Rabu, 15 Juli 2009

AURAT SEORANG BIDUWANITA MUSLIMAH


Dalam beberapa kesempatan saya sering melihat seorang artis Muslimah yang sedang diwawancarai oleh wartawan media infotainment dalam suatu acara bergenre gossip. Dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diajukan kepadanya itu, sering ia menunjukkan identitas keislamannya dengan megucapkan lafadz – lafadz pujian kepada Allah. Seperti Alhamdulillah! MasyaAllah! Astagfirullah! Insya Allah! Dan lain sebagainya.

Akan tetapi ada sesuatu yang janggal. Dan saya tidak habis pikir mengenai hal ini. Bagaimana ia bisa menyebut – nyebut kata – kata suci itu, sementara ia sedang mengenakan pakaian yang auratnya kelihatan. Entah belah dadanya yang kelihatan, atau pahanya yang mulus itu yang kelihatan. Atau dalam suatu hal yang lebih samar walaupun tetap saja salah, lekuk – lekuk tubuhnya itu yang terlihat jelas melalui pakainnya yang ketat.

Sungguh sangat disayangkan. Seorang public figure Muslimah yang seharusnya memberi contoh kepada muslimah – muslimah fansnya, kenyataannya memberikan contoh yang tidak baik dalam hal caranya berpenampilan. Apakah mereka mengucapkan kata – kata itu hanya agar supaya nampak sebagai seorang Muslimah yang baik? Lalu bagaimana dengan belah dadanya yang kelihatan itu? Apakah hanya sebuah Eye Cather saja agar semua perhatian tertuju kepadanya? Lantas muncul juga pertanyaan apakah mereka hanya menjadikan ungkapan – ungkapan keTuhanan itu sebagai praktek dagang mereka saja, agar mereka tampak sebagai wanita – wanita yang alim, dan dengan demikian semakin banyak fansnya, sehingga mereka lebih laku di dunia hiburan? Sungguh, hal ini tidak pernah saya habis pikir dibuatnya? Kenapa mereka melakukan perbuatan bodoh itu.

Padahal sudah jelas di dalam Al Quran mengenai masalah menutupi aurat ini.

Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. (QS. Al Ahzab:59).

Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nur: 31).

Dari ayat – ayat di atas dapat dilihat bahwa sesuatu yang sangat dianjurkan bagi seorang muslimah untuk mengenakan pakaian yang secara total menutupi seluruh tubuhnya, sehingga auratnya tidak tampak, seperti tonjolannya dan lekukan tubuhnya. Selain itu pakaian itu juga harus mampu menutupi perhiasan – perhiasan yang dia pakai seperti kalung, gelang tangan, gelang kaki, dan anting. Hal ini perlu dilakukan yang mana sebenarnya demi kebaikan mereka juga. Yaitu agar mereka dikenal sebagai seorang muslimah, dan selain itu, karena seluruh tubuhnya tertutupi, maka mereka tidak akan diganggu atau digoda oleh para lelaki. Akan tetapi anjuran islam ini memang telah banyak sudah ditinggalkan oleh kaum wanita Muslimin jaman sekarang, walaupun tujuan sebenarnya dari ketetapan Allah yang demikian adalah baik. Tidak bisa dipungkiri, memang tidak semua manusia mau menuruti kebenaran – kebenaran yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, karena kebanyakan manusia memang bukanlah orang yang menyenangi kebaikan. Mereka senang melakukan kerusakan di muka bumi.

Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu.
(QS. Az Zukhruf : 78)

Artis – artis itu seolah – olah lupa bahwa diri mereka adalah seorang Muslimah. Apakah mereka hanya termasuk kumpulan orang yang tidak tahu mengenai kewajiban menutup aurat itu, ataukah mereka termasuk ke dalam kelompok yang tidak mau tahu. Tetapi kenyataannya pada kelompok yang belakangan inilah, yang menurut saya, mereka banyak terdapat. Mereka malah semakin menjadi – jadi. Dengan alasan membuat sensasi, atau tampil beda, berekspresi bebas dalam seni, atau tuntutan profesi maka aturan – aturan agama itu dilanggar. Sudah tidak ada rasa bersalah lagi bagi mereka dalam menerima tawaran untuk tampil seronok. Dengan alasan acting, berkesenian, dan lain sebagainya yang barangkali sebenarnya hanya urusan dunia dan tidak ada pesan moralnya sama sekali. Semua hanya untuk menambah popularitas dan ujung – ujungnya uang.

Makanya, untuk menutupi kebobrokan agamanya itu, ketika diwawancarai wartawan media infotainment, mereka sering mengucapkan ungkapan – ungkapan Islam layaknya seorang yang selalu ingat kepada Tuhannya. Bahkan mereka mengaku – ngaku dekat pada ustad atau kiyai tertentu, atau bahkan mengaku berasal dari keluarga kyai.

Padahal sebenarnya, public figure adalah suatu pekerjaan yang sarat amanat. Mereka adalah ikon dari masyarakat, dimana mereka yang akan menjadi kiblat masyarakat dalam segala hal. Mereka sebenarnya merupakan “pemimpin” masyarakat dalam hal tren, cara bersikap di depan publik, cara berbicara, dan banyak hal bentuk keteladanan lainnya. Termasuk di dalamnya cara berpakaiannya. Mereka juga ditonton oleh jutaan pasang mata di Indonesia, baik secara langsung maupun dibalik layer kaca, dimana hal ini mengakibatkan mereka menjadi sorotan dan menjadi rujukan bagi masyarakat. Jadi beban moral sebagai seorang pemimpin umat, sebenarnya juga diemban oleh mereka.

Kitab Hadis Sahih Bukhari Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Ra, dimana dia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Setiap kamu adalah pemimpin yang dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang amir yang mengurusi keadaan rakyatnya adalah pemimpin. Ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang rakyatnya. Seorang laki – laki adalah pemimpin bagi keluarga di rumahnya. Ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang keluarganya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya. Ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang hal itu. Seorang hamba adalah pemimpin terhadap harta benda tuannya, ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang harta tuannya itu. Ketahuilah bahwa kamu semua adalah pemimpin dan semua akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya itu.”


Dari hadis di atas maka dapat dikatakan pula bahwa seorang public figure adalah pemimpin dari para fansnya, dan setiap public figure itu akan dimintai pertanggung jawabannya terhadap apa – apa yang dilakukan fansnya itu dalam hubungannya dengan dia sebagai teladan para fansnya itu. Apabila mereka memberikan contoh berpenampilan yang mengumbar aurat kepada masyarakat, dan para fansnya itu menirunya sehingga mereka lalai dari agamanya, maka dosa para fansnya itu, juga public figure itulah yang menanggungnya, selain dosanya sendiri.

Makanya saya tidak heran, kalau saya dengar isi ceramah Bapak Ustad dan Bapak Kyai yang menyatakan bahwa sebagian besar orang – orang yang masuk surga nantinya adalah orang – orang yang beriman dari kalangan fakir, miskin, dan tidak terkenal, dan juga dari kalangan laki – laki. Sedangkan kebalikannya mereka yang banyak di neraka adalah mereka yang banyak dikenal selama hidup di dunia, mereka yang kaya, dan mereka dari kalangan kaum hawa. Dan hal ini memang disebutkan dalam kitab Hadis. Dalam hal ini, berarti yang paling banyak masuk neraka adalah salah satunya dari kalangan biduwanita perempuan itu. Wawwahu A’lam!.

1 komentar:

Silakan beri komentar barupa kritik dan saran yang membangun demi kemajuan blog saya ini. Jangan malu - malu!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.