hanya akan menyia-nyiakan waktu, lebih baik kita cari tahu seperti apa sifat bidadari seperti yang digambarkan dalam Al Quran dan Al Hadis.

Pertama, adalah mengenai penciptaannya. Bidadari diciptakan oleh Allah secara langsung dari bahan-bahan pilihan.

Di dalam Surat Al Waqiah ayat 35 disebutkan: "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung,"

Bahan baku yang digunakan sebagai penciptaan para bidadari adalah wangi-wangian dan segala sesuatu yang menyenangkan hati.

Di dalam kitab Daqoiqul Akbar Fii Dzikril Jannati Wan-Nar karya Imam Abdirrahim bin Ahmad Al-Qadhiy disebutkan : Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “ALLAH SWT menciptakan wajah bidadari dari empat warna, yaitu putih, hijau, kuning, dan merah. ALLAH menciptakan tubuhnya dari minyak Za’faran, misik, anbar, dan kafur. Rambutnya dari sutra yang halus. Mulai dari jari-jari kakinya sampai ke lututnya dari Za’faran dan wewangian. Dari lutut sampai payudara dari misik. Dari payudara sampai lehernya dari Anbar, Dan dari leher sampai kepalanya terbuat dari Kafur. Seandainya bidadari itu meludah sekali di dunia, maka jadilah semua air di dunia Kasturi. Di dadanya tertulis nama suaminya dan nama-nama ALLAH SWT. Pada setiap tangan dari kedua tangannya terdapat sepuluh gelang dari emas, sedangkan pada jari-jarinya terdapat sepuluh cincin, dan pada kedua kakinya terdapat sepuluh binggal(gelang kaki) dari Jauhar dan permata.”

Riwayat Ibnu Abbas r.a : Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat bidadari-bidadari. Dikatakan kepadanya, namanya ‘Aina’, ia diciptakan dari empat unsur, yaitu : misik, kafur, anbar, dan za’faran. Seluruh bidadari-bidadari itu sangat merindukan suami-suami mereka. Andai sekali saja bidadari-bidadari itu meludah di dunia maka tawarlah lautan tersebut lantaran ludahnya. Tertulis pada tengkuknya:”Barangsiapa yang suka akan dirinya seperti aku, maka beramal dengan ketaatan kepada Tuhannya”

Selain diciptakan dari bahan-bahan pilihan, bidadari-bidadari ini juga di-setting memiliki perangai yang menyenangkan, lemah lembut, dan tidak jahat. Mereka merupakan mahluk yang suci dan terjaga, dimana belum pernah disentuh oleh manusia ataupun jin.

Dalam Surat Ar Rahman ayat 56 disebutkan: "Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin."

Keelokan dari bidadari melebihi keelokan dunia dan segala isinya.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, "seandainya bidadari dari surga menampakkan dirinya kepada penduduk dunia, cahaya tubuhnya akan berpendaran meliputi ruang antara langit dan bumi, dan kerudung rambutnya lebih elok daripada dunia dan segala isinya".

Keelokan dari perawakan bidadari ternyata juga membuat malaikat Jibril terpesona.
Riwayat Ibnu Mas’ud r.a : Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya ketika ALLAH menciptakan surga ‘Adn, Dia memanggil malaikat Jibril, berangkatlah engkau ke surga ‘Adn dan lihatlah apa yang telah aku ciptakan untuk hamba-hambaKu dan wali-waliKu. Maka berangkatlah Jibril ke surga ‘Adn dan mengelilingi surga tersebut. Maka salah seorang bidadari dari penghuni istana-istana surga yang masih perawan dan matanya bersinar-sinar memuliakannya, lalu bidadari itu tersenyum pada malaikat Jibril, maka menjadi teranglah surga ‘Adn karena gigi-giginya. Lalu malaikat Jibril bersujud, ia menyangka cahaya itu berasal dari Nur Tuhan Yang Maha Mulia. Maka bidadari itu memanggil malaikat Jibril, “Wahai makhluk yang dipercaya ALLAH SWT, tahukah engkau untuk siapa aku diciptakan?” ucap bidadari jelita itu. “Tidak,” jawab malaikat Jibril. “Sesungguhnya aku ini diciptakan oleh ALLAH SWT untuk orang yang memilih ridha ALLAH SWT dari pada mengumbar hawa nafsunya,” ungkap bidadari itu.”

Pertanyaan mengenai bidadari dan wanita-wanita di dunia pernah dilontarkan oleh salah seorang sahabat, yaitu Ummu Salamah. Imam Ath-Thabrany mengisahkan perbincangan antara Ummu Salamah dengan Nabi Muhammad SAW mengenai bidadari dalam Hadis yang diriwayatkan dari Ummu Salamah. Berikut perbincangan tersebut:

"Wahai, Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli?" Beliau menjawab, "Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, serta rambutnya berkilau seperti sayap burung nasar."

"Lalu, bagaimana tentang firman Allah, 'Laksana mutiara yang tersimpan baik'." (QS Alwaqi'ah [56]: 23). Jawabnya, "Kebeningannya seperti mutiara di kedalaman lautan yang tidak pernah tersentuh tangan manusia."

"Jelaskan lagi kepadaku firman Allah, 'Di dalam surga-surga itu, ada bidadari-bidadari yang baik-baik dan lagi cantik-cantik'." (QS Arrahman [55]: 70). Beliau menjawab, "Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita."

Saya berkata lagi, "Jelaskanlah firman Allah, 'Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik'." (QS Ashshaffat [37]: 49). Beliau menjawab, "Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar."

"Manakah yang lebih utama, wanita dunia atau bidadari yang bermata jeli?" Rasulullah berkata, "Wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak dengan apa yang tak tampak."

"Karena apa wanita dunia lebih utama dari mereka?" Beliau menjawab, "Karena, shalat, puasa, dan ibadah mereka. Sehingga, Allah meletakkan cahaya di wajah mereka. Tubuh mereka seperti kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas."

Sungguh indah gambaran Nabi SAW tentang bidadari. Namun, wanita di dunia yang taat kepada Allah dan Rasulnya ternyata lebih tinggi derajatnya daripada para bidadari di surga nanti.

Bagi wanita-wanita yang ingin mencapai derajat yang tinggi di Surga kelak, tentunya mereka harus berusaha dengan sungguh-sungguh. Mereka harus senantiasa mencintai Allah dan Rasulullah melebihi apa pun. Yang diperintahkan ia kerjakan dan yang dilarang ia tinggalkan. Kepada orang tua ia berbakti dan dengan sesama mau hidup berbagi (sedekah).

Sementara itu, setiap wanita juga harus taat kepada suami dalam kebenaran, diantaranya tampil menyenangkan di hadapan suami serta menjaga kehormatan diri termasuk menjaga aurat. Mereka harus pandai menjaga dan mengurus anak-anak, dan harta suami. Selain itu, para istri tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menyakiti suami seperti berjalan dan berkhalwat dengan lelaki yang bukan mahram dan menyalahgunakan kepercayaan suami.

Wanita yang soleha tentunya akan selalu mengusahakan segalanya, baik niat, tutur kata, dan perbuatannya untuk selalu dalam kebaikan. Wanita yang selalu menjaga dirinya di jalan Allah dan RasulNya tentu saja Allah akan menjaganya dan akan memberikan kedudukan yang tinggi di surga nanti. Insya Allah.