Rabu, 23 September 2009

MUNCULNYA GOLONGAN - GOLONGAN DAN GERAKAN - GERAKAN ISLAM


Dewasa ini kita melihat mulai bermunculannya gerakan – gerakan dan golongan – golongan yang mengusung bendera keislaman dan mendakwahkan prinsip – prinsip ajarannya masing – masing. Beberapa diantaranya ternyata membawa ajaran yang menyesatkan karena tidak sesuai dengan prinsip – prinsip dasar ajaran islam sehingga MUI mengklaimnya sebagai aliran sesat dan membawa kasus tersebut ke meja hijau sesuai dengan tata cara peradilan di negeri ini. Beberapa yang lainnya masih bebas mendakwahkan ajarannya yang menyesatkan karena masih dilindungi oleh suatu kekuasaan asing. Yang tidak termasuk ke dalam golongan sesat tersebut, yaitu sebagian besar lainnya masih bisa hidup berdampingan secara damai.

Namun dalam prakteknya, ternyata dalam beberapa hal kita bisa melihat bahwa gerakan – gerakan tersebut mulai menimbulkan pemikiran – pemikiran fanatisme golongan. Hal inilah yang sebenarnya juga perlu dihindari, selain tetap waspada terhadap tumbuhnya aliran – aliran sesat yang ingin merusak nilai – nilai keislaman yang murni yang sesuai dengan Al Quran dan Al Hadis seperti yang dipraktekkan Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.

Ketika kekhilafahan tidak ada seperti yang terjadi di zaman sekarang, umat islam akan cenderung menuju perpecahan seperti yang memang diinginkan oleh mereka yang memusuhi islam. Ketika kehilafahan telah meuncul kembali seperti yang telah dijanjikan oleh Allah SWT., maka adalah kewajiban setiap umat muslim yang hidup pada zaman itu untuk mengucapkan sumpah setia atau berbai’at kepadanya demi tegaknya persatauan dan kesatuan umat islam.

"Maka apabila engkau melihat adanya khalifah, menyatulah padanya, meskipun ia memukul punggungmu. Dan jika khalifah tidak ada, maka menghindar." (HR. Thabrani dari Khalid bin Sabi', lihat Fathul Bari, juz XIII, hal. 36).

Nabi Muhammad SAW. menegaskan, bahwa wajibnya bai'at adalah kepada khalifah, jika ada atau terwujud, meskipun khalifah melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji seperti memukul, dll. Thabrani mengatakan bahwa yang dimaksud menghindar ialah menghindar dari kelompok-kelompok partai manusia (golongan /firqah-firqah), dan tidak mengikuti seorang pun dalam firqah yang ada. (Lihat Fathul Bari, juz XIII, hal.37). Dengan kata lain, apabila khalifah atau kekhalifahan sedang vakum, maka kewajiban bai'atpun tidak ada. Juga, sabda Rasulullah SAW, yang artinya:

Barang siapa mati tanpa bai'at di lehernya, maka matinya seperti mati jahiliyah." (HR. Muslim).

Yang dimaksud bai'at disini ialah bai'at kepada khalifah, yaitu jika masih ada di muka bumi. Dan Ketahuilah bahwa sekarang ini, kaum Muslimin atau dunia Islam tidak mempunyai Khalifah yang memimpinnya. Maka hendaklah setiap Muslim menjauh dari firqah-firqah yang menyesatkan. Dalam hal ini Imam Bukhari telah menyusun satu bab khusus yang berjudul "Bagaimana perintah syari'at jika jama'ah tidak ada?"

Ibnu Hajar berkata bahwa yang dimaksud di sini ialah apa yang harus dilakukan oleh setiap Muslim dalam kondisi perpecahan diantara umat Islam, dan mereka belum bersatu di bawah pemerintahan seorang khalifah.

Kemudian Imam Bukhari menukilkan hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah bin Yaman r.a. dimana beliau pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: "Maka, bagaimana jika mereka, kaum Muslimin tidak memiliki Jama'ah dan tidak memiliki Imam? Rasulullah SAW menjawab: "Maka tinggalkanlah olehmu semua golongan yang ada, meskipun engkau terpaksa makan akar pohon, sehingga engkau menjumpai kematian dan engkau tetap dalam keadaan seperti itu."

Maksud hadits ini sama dengan hadits sebelumnya, yaitu apabila khalifah tidak ada, maka menghindar. Hanya ada tambahan dalam hadits ini yaitu "meskipun engkau terpaksa makan akar pohon? dst."

Menurut Baidhawi, kata-kata tersebut merupakan kinayah atau kiasan dari kondisi beratnya menanggung sakit. Selanjutnya Baidhawi berkata:

"Makna hadits ini ialah apabila di bumi tidak ada khalifah, maka wajib bagimu menghindar dari berbagai golongan dan bersabar untuk menanggung beratnya zaman." (Wallahu A'lam). (Lihat Fathul Bari, juz XIII, hal. 36).

Demikian itulah pemahaman yang berdasarkan argumentasi dan hujah yang jelas dan dapat dipercaya.

“Dari sahabat Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah Sallahu ’Alaihi Wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya agama Islam datang dalam keadaan asing, dan suatu saat akan kembali menjadi asing, maka keberuntungan (surga) akan diperoleh oleh orang-orang yang asing.’” (HR. Muslim)

Mengenai Hadis di atas, Imam Ar Rafi’i berkata: “Agama Islam pertama kali dikatakan asing karena agama Islam sangat menyelisihi tradisi masyarakat kala itu, berupa kesyirikan, dan berbagai perbuatan jahiliyyah. Dan Islam akan kembali asing, dikarenakan kerusakan yang menimpa masyarakat, dan munculnya berbagai fitnah, dan karena mereka mencampakkan jauh-jauh segala konsekwensi keimanan yang benar.” (At Tadwin fi Akhbar Al Qazwin, oleh Imam Ar Rafi’i, 1/139-140).

Diriwayatkan dari Abu Najih Al 'lrbadh ibn Sariyah RA., dimana beliau berkata: Rasulullah SAW telah menasihati kami suatu nasihat yang menggetarkan hati dan mencucurkan air mata. Hal itu seolah-olah merupakan nasihat orang yang mau mengucapkan selamat tinggal. Kami berkata: “Ya Rasulullah! Maka berikanlah kami wasiat!”. Baginda bersabda: Aku mewasiatkan kamu supaya bertaqwa kepada Allah SWT, supaya mendengar dan taat, sekalipun kamu diperintah oleh seorang hamba. Sesungguhnya, barangsiapa di kalangan kamu yang masih hidup nanti, niscaya dia akan melihat banyak perselisihan. Maka hendaklah kamu mengikuti sunnahku dan sunnah khulafa'ur Rasyidin yang mendapat hidayat. Gigitlah ia dengan kuat (yaitu berpegang teguhlah kamu dengan sunnah-sunnah tersebut) dan berwaspadalah kamu dari melakukan perkara-perkara yang diada-adakan, karena setiap perkara yang diada-adakan itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu adalah sesat dan setiap kesesatan itu dalam neraka. (Hadis riwayat Abu Dawud dan Al Tirmizi. Al Tirmizi berkata ini hadis sahih).

Walau demikian, kaum muslimin tidak perlu berkecil hati, tidak perlu ragu dan bimbang, apalagi menggadaikan prinsip dan aqidahnya, sebab Allah SWT. telah berjanji akan menjaga agama ini, dan senantiasa akan membangkitkan dari ummat Islam orang-orang yang akan berjuang menghidupkan kembali kemurnian syari’at Islam yang telah ditinggalkan oleh manusia dan membersihkan segala penyelewengan yang dilekatkan kepadanya. Orang – orang terpilih ini nantinya yang akan kembali meluruskan agama islam ini setelah generasi – generasi yang rusak mencoba membengkokkannya.

“Dari sahabat Abu Hurairah rodiallahu ‘anhu dari Rasulullah Sallahu ’Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah akan senantiasa mengutus (membangkitkan) untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun, orang-orang yang akan memperbaharui agama mereka.” (Riwayat Abu Dawud, Al Hakim, Al Baihaqi dan dishahihkan oleh Al Albani)

Ibnul Qayyim berkata: “Seandainya bukan karena adanya jaminan dari Allah yang akan senantiasa menjaga agama-Nya, dan janji Allah Ta’ala akan membangkitkan orang-orang yang akan memperbaharui rambu-rambu agama-Nya dan menghidupkan kembali syari’at-syari’at yang telah ditinggalkan oleh para penjaja kebatilan, dan menyegarkan segala yang telah dijadikan layu oleh orang-orang bodoh, niscaya tonggak-tonggak agama Islam akan tergoyahkan, dan menjadi rapuh bangunannya. Akan tetapi Allah Maha Memiliki karunia atas alam semesta.” (Madarijus Salikin, oleh Ibnul Qayyim 3/79).

Imam Ahmad bin Hambal berkata: “Sesungguhnya Allah akan senantiasa membangkitkan untuk ummat ini pada setiap penghujung seratus tahun (setiap abad) orang-orang yang akan mengajari mereka as sunnah, dan menepis segala kedustaan atas Nabi Muhammad SAW., kemudian kami perhatikan, ternyata pada penghujung abad pertama ada Umar bin Abdul Aziz, dan pada penghujung abad kedua ada Imam As Syafi’i.” (Siyar A’alam An Nubala’ oleh Az Zahabi 10/46).

“Dari hadits dan beberapa penjelasan ulama’ diatas, dapat dipahami bahwa seorang mujaddid (pembaharu) tidaklah mungkin kecuali seorang ulama’ yang menguasai ilmu agama, disamping itu ulama’ tersebut cita-cita dan tekadnya siang dan malam ialah menghidupkan as sunnah, mengajarkannya, dan membela orang-orang yang mengamalkannya. Sebagaimana ia juga berjuang untuk menghapuskan praktek-praktek bid’ah, dan hal yang diada-adakan, serta memerangi para pelakunya, baik dengan lisan, tulisan, pendidikan atau dengan lainnya. Dan orang yang tidak memiliki kriteria demikian ini tidak dapat dikatakan sebagai seorang mujaddid (pembaharu), walaupun ia berilmu luas, dikenal oleh setiap orang, dan sebagai tempat mereka bertanya.” (‘Aunul Ma’bud, oleh Syamsu Al Haq Al ‘Azhim Abadi, 11/263).

Inilah pembaharuan yang ada dalam agama Islam, yaitu pembaharuan dalam wujud menghidupkan kembali ajaran syari’at yang telah ditinggalkan oleh masyarakat, dan memerangi penyelewengan yang telah merajalela. Dan sebagaimana disebutkan oleh Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, bahwa mujaddid (pembaharu) abad pertama ialah khalifah Umar bin Abdul Aziz, dan pada abad kedua adalah Imam As Syafi’i, rahimahumallah. Sejarah telah membuktikan bahwa yang dilakukan oleh kedua orang ini adalah menghidupkan sunnah, memerangi bid’ah, dan mengembalikan metode berfikir masyarakat dalam beragama kepada metode yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. kepada sahabatnya, yaitu tidak fanatik terhadap golongan, dan hanya Al Qur’an dan As Sunnah yang menjadi tolok ukur kebenaran.

Sumber : beberapa diambil dari tulisan Ustadz Muhammad Arifin Badri

Selasa, 21 Juli 2009

BOM BUNUH DIRI, JIHADKAH?


Satu lagi kasus bom bunuh diri terjadi di Indonesia. Pada tanggal 17 Juli 2009 pagi, dua buah bom meledak hampir bersamaan. Satu bom meledak di Hotel JW Marriot, dan yang satunya lagi meledak tak jauh dari yang pertama, yaitu di Hotel Ritz Carlton.

Tetap saja pertanyaan yang akan sering muncul yaitu benarkah aksi bom bunuh diri ini adalah merupakan bentuk aksi jihad seperti yang diklaim para penganut pemikiran ekstrim tersebut? Lalu, apakah hal ini dibenarkan dalam islam? Barangkali seperti inilah pertanyaan yang akan muncul dari kebanyakan orang awam seperti kita. Tetapi kita tidak hanya bisa memutuskan sendiri, ya atau tidak, tanpa mengambil langkah berpikir yang benar. Untuk itu di sini mari kita coba renungkan bersama – bersama.

Kita bisa melihat bahwa jawaban yang beredar di tengah masyarakat terhadap pertanyaan di atas akan bervariasi. Banyak orang mengutuk dan beberapa semakin mengagung – ngagungkannya, dan juga tidak sedikit yang berlepas tangan dan menutup mata dengan slogan: yang penting diri sendiri selamat dan kondisi sekitar aman.

Tapi para ‘alim ulama di berbagai negara islam seperti misalnya di Arab Saudi kebanyakan tidak membenarkannya. Banyak ulama – ulama besar yang mengeluarkan fatwanya yang tidak membenarkan tindakan aksi bom bunuh diri sebagai bagian dari jihad. Hal mengenai ini secara lengkap, salah satunya bisa Anda baca dalam buku karangan Al Ustadz Dzulkarnain bin Muhammad Sanusi yang berjudul Meraih Kemuliaan Melalui Jihad yang sekaligus juga di dalamnya berisi sanggahan – sanggahan terhadap buku Aku Melawan Teroris karya Imam Samudera.

Lalu selanjutnya kita akan berbicara mengenai islam secara sekilas dalam hubungannya dengan praktek kekerasan. Kita tahu bahwa jalan islam adalah jalan pertengahan antara yang ekstrim dan yang menyepelekan. Islam adalah jalan yang lurus, jalannya orang yang berserah diri kepada Allah yang mana akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat bagi yang mengikutinya. Jalan yang mengatur kodrat naluriah manusia yang tak lepas dari nafsu, dan juga mengatur kewajibannya untuk beribadah kepada Allah. Islam tidak mengajarkan manusia untuk berbuat kerusakan dan melakukan tindak kekerasan di muka bumi tanpa alasan yang dibenarkan. Islam juga tidak mengajarkan manusia untuk beribadah secara total kepada Allah sehingga melupakan hak – hak duniawinya. Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian dan saling pengertian dengan pemeluk agama lainnya. Islam mengajak umat lainnya agar tidak saling menggangu selama tidak ada pelanggaran terhadap kesepakatan perdamaian.

Sementara itu, dalam kasus aksi teror bom seperti yang selama ini terjadi, kita dalam hal ini bisa mengkategorikannya sebagai sikap ekstrim. Sikap yang ekstrim adalah sikap yang melampaui batas dimana dilarang dalam islam. Sementara kita tahu bahwa islam bukan agama yang melembagakan kekerasan. Kalaupun kekerasan terpaksa harus dilakukan, baik sebagai upaya pertahanan maupun sebagai upaya menyerang musuh demi mengukuhkan agama Allah, maka hal itu adalah langkah yang paling terakhir dilakukan, setelah terpenuhi syarat – syarat yang menghalalkannya. Selain itu harus ada juga pertimbangan – pertimbangan mengenai kemungkinan – kemungkinan dalam pelaksanannya apakah akan cenderung membawa kemaslahatan bagi kaum Muslimin seluruhnya apa tidak.

Menurut para ahli Agama, terminologi jihad memiliki beberapa ketentuan. Apabila jihad yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan suatu tindakan kekerasan secara fisik, maka kita akan bisa membaginya ke dalam dua tipe, yaitu jihad bertahan dan jihad menyerang. Jihad bertahan adalah wajib dilakukan oleh setiap umat muslimin yang diserang musuh dengan tidak terkecuali, karena hal ini ada hubungannya dengan mempertahankan nyawa, keluarga, harta, dan agama terhadap serangan musuh yang akan membinasakannya. Sementara itu, jihad menyerang berbeda dengan tipe yang pertama. Jihad menyerang ini harus memenuhi 3 syarat untuk bisa dikatakan sebagai jihad, yaitu ada persetujuan pemimpin muslim, ada kemampuan dan kekuatan yang cukup untuk melakukannya, dan ada wilayah kekuasaan.

Selain itu, dalam pelaksanaan aksi jihad ini, juga harus selalu ditaati beberapa ketentuan yang harus dipegang teguh oleh pelakunya. Beberapa diantaranya yaitu tidak melakukan pembunuhan terhadap orang yang diharamkan untuk dibunuh seperti wanita, anak – anak, orang lanjut usia, orang cacat yang tidak punya kemampuan ikut dalam perang, saudara seagama yang menegakkan shalat, pihak musuh yang telah tunduk dengan membayar jizyah, pihak di luar islam yang mendapat jaminan perlindungan dari Negara (termasuk di dalamnya turis, utusan, dan pekerja asing). Kalaupun misalnya dalam aksi jihad sejumlah dari mereka yang dilarang untuk dibunuh ini terbunuh juga, maka wajib bagi pasukan muslimin yang melakukannya dan juga pihak yang bertanggung jawab atasnya (pimpinannya) membayar denda terhadap keluarga yang terbunuh. Ini menunjukkan bahwa alasan ketidaksengajaan pun tidak dibenarkan kerena tetap dibebani tanggung jawab atau hukuman. Selain itu, juga ada ketentuan untuk selalu diupayakan agar tidak melakukan peperangan pada bulan – bulan haram kecuali terpaksa. Ada juga larangan untuk melakukan pengrusakan harta benda dan beberapa hal lainnya yang tidak bisa disebutkan secara detail beserta dalil – dalilnya dalam penulisan yang singkat ini.

Banyaknya ketentuan – ketentuan tersebut sebenarnya bukanlah sesuatu yang diada –adakan oleh para ahli agama, seperti yang selalu dituduhkan oleh kelompok ektrimis dimana mereka menganggap hal itu merupakan usaha untuk menghalang – halangi aksi jihad fi sabilillah. Para ahli agama itu merumuskan ketentuan – ketentuan yang rumit tersebut dengan mendasarkannya pada Al Quran dan Al Hadis, dimana dengan kedalaman pemahaman mereka terhadap ilmu Fiqih dan ilmu Tuhid, mereka mempunyai kapasitas dalam menentukan ini benar atau tidak, ini halal atau haram.

Kita juga harus tahu bahwa menjadi seorang ‘alim ulama sebenarnya merupakan tugas berat, dan tidak sembarang orang mampu sampai pada derajat ini. Mereka harus mempunyai pemahaman yang dalam mengenai bahasa arab, tata bahasanya, sastranya, menghatamkan buku – buku dan kitab – kitab yang tebal – tebal dan juga mengkajinya. Sangat tidak mungkin bagi kebanyakan kalangan kita melakukannya kecuali mereka yang benar – benar dipilih dan dikehendaki oleh Allah. Melalui tangan para ‘ulama, Allah memelihara kemurnian agama ini hingga sekarang, semenjak putusnya perutusan Allah yaitu para Nabi dan Rasul. Allah telah menjanjikan bahwa agama Allah ini tidak akan pernah padam sampai hari kiamat kalau pun mereka yang memusuhi islam berupaya menghapuskannya.

Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (QS. Ash Shaff: 8).

Para ulama, dengan kedalam ilmu yang mereka punyai, tentunya mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap amanat yang diembannya karena mereka merupakan orang yang paling takut kepada Allah. Jadi tidaklah mungkin bagi mereka untuk menjerumuskan umat islam ini pada kesesatan, perpecahan, kelemahan, yang akhirnya berujung pada kehancuran dan kebinasaan. Apabila mereka berbuat demikian tentulah mereka mendapat siksasan Allah sangat pedih.

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fathir: 28).

Sebenarnya apabila kita menghindari sikap berburuk sangka terhadap para ‘alim ulama ini kita bisa melihat bahwa dengan banyaknya aturan yang demikian ketat dalam praktek jihad, menunjukkan bahwa islam sebenarnya memang benar – benar merupakan agama yang cinta damai, dan tidak menganjurkan pemecahan masalah melalui jalur kekerasan. Kekerasan – kekerasan dalam konteks jihad dipertimbangkan melalui aturan yang sangat kompleks sesuai dengan yang ditentukan Allah. Hal ini menunjukkan bentuk kasih sayang Allah kepada manusia, sebagai perwujudan sifat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

……………….Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. (QS. Al Baqarah :251).

…………………Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (QS. Al Anfaal :73).

Dan dalam masa sekarang ini, dimana jalur utusan Allah telah tertutup, maka menjadi tugas para ‘ulama inilah yang mana agama islam akan tetap dipelihara agar sesuai dengan kaidah – kaidah yang seharusnya, yaitu sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasulnya. Karenanya kita, suka maupun tidak, harus percaya dan mengikuti fatwa – fatwa mereka. Pemimpin – pemimin islam pun harus mengikuti mereka dalam urusan syari’at.

Dari sisi lain, apabila kita membaca sirah (sejarah hidup) Nabi Muhammad SAW, kita juga bisa menyimak bagaimana Rasulullah SAW memberi tuntunan kepada kita dalam ibadah jihad. Dalam setiap peperangan yang dilakukan oleh Beliau selama memimpin kaum Muslimin, semua peperangan dilakukan secara gentle, dan tidak pernah ada aksi bunuh diri dan serangan terselubung. Walaupun di dalamnya ada manuver – manuver maupun siasat dan tipu muslihat, tetapi kesemuanya itu dilakukan demi kemaslahatan yang lebih besar bagi umat Muslimin. Tipu muslihat ini dilakukan dengan maksud bagaimana caranya pertumpahan darah yang lebih besar bisa dihindari, dan bahkan sebisa mungkin pertumpahan darah itu sendiri dihindari. Karena itulah tipu muslihat itu hanya diperbolehkan dalam kondisi perang.

Semua peperangan dilakukan melalui perjuangan mati – matian sampai titik darah penghabisan setelah mengupayakan terciptanya kemengangan. Semboyannya adalah hidup mulia atau mati syahid, yang mana tidak bisa hanya mati syahid saja yang diharapkan, tetapi hidup dalam kemengangan yang harus diperjuangkan terlebih dahulu.

Rasulullah tidak pernah memerintahkan kepada pasukan muslimin untuk melakukan aksi bunuh diri dan menerjunkan diri dalam pertempuran tanpa tujuan yang jelas. Tidak pernah tercatat bahwa rasul mengintruksikan pasukannnya untuk membakar dirinya lalu menerjunkan dirinya ke dalam barisan pasukan musuh dengan maksud melakukan aksi serangan bunuh diri. Bahkan rasul melarang pasukannya untuk maju sendirian keluar barisan menuju ke tengah – tengah musuh sebelum ada intruksi dari beliau. Walaupun pasukan Muslimin terkenal berani dan tak takut mati, tetapi rasul menyuruh mereka semua agar mampu mengendalikan keberaniannya itu dengan taat kepada pimpinan agar tidak membawa jiwa mereka kepada kebinasaan yang sia – sia.

Melalui Sirah Nabawiyah, kita bisa melihat bahwa sejumlah pasukan Muslimin tewas dalam suatu pertempuran ataupun mengalami kekalahan, tetapi semua tujuannya jelas tercapai yaitu mampu membuat musuh gentar. Akhirnya, kalaupun musuh mampu mengalahkan pasukan muslimin tetapi hal itu tidaklah mereka lakukan dengan mudah. Musuh akan selalu berpikir berkali – kali untuk menghadapi pasukan Muslimin kembali dimana menurut pandangan mereka walaupun jumlahnya sedikit tetapi ternyata pasukan Muslimin mampu membunuh banyak dari kalangan mereka.

Hal inilah yang dimaksud dengan membuat gentar musuh itu, yang mana lebih mengarah kepada menciptakan keseganan dan kegaguman terhadap pasukan Muslimin, dimana sebenarnya hal ini juga merupakan aksi dakwah untuk mengenalkan pada khalayak ramai bahwa Allah akan selalu berpihak kepada pasukan Muslimin. Bukan seperti yang dilakukan para pelaku bom bunuh diri dimana semakin menambah kebencian mereka yang memusuhi islam sehingga mereka semakin beringas dan semakin tidak percaya kepada islam. Hal ini tentu saja menutup pintu dakwah islam. Mereka pun semakin arogan untuk memusnahkan seluruh umat muslim dengan alasan menghapuskan teror sebagai legalisasi aksinya.

Selanjutnya ada hal yang juga bisa kita renungkan dari aksi bom bunuh diri ini, yaitu tidak adanya efektifitas dalam menegakkan kalimat Allah seperti halnya jihad yang sebenarnya. Malahan orang – orang yang tidak senang dengan islam akan semakin punya bahan fitnah, dan semakin leluasa melakukan pemusnahan terhadap islam dengan slogan anti terorisnya. Bisa dikatakan ini merupakan aktivitas teror yang kemudian tidak membuat musuh gentar, tetapi malah membuat musuh semakin arogan dan membalas dengan aksi teror yang lebih besar dimana membahayakan eksistensi kaum Muslimin sendiri.

Misalkan, anggap saja dilakukan aksi bom bunuh diri oleh pejuang Palestina terhadap daerah pemukiman Israel. Dari aksi ini paling – paling sekitar 15 - 20 orang penduduk Israel tewas. Tentu saja terhadap hal ini, Israel tidak akan tinggal diam. Israel dengan alasan – alasannya kepada dunia akan lebih leluasa lagi dan merasa mempunyai legalisasi untuk menyerang Palestina. Sekali mengeluarkan aksi militernya, bisa 60 – 80 orang Palestina yang tewas. Sedangkan di pihak mereka sendiri tidak ada korban jiwa. Dalam membunuhi warga palestina ini mereka juga akan berbuat serampangan dan bahkan lebih malampaui batas lagi. Wanita dan anak – anak seringkali menjadi korban. Hal ini tentu tidak sebanding dengan apa yang telah dikorbankan dari aksi bom bunuh diri. Inilah yang dimaksud dengan tidak ada efektifitasnya serangan dengan bom bunuh diri ini.

Efek buruk dari aksi bom bunuh diri lainnya ini adalah munculnya perpecahan umat islam itu sendiri. Kita bisa melihatnya dari aksi tuduhan “kafir” tehadap sejumlah ‘alim ulama dengan alasan para ‘alim ulama terlalu lembek dan menjadi antek musuh. Padahal kita tahu sebenarnya di tangan mereka yang punya ilmu mendalam mengenai Fiqih dan ilmu Tauhid inilah ajaran islam terpelihara hingga masa ini. Selain itu semakin banyak kelompok yang memisahakan diri dari jama’ah dan membentuk gerakan sendiri, yang mana hal ini berpotensi juga untuk menyulut perpecahan.

Jadi kita bisa melihat bahwa aksi bom bunuh diri ini tidaklah bisa dibenarkan apabila mengatasnamakan islam. Barangkali aksi ini hanya bisa dikatakan sebagai aksi lanjutan dari semangat yang meluap – meluap, dendam yang membara, dibalut dengan doktrin – doktrin yang semakin membuat motivasi itu meledak – ledak lalu terjadilah aksi – aksi fisik yang brutal. Sementara itu di sisi lain, ilmu dan pemahaman agama mereka kurang. Akal pun tidak jalan karena terlanjur tertutupi oleh semangat yang terlampau menggebu – gebu itu sehingga yang dilihatnya hanyalah efek aksi itu dalam jangka pendek saja, tidak dalam tujuan yang lebih luas bagi umat islam. Kondisi pemikiran seperti inilah yang kemudian membawa mereka pada tindakan – tindakan ekstrim dan melampaui batas yang sebenarnya membahayakan Umat Muslimin secara keseluruhan dalam beberapa waktu ke depan.

Apabila kita merenungkan baik – baik, kita akan menyadari bahwa sebenarnya tujuan inilah yang memang hendak dicapai oleh musuh – musuh islam yang telah semenjak dulu berupaya melakukan tipu muslihat untuk melemahkan agama Allah. Mereka menciptakan segala konspirasi yang ada ini sebenarnya adalah untuk melemahkan pengaruh para ‘alim ulama itu terhadap masyarakat islam. Apabila umat islam sudah tidak mengikuti para ‘alim ulama tentulah akan ada kekacauan karena semua orang seolah – olah akan mempunyai hak dalam memutuskan suatu perkara, halal atau haram. Semua orang akan marasa dirinya pantas terhadap tanggung jawab itu. Perpecahan umat akan semakin meruncing dan akan membawa pada kelemahan terhadap kesatuan umat dan akhirnya berujung pada kehancuran umat islam. Jadi musuh – musuh islam itu nantinya akan dengan mudah semakin memperkukuh kekuatan mereka dan membuat kerusakan di muka bumi.

Kenapa kita tidak sadar akan hal ini, padahal ini adalah politik lawas, devide et impera. Sementara, kita tahu bahwa kekuatan yang menghalangi pelaksanaan politik pecah belah ini adalah keberadaan pengaruh ‘alim ulama di tengah – tengah masyarakat islam. Kita bisa lihat contoh kasusnya dari perang Aceh dimana agen mata – mata Belanda, yang bernama Snouck Hugronye yang melakukan penelitiannya di Aceh mulai tanggal 16 Juli 1891 sampai 4 Februari 1892, telah memberikan kesimpulannya mengenai hal ini. Menurut Snouck dalam “Laporan Politik Agama” yang disampaikannya kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia, di Aceh ada tiga kekuatan yang saling mempengaruhi rakyat Aceh untuk menentang pemerintah kolonial Belanda. Dari ketiga pihak ini, pihak sultan adalah pihak yang bisa disisihkan dan pihak adat adalah pihak yang bisa diajak kompromi. Sedangkan pihak ulama, adalah pihak yang paling tidak kenal damai dan paling tegar. Karenanya harus ditumpas habis, agar tidak tumbuh kembali menjadi kekuatan potensial menentang pemerintah kolonial Belanda.

Dari situ kita bisa lihat bahwa pengaruh para ‘alim ulama inilah yang memang diupayakan untuk dihilangkan dalam kehidupan masyarakat muslim saat ini. Apabila pengaruh mereka bisa dihilangkan, maka politik adu domba bisa semakin lancar pelaksanaannya. Dengan menguatnya persepsi dan mosi – mosi tidak percaya terhadap para ‘alim ulama seperti yang terjadi saat ini, kita bisa melihat bahwa langkah – langkah aksi konspirasi mereka semakin menunjukkan indikasi keberhasilan.

Praktek konspirasi ini, sementara di sisi lain juga dibarengi dengan upaya – upaya untuk merusak generasi muda islam. Muda – mudi kita dialihkan perhatiannya kepada para artis dan selebritis dan budaya barat yang kebanyakan tidak memberi contoh yang baik kepada mereka. Mereka semakin terlena kepada mimpi – mimpi keduniaan yang ditawarkan oleh acara – acara televisi sehingga semakin jauhlah mereka terhadap para ‘alim ulama. Dan bisa dikatakan bahwa perilaku mereka pun akan semakin jauh dari agama. Kita bisa melihat ini dalam kehidupan sehari – hari. Di sisi lain, kelompok ekstrimis semakin fanatik dengan paham dan tokoh – tokoh mereka. Gerakan – gerakan islam yang semakin banyak bermunculan juga semakin banyak orang – orang yang mengikutinya, dan juga beberapa semakin fanatik pula pada ajaran gerakannya dan pada tokoh – tokohnya. Inilah yang kemudian semakin memperuncing masalah.

Kalau di atas telah dijelaskan bahwa jalan yang islam adalah jalan pertengahan antara yang ekstrim dan yang menyepelekan, maka bisa dikatakan jarak keduanya (yang ekstrim dan yang menyepelekan) semakin diperlebar terhadap jalan yang islam sehingga akan melamahkan jalan yang islam yang berada diantaranya, karena semakin banyak masyarakat islam yang tertarik pada jalan yang ekstrim atau yang menyepelekan.

Untuk itulah berprasangka baik terhadap para ‘alim ulama adalah jalan untuk kembali menyatukan jama’ah. Jangan sampai kita mudah termakan fitnah – fitnah yang dilontarkan sekelompok orang terhadap mereka. Memang telah datang zaman dimana orang hina dimuliakan dan orang mulia dihinakan.

”Akan datang kepada manusia tahun – tahun yang menipu, (dimana) akan dibenarkn padanya orang yang berdusta dan dianggap dusta orang yang jujur, orang yang berkhianat dianggap amanah dan orang yang amanah dianggap berkhianat dan akan berbicara Ar Ruwaibidhoh. Ditanyakan, “Siapakah Ar Ruwaibidhoh itu?” Beliau menjawab, “Orang dungu yang berbicara tentang perkara umum.”. (diriwayatkan dari Abu Hurairah dalam Ahmad, Ibnu Majjah, Al Hakim, dll. Dishohihkan oleh syaikh Al Albany, Syaikh Muqbil)

Jadi kita juga harus bisa memikirkan hal ini bersama – sama. Kalaupun setidaknya kita tidak bisa banyak berbuat banyak, setidaknya kita ikut memikirkan pemasalahan umat ini. Semoga Allah membimbing kita ke jalan yang benar.

Selanjutnya bagaimana kita bisa tahu, siapa saja para ‘alim ulama itu? Sementara sekarang semuanya menjadi serba tidak jelas, mana yang benar – benar ‘alim ulama dan mana yang bukan. Seperti yang telah dijelaskan di atas mereka ini adalah yang dalam pengetahuannya terhadap masalah agama. Mereka paham mengenai ilmu Fiqih dan Tauhid sehingga punya wewenang dalam menentukan halal – haram, boleh atau tidak. Karena mereka adalah orang yang paling takut kepada Allah tentulah sikap – sikap mereka menunjukkan ciri teladan umat yang baik. Mereka ini bukanlah orang yang gemar mencari harta dan memamerkannya, bukanlah orang yang senang melakukan maksiat dan sangat hati – hati dalam menyampaikan risalah agama. Semoga Allah memberi jalan bagi kebangkitan islam melalui tangan mereka ini.

Dan suatu langkah yang diwajibkan apabila kita dalam setiap permasalahan selalu menyerahkannya kepada mereka.

Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (QS. Al Anbiya: 7).

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (QS. An Nisa: 83).

Mengenai segala permasalahan agama janganlah kita berspekulasi sendiri, yang mana hanya akan membawa umat kepada perpecahan, kelemahan dan akhirnya kehancuran. Kalau para ‘ulama ini merumuskan fatwa – fatwa itu dari Al Quran dan Al Hadis tentu tidaklah mungkin ada pertentangan antar mereka, kecuali sedikit saja dimana hal ini bisa dikompromikan. Tetapi merekalah yang lebih benar daripada orang – orang awam seperti kita. Dan suka ataupun tidak, kita wajib mengikuti fatwa – fatwa yang dikeluarkannya tersebut.

Demikian tulisan saya ini, semoga bermanfaat, dan terakhir saya suguhkan pesan Nabi Muhammad mengenai pentingnya keberadaan ‘ulama di tengah – tengah kita.

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya para hamba, akan tetapi Allah mencabutnya dengan mencabut (mewafatkan) para ulama sampai bila tidak tersisa lagi seorang alim ulama maka manusia pun mengambil para pemimpin yang bodoh, maka mereka pun ditanya lalu mereka memberi fatwa tanpa ilmu maka sesatlah mereka lagi mnyesatkan.”. (Hadis dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim, At Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majjah).

Rabu, 15 Juli 2009

HAMIL DI LUAR NIKAH? BIASA!


Suatu waktu, saya pernah makan di sebuah warung sederhana. Warung itu terletak di suatu sudut pasar sebuah kampung. Ya sekedar cari makan yang murah dan halal gitu. Ketika saya sedang dengan lahapnya makan, tak sengaja saya mendengar pembicaraan dua orang laki – laki. Salah satunya seorang pemuda, dan yang satunya lagi seorang bapak – bapak yang tidak terlalu tua umurnya. Sebenarnya bukan maksud saya untuk mencuri dengar. Tetapi hanya saja karena warung itu tidak terlalu besar, tentu saja pembicaraan antara dua orang lelaki itu, yang juga nongkrong di warung tempat saya makan, terdengar secara otomatis.

Setelah beberapa pembicaraan berlalu, maka sampailah pembicaraan kedua orang itu kepada masalah keluarga.

“Oh ya! Gimana kabar adik perempuanmu itu?,” Tanya si bapak – bapak kepada pemuda itu, “udah lama gak ketemu, tentunya sekarang dia sudah besar.”

Si pemuda itu menjawab, “Wah iya Pak…anu…,” pemuda itu garuk – garuk kepala, “Adik saya itu kecelakaan.”

Sejenak si bapak – bapak itu nampak terkejut mendengar itu. Tetapi dari raut muka si pemuda itu, si bapak – bapak tersebut kemudian mengetahui bahwa yang dimaksud oleh si pemuda itu “kecelakaan” bukanlah “kecelakaan” yang dia maksud.

“Ooo…kecelakaan!,” bapak itu manggut –manggut sebagai tanda mengerti, “sekarang kalo seperti itu sih sudah biasa dik.”

Spontan sebenarnya aku terkejut mendengar komentar si bapak – bapak tersebut. Seolah – olah, beliau dengan begitu entengnya memberi komentar yang serupa itu. Padahal kalo menurutku suatu “kecelakaan” seperti itu janganlah dianggap “biasa”. Tentunya nantinya hal – hal demikian akan dianggap sebagai kebiasaan pula oleh masyarakat. Apabila sudah menjadi kebiasaan tentu saja pada masa – masa yang akan datang, tidak akan ada rasa bersalah lagi bagi mereka yang melakukannya.

Pergaulan bebas memang saat ini sudah mulai menjadi tren. Suatu hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 6 – 20% anak SMU dan mahasiswa di Jakarta pernah melakukan hubungan suami-istri pranikah. Lebih mengagetkan lagi, survei yang dilakukan terhadap mahasiswa – mahasiswa kedokteran di sebuah universitas swasta menyatakan bahwa 35% dari mereka sepakat tehadap adanya hubungan terlarang pranikah. (http://www.sinarharapan.co.id/berita/0207/08/ nas11.html).

Bukankah hal ini sudah mulai kelewatan. Legalisasinya sudah mulai muncul dengan adanya anggapan di kalangan muda – mudi sekarang yang menyatakan kalau tidak melakukannya berarti gak mengikuti jaman. Lebih jauh lagi, orang yang tidak mau melakukannya seringkali akan disebut kuno, ketinggalan jaman, homo, lesbi, lemah syahwat, dan apalah. Persepsi yang demikian tentunya sangat merusak moral.

Padahal kita tahu bahwa zinah adalah merupakan salah satu dosa besar. Kepada perempuan besuami yang berzinah saja hukumannya adalah dirajam sampai mati menurut syaria’at islam. Bagi pezinah yang tidak demikian tentunya hukumannya juga berat kan?. Seharusnya!

Kita juga tahu, kalo kita dengar cerita orang – orang tua dahulu, misalnya kakek – kakek dan nenek – nenek kita dalam mengarungi masa mudanya, tentulah tidak akan pernah mendengar ada cerita demikian dalam hidup mereka. Karena orang – orang jaman dahulu masih kental budaya ketimurannya. Karena belum adanya pengaruh budaya barat, maka hubungan antara pria dan wanita dalam persepsi mereka adalah sesuatu yang sakral. Tidak boleh dilanggar. Mereka menjadi serba sungkan kalau berada di dekat wanita yang bukan muhrimnya. Tentu saja dengan demikian mereka bisa menjaga dirinya dari zina. Mereka menganggap bahwa zina ini adalah tindakan yang tidak terpuji, tercela, kotor, sesat, tidak sesuai dengan budaya, tidak sesuai dengan agama. Dengan anggapan demikian kita bisa lihat orang – orang jaman dahululah yang labih kuat dalam menjaga bahtera rumah tangga mereka. Sulit sekali dijumpai kawin cerai pada masa dahulu.

Tapi sekarang, bukankah persepsi demikian sudah mulai berbalik 180 derajat? Kalaupun tidak terlalu besar saat ini, tetapi bisa diramalkan bahwa persepsi itu akan semakin meluas di masyaratakat dan dalam beberapa jangka waktu ke depan semua masyarakat akan memberikan persetujuan sosialnya terhadap masalah ini. Kalau hal pembiasaan semacam ini terus terjadi, dan persepsi positif mengenai pergaulan bebas pra nikah terus meluas hingga menimbulkan persetujuan sosial terhadapnya, bisa saja suatu saat nanti, kondisinya akan semakin parah. Pergeseran nilai – nilai luhur akan semakin mengarah pada budaya jahiliyah.

Dengan deikian, secara otomatis, selanjutnya, pikiran saya jadi melayang jauh. Misalnya saja sebuah contoh mengenai pergeseran persepsi ini dapat dilihat dalam kisah imajinasi saya berikut. Sekitar 40 tahun lagi dari sekarang, ketika saya sudah menjadi “orang”, saya kembali makan di warung tersebut. Warungnya bukan lagi warung yang sederhana seperti 40 tahun yang lalu, tetapi sekarang sudah bekelas restoran. Dan di warung tersebut saya kembali secara tak sengaja mendengar perbincangan antara dua orang yang mirip – mirip dengan perbincangan di atas. Misalnya perbincangan kali ini adalah antara dua orang, yang satu seorang tante – tante dan seorang lagi seorang wanita muda. Berikut perbincangan di antara keduanya.

“Oh ya! Gimana kabar adik perempuanmu itu?” Tanya si tante – tante kepada si wanita muda itu, “udah lama gak ketemu, tentunya sekarang dia sudah besar.”

Si wanita muda itu menjawab, “Wah iya Tante…anu…” wanita itu senyam – senyum, “Adik perempuan saya itu hamil setelah diperkosa orang banyak.”

“O…begitu!,” tante itu manggut –manggut, namun tidak nampak sekali bahwa dirinya terkejut mendengar itu, tidak seperti empat puluh tahun yang lalu. Lalu dia melanjutkan, “Wah, sekarang kalo seperti itu sih sudah biasa dik.”

Boleh saja ini hanyalah sebuah imajinasi. Tapi hal ini tentunya memungkinkan apabila suatu saat nanti akan terjadi demikian. Seperti kita ketahui apabila tidak ada suatu system yang revolusioner, budaya itu semakin lama akan semakin bergeser menuju budaya jahiliyah kembali, apabila semakin banyak manusia yang meninggalkan agamanya. Kalau memang nantinya benar – benar menjadi seperti itu, wah…Apa Kata Dunia?

AURAT SEORANG BIDUWANITA MUSLIMAH


Dalam beberapa kesempatan saya sering melihat seorang artis Muslimah yang sedang diwawancarai oleh wartawan media infotainment dalam suatu acara bergenre gossip. Dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diajukan kepadanya itu, sering ia menunjukkan identitas keislamannya dengan megucapkan lafadz – lafadz pujian kepada Allah. Seperti Alhamdulillah! MasyaAllah! Astagfirullah! Insya Allah! Dan lain sebagainya.

Akan tetapi ada sesuatu yang janggal. Dan saya tidak habis pikir mengenai hal ini. Bagaimana ia bisa menyebut – nyebut kata – kata suci itu, sementara ia sedang mengenakan pakaian yang auratnya kelihatan. Entah belah dadanya yang kelihatan, atau pahanya yang mulus itu yang kelihatan. Atau dalam suatu hal yang lebih samar walaupun tetap saja salah, lekuk – lekuk tubuhnya itu yang terlihat jelas melalui pakainnya yang ketat.

Sungguh sangat disayangkan. Seorang public figure Muslimah yang seharusnya memberi contoh kepada muslimah – muslimah fansnya, kenyataannya memberikan contoh yang tidak baik dalam hal caranya berpenampilan. Apakah mereka mengucapkan kata – kata itu hanya agar supaya nampak sebagai seorang Muslimah yang baik? Lalu bagaimana dengan belah dadanya yang kelihatan itu? Apakah hanya sebuah Eye Cather saja agar semua perhatian tertuju kepadanya? Lantas muncul juga pertanyaan apakah mereka hanya menjadikan ungkapan – ungkapan keTuhanan itu sebagai praktek dagang mereka saja, agar mereka tampak sebagai wanita – wanita yang alim, dan dengan demikian semakin banyak fansnya, sehingga mereka lebih laku di dunia hiburan? Sungguh, hal ini tidak pernah saya habis pikir dibuatnya? Kenapa mereka melakukan perbuatan bodoh itu.

Padahal sudah jelas di dalam Al Quran mengenai masalah menutupi aurat ini.

Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. (QS. Al Ahzab:59).

Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nur: 31).

Dari ayat – ayat di atas dapat dilihat bahwa sesuatu yang sangat dianjurkan bagi seorang muslimah untuk mengenakan pakaian yang secara total menutupi seluruh tubuhnya, sehingga auratnya tidak tampak, seperti tonjolannya dan lekukan tubuhnya. Selain itu pakaian itu juga harus mampu menutupi perhiasan – perhiasan yang dia pakai seperti kalung, gelang tangan, gelang kaki, dan anting. Hal ini perlu dilakukan yang mana sebenarnya demi kebaikan mereka juga. Yaitu agar mereka dikenal sebagai seorang muslimah, dan selain itu, karena seluruh tubuhnya tertutupi, maka mereka tidak akan diganggu atau digoda oleh para lelaki. Akan tetapi anjuran islam ini memang telah banyak sudah ditinggalkan oleh kaum wanita Muslimin jaman sekarang, walaupun tujuan sebenarnya dari ketetapan Allah yang demikian adalah baik. Tidak bisa dipungkiri, memang tidak semua manusia mau menuruti kebenaran – kebenaran yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, karena kebanyakan manusia memang bukanlah orang yang menyenangi kebaikan. Mereka senang melakukan kerusakan di muka bumi.

Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu.
(QS. Az Zukhruf : 78)

Artis – artis itu seolah – olah lupa bahwa diri mereka adalah seorang Muslimah. Apakah mereka hanya termasuk kumpulan orang yang tidak tahu mengenai kewajiban menutup aurat itu, ataukah mereka termasuk ke dalam kelompok yang tidak mau tahu. Tetapi kenyataannya pada kelompok yang belakangan inilah, yang menurut saya, mereka banyak terdapat. Mereka malah semakin menjadi – jadi. Dengan alasan membuat sensasi, atau tampil beda, berekspresi bebas dalam seni, atau tuntutan profesi maka aturan – aturan agama itu dilanggar. Sudah tidak ada rasa bersalah lagi bagi mereka dalam menerima tawaran untuk tampil seronok. Dengan alasan acting, berkesenian, dan lain sebagainya yang barangkali sebenarnya hanya urusan dunia dan tidak ada pesan moralnya sama sekali. Semua hanya untuk menambah popularitas dan ujung – ujungnya uang.

Makanya, untuk menutupi kebobrokan agamanya itu, ketika diwawancarai wartawan media infotainment, mereka sering mengucapkan ungkapan – ungkapan Islam layaknya seorang yang selalu ingat kepada Tuhannya. Bahkan mereka mengaku – ngaku dekat pada ustad atau kiyai tertentu, atau bahkan mengaku berasal dari keluarga kyai.

Padahal sebenarnya, public figure adalah suatu pekerjaan yang sarat amanat. Mereka adalah ikon dari masyarakat, dimana mereka yang akan menjadi kiblat masyarakat dalam segala hal. Mereka sebenarnya merupakan “pemimpin” masyarakat dalam hal tren, cara bersikap di depan publik, cara berbicara, dan banyak hal bentuk keteladanan lainnya. Termasuk di dalamnya cara berpakaiannya. Mereka juga ditonton oleh jutaan pasang mata di Indonesia, baik secara langsung maupun dibalik layer kaca, dimana hal ini mengakibatkan mereka menjadi sorotan dan menjadi rujukan bagi masyarakat. Jadi beban moral sebagai seorang pemimpin umat, sebenarnya juga diemban oleh mereka.

Kitab Hadis Sahih Bukhari Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Ra, dimana dia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Setiap kamu adalah pemimpin yang dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang amir yang mengurusi keadaan rakyatnya adalah pemimpin. Ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang rakyatnya. Seorang laki – laki adalah pemimpin bagi keluarga di rumahnya. Ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang keluarganya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya. Ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang hal itu. Seorang hamba adalah pemimpin terhadap harta benda tuannya, ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang harta tuannya itu. Ketahuilah bahwa kamu semua adalah pemimpin dan semua akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya itu.”


Dari hadis di atas maka dapat dikatakan pula bahwa seorang public figure adalah pemimpin dari para fansnya, dan setiap public figure itu akan dimintai pertanggung jawabannya terhadap apa – apa yang dilakukan fansnya itu dalam hubungannya dengan dia sebagai teladan para fansnya itu. Apabila mereka memberikan contoh berpenampilan yang mengumbar aurat kepada masyarakat, dan para fansnya itu menirunya sehingga mereka lalai dari agamanya, maka dosa para fansnya itu, juga public figure itulah yang menanggungnya, selain dosanya sendiri.

Makanya saya tidak heran, kalau saya dengar isi ceramah Bapak Ustad dan Bapak Kyai yang menyatakan bahwa sebagian besar orang – orang yang masuk surga nantinya adalah orang – orang yang beriman dari kalangan fakir, miskin, dan tidak terkenal, dan juga dari kalangan laki – laki. Sedangkan kebalikannya mereka yang banyak di neraka adalah mereka yang banyak dikenal selama hidup di dunia, mereka yang kaya, dan mereka dari kalangan kaum hawa. Dan hal ini memang disebutkan dalam kitab Hadis. Dalam hal ini, berarti yang paling banyak masuk neraka adalah salah satunya dari kalangan biduwanita perempuan itu. Wawwahu A’lam!.

AGAMA NENEK MOYANG


Assalamualaikum Wr. Wb.

Bismillahhirohmanirrohim

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?". (QS. Al Baqarah:170).

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?. (QS. Al Maidah5:104).

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?. (QS. Al A’raf7:28).

Menurut saya, ayat – ayat di atas tidak hanya ditujukan hanya kepada kaum Musyrikin penyembah berhala, tetapi peringatan – peringatan tersebut juga ditujukan kepada beberapa kelompok dari kalangan islam sendiri, yang hanya mengaku islam di luarnya saja. Mereka sebenarnya bukanlah seorang islam sejati, tetapi orang yang mengaku – ngaku islam.

Golongan yang seperti ini, kenyataannya memang jumlahnya semakin banyak dalam kehidupan kita sekarang ini. Mereka mengaku sebagai seorang muslim, mereka juga dalam beberapa kesempatan kita jumpai melakukan shalat, dan juga ikut serta dalam shalat jama’ah di masjid, dan juga selalu hadir dalam shalat jama’ah juma’at (bagi yang laki – laki). Mereka juga ikut merayakan hari – hari besar agama. Kita dapati juga wanita – wanita dari kalangan ini juga mengenakan jilbab.

Akan tetapi, ketika mereka kembali berbaur dengan masyarakat, kembali ke pekerjaan – pekerjaan duniawi mereka, maka kita dapati mereka tidak tampak lagi sebagai seorang Muslim. Mereka melakukan penyelewengan amanat, mereka melakukan pungli, mereka menggunakan fasilitas umum untuk mendapatkan keuntungan pribadi, mereka melakukan korupsi, mereka melakukan kolusi, mereka melakukan nepotisme tanpa dasar yang jelas, dan lain sebagainya. Atau perbuatan hal – hal lainnya yang sepele tapi menyesakkan dada, seperti mengunjing orang lain, menghasut, fitnah, berkata bohong untuk keuntungan pribadi, dan lain sebagainya.

Kita bisa melihat mereka – mereka ini dalam kehidupan sehari – hari. Beberapa orang menjadi mafia peradilan, beberapa lagi menjadi mafia pendidikan, beberapa lagi menjadi mafia kantoran, mafia pemerintahan, mafia perekonomian, mafia informasi, mafia birokrasi, dan dalam banyak bidang pekerjaan lainnya dimana mereka menyisipi amanat perkerjaan itu dengan praktek yang kotor. Mereka berlomba – lomba memakan harta melalui jalur yang tidak halal seperti riba, memakan dari hasil uang yang bukan haknya, memakan uang sogokan, salam tempel, dan lain sebagainya.

Tetapi mereka tetap saja mengaku sebagai bagian dari islam. Mereka tetap memakai jilbab (bagi yang wanita), berkata santun apabila bertemu orang, bagi yang laki – laki juga sering kita temui masih melaksanakan shalat Jama’ah Jumat, dan lain sebagainya. Bukankan ini adalah sebuah ironi?

Budaya kotor yang sudah sangat kental ini sebenarnya sudah mereka akui sendiri merupakan lanjutan dari apa yang mereka dapati dari pendahulu – pendahulu mereka, senior – senior mereka, bapak dan ibu mereka, guru – guru mereka, atasan – atasan mereka, teman – teman mereka dan bahkan ada yang hanya karena berupaya meniru mereka – mereka yang berasal dari kalangan di luar islam. Padahal tidak semua yang demikian itu adalah baik.

Karena mereka hanya ikut – ikutan saja terhadap apa yang dilakukan pendahulu – pendahulu mereka, padahal dirinya mengaku seorang muslim, maka bisa dikatakan bahwa sebenarnya mereka bukanlah seorang muslim sejati. Mereka ini hanya orang – orang yang mengaku dirinya islam tetapi sebenarnya mereka adalah orang – orang yang hanya mengikuti agama nenek moyangnya itu, yaitu islam menurut persepsi nenek moyangnya. Dan dengan demikian mereka tidak dapat dikatakan sebagi seorang yang islam. Tetapi mereka hanyalah orang yang beragama seperti nenek moyangnya itu. Tidak peduli apakah nenek moyangnya itu mereka dapati menyembah berhala, lalu mereka secara berduyun – duyun mengikutinya, atau karena mereka juga mendapati nenek moyang mereka melakukan korupsi, maka mereka secara berjamaah pun mengikutinya. Melihat nenek moyangnya melakukan dan menerima sogok, pungutan liar, maka mereka secara berlomba – lomba pula melakukannya.

Seringkali juga dalam perkara – perakara yang masih belum jelas gelap terangnya, halal haramnya, mereka embat saja semuanya. Padahal Allah dan Rasul memerintahkan manusia agar memakan harta yang jelas kehalalannya.

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah :168).

Diriwayatkan dari Abu Abdullah Al Nu'man ibn Basyer RA, dimana beliau berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya perkara yang halal itu terang jelas, dan sesungguhnya perkara yang haram itu terang jelas, dan di antara kedua perkara tersebut ada perkara-perkara syubhat yang kesamaran yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjaga perkara syubhat maka sesungguhnya dia telah membersihkan agamanya dan maruah dirinya. Dan barangsiapa yang terjatuh dalam perkara syubhat, maka dia telah jatuh dalam perkara haram, umpama seorang pengembala yang mengembala di sekeliling kawasan larangan, dibimbangi dia akan menceroboh masuk ke dalamnya. Ketahuilah bahawa setiap raja ada sempadan dan sesungguhnya sempadan Allah itu ialah perkara – perkara yang diharamkanNya. Ketahuilah bahwa dalam setiap jasad itu ada seketul daging yang apabila ia baik maka baiklah seluruh jasad dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah ia adalah hati”. (Hadis riwayat Al lmam Al Bukhari dan Muslim).

Hal ini sungguh sangat disayangkan. Karena segala hal penyelewengan seperti misalnya pungli dan sogok dibudayakan, dan seolah – olah hasil yang diperoleh darinya sudah dianggap sesuatu yang biasa. Dan karenanya mereka menghalalkannya dan memberikan persetujuan sosial terhadapnya. Dan tindakan itu tidak lagi dilakukannya secara sembunyi – sembunyi, tetapi sudah mereka lakukan secara terang – terangan. Mereka mengakuinya dan bahkan berbangga atasnya.

Akan tetapi, kita sering melihat bahwa beberapa diantara mereka sebenarnya dulunya adalah aktivis kampus yang selalu berkata dan berteriaak secara lantang: tolak korupsi, tolak kolusi, tolak nepotisme! Gantung koruptor! Tolak Liberalisme! Tapi kenyataannya setalah mereka lulus dari kuliahnya dan masuk dalam dunia kerja, dunia pemerintahan, dan berbaur dengan masyarakat, justru mereka inilah yang paling pertama dan yang paling bersemangat untuk melakukan perbuatan kotor itu. Semagat mereka untuk berbuat kotor ketika sudah masuk lingkungan demikian sama halnya dengan semagat mereka dahulu sebagai aktivis kampus untuk menolaknya, bahkan lebih dari itu. Idealisme mereka ternyata tidak lebih dari ibarat debu yang menempel di permukaan sebuah batu. Ketika hujan turun, maka lenyaplah debu itu dari permukaan batu, dimana batu itu kemudian menjadi licin, mulus, dan hilang tidak berbekas sama sekali idealisme mereka itu.

Beberapa lainnya selalu ragu – ragu awalnya untuk melakukan itu. Mereka sadar bahwa itu salah. Tetapi setelah didapatinya seolah – olah tidak ada jalan keluar dan tidak banyak yang bisa diperbuatnya untuk mengubah budaya itu, ia pun akhirnya turut serta menggabungkan diri. Dari yang awalnya ragu – ragu, menjadi malu – malu kucing, akhirnya bak singa yang sedang lapar, semuanya diterkam tanpa batasan.

Sungguh apa yang mereka lakukan sebenarnya adalah suatu kerugian! Semoga mereka kembali ke jalan yang benar!

Tetapi ada juga kelompok yang secara sadar mengakui itu salah, tetapi mereka tidak merasa mampu untuk berbuat banyak terhadapnya, sehingga mereka hanya berdiam diri dan menutup mata. Kelompok yang demikian dapat dijelaskan melalui hadis berikut.

Daripada Abu Sa'id Al Khudrie RA. dimana beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa dari kalangan kamu melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya. Sekiranya dia tidak mampu maka hendaklah dia mengubahnya dengan lidahnya. Sekiranya dia tidak mampu maka hendaklah dia mengubahnya dengan hatinya. Yang sedemikian itu adalah selemah-lemah iman. (Hadis diriwayatkan oleh Al lmam Muslim).

Orang yang melihat suatu kemungkaran berlaku di depan matanya, dan dia berkuasa mencegahnya dengan tangannya atau dengan lidahnya maka dia berkewajipan mencegah kemungkaran tersebut. Dia berdosa apabila membiarkan kemungkaran tersebut berlalu tanpa sebarang tindakan atau percobaan untuk mencegahnya, kecuali kalau dia tidak mampu atau karena dibimbangi bahwa tindakannya nanti akan membawa kemudharatan kepada dirinya apabila dia mencegah kemungkaran itu. Mencegah kemungkaran hanya dengan hati, yaitu dengan membencinya dan berkeinginan mau mencegahnya pada suatu saat nanti kalau dia mampu. Orang yang berdiam diri inilah yang mana dalam hal ini mereka termasuk ke dalam kalangan dengan tingkatan iman yang paling lemah.

Lebih parah lagi, ketika mereka diingatkan untuk kembali ke jalan Allah dan Rasulnya, dan menjadi seorang Muslimin yang sebenarnya, mereka menolaknya, tidak menghiraukannya, atau bahkan memaki – maki orang yang memberi peringatan itu dengan celaan, “Sok suci kau!”. Dan pemberi peringatan itu pun ditinggalkan, tidak dihiraukan dan disisihkan dari pergaulan sehari – hari. Bahkan terkadang mereka memberi tambahan penghinaan terhadap si pemberi peringatan itu dengan sejumlah fitnah.

Hal ini sudah menjadi salah satu bukti bahwa memang telah datang zaman dimana orang hina dimuliakan dan orang mulia dihinakan. Salah satu tanda bahwa hitung mundur waktu kiamat sudah semakin mendekati saatnya.

Semoga kita semua selalu diberi rahmat dan hidayah oleh-Nya, sehingga kita selalu berada di jalan yang lurus, jalan yang islam, jalannya orang yang berserah diri kepada Allah. Semoga kita selalu diselamatkan dari kesesatan.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat. Dan akhir kata saya tutup artikel ini dengan sebuah wasiat Rasulullah kepada kaum – kaum Muslimin yang hidup setelahnya.

Diriwayatkan dari Abu Najih Al 'lrbadh ibn Sariyah RA., dimana beliau berkata: Rasulullah SAW telah menasihati kami suatu nasihat yang menggetarkan hati dan mencucurkan air mata. Hal itu seolah-olah merupakan nasihat orang yang mau mengucapkan selamat tinggal. Kami berkata: “Ya Rasulullah! Maka berikanlah kami wasiat!”. Baginda bersabda: Aku mewasiatkan kamu supaya bertaqwa kepada Allah SWT, supaya mendengar dan taat, sekalipun kamu diperintah oleh seorang hamba. Sesungguhnya, barangsiapa di kalangan kamu yang masih hidup nanti, niscaya dia akan melihat banyak perselisihan. Maka hendaklah kamu mengikuti sunnahku dan sunnah khulafa'ur Rasyidin yang mendapat hidayat. Gigitlah ia dengan kuat (yaitu berpegang teguhlah kamu dengan sunnah-sunnah tersebut) dan berwaspadalah kamu dari melakukan perkara-perkara yang diada-adakan, karena setiap perkara yang diada-adakan itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu adalah sesat dan setiap kesesatan itu dalam neraka. (Hadis riwayat Abu Dawud dan Al Tirmizi. Al Tirmizi berkata ini hadis sahih).

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Senin, 06 Juli 2009

TEKNOLOGI TELEPORT, MUNGKINKAH?

Sulaiman Berkata: "Hai pembesar – pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya (Ratu Balqis) kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya". Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An Naml : 38 – 40)

Kita bisa melihat dari kisah yang diabadikan dalam Al Quran di atas, bahwa bukanlah jin yang membantu Sulaiman dalam memindahkan singgasana ratu Balqis ke tempat Sulaiman, melainkan seorang manusia yang mempunyai ilmu. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa golongan manusia punya kemampuan yang lebih baik dari golongan jin.

Negeri tempat ratu Balqis itu berada adalah di negeri Saba’ yang terletak di daerah Yaman, sedangkan kerajaan Sulaiman terletak di negeri Syam (palestina). Jarak antara dua kerajaan itu adalah sekitar 2.000 kilometer. Terlihat sepintas, tidaklah mungkin orang itu bisa memindahkan singgasana ratu Balqis dalam waktu sebelum mata Sulaiman berkedip.

Menurut Jennifer S. Holland, orang dewasa yang cemas akan berkedip sebanak 50 kali per menit. Orang dewasa yang tenang berkedip 15 kali per menit. Dari sini kita tahu bahwa manusia normal akan berkedip rata – rata setiap 4 detik.

Terdapat salah satu transportasi yang paling cepat yang ada saat ini, yaitu pesawat jet yang bernama X-15. Apakah teknologi transportasi tercepat ini mampu melaksanakan tugas Sulaiman? Mari kita lihat dan telaah bersama - sama.

Bisa dilihat, bentuknya hampir sama seperti Roket. Pesawat yang satu ini adalah keluaran dari NASA. Diterbangkan pertama kali oleh pilot pertamanya yang bernama Scott Crossfield pada 8 June 1959. Tahun '59 itu generasi pertama dari pesawat ini. Gambar di atas adalah modifikasi terbarunya. Pada ketinggian 100 km, X-15 bisa mencapai Mach 6.72. Satuan Mach 6,72 berarti 6,72 kali kecepatan suara. Karena kecepatan suara itu bervariasi terkandung kondisi atmosfer, kita andaikan saja pesawat ini terbang pada kondisi atmosfer normal, dimana kecepatan suara yang berlaku adalah 331,6 m/s. Berarti kecepatan pesawat ini dalam kondisi atmosfer normal adalah:

6,72 X 331,6 = 2228,35 m/s atau 8022,06 km/jam.

Dengan menngunakan rumus kecepatan:
S = V x t

Jadi dapat diketahui bahwa pesawat ini dapat menepuh perjalan dari Yaman ke Syam dalam waktu:

(2.000 km) / (8022,06 km/jam) yaitu sekitar 0,25 jam atau 15 menit.

Tentulah tidak mungkin seorang manusia akan menahan matanya berkedip selama itu. Dari sini kita tahu bahwa selang waktu yang selama ini tidak mampu memenuhi selang waktu yang disyaratkan sebagai selang waktu manusia mampu menahan matanya berkedip secara normal. Kesimpulannya sangat tidaklah mungkin apabila singgasana itu dipindahkan dalam sekejap mata dengan meggunakan teknologi transportasi yang paling mutakhir saat ini seperti pesawat ini.

Akan tetapi kalau kita sedikit berimajinasi, kita bisa melihat sebuah film Star Trex. Dalam film itu dikisahkan pesawat Enterprise memiliki suatu teknologi yang disebut teleport. Teknologi ini mampu memindahkan seseorang atau barang lainnya dalam sekejap. Seseorang yang akan dipindahkan masuk ke dalam sebuah ruangan khusus, sedangkan operator mengintrusikan computer untuk mengirimkan orang tersebut ke tempat tujuan, dan zlppp..! Ia pun menghilang. Tiba – tiba dirinya telah berada di tempat yang dituju dengan tidak kurang satu apapun.

Kalaupun hal ini hanyalah sebuah cerita fiksi, tetapi apakah memungkinkan teknologi teleport ini benar – benar terwujud suatu saat ini?

Jawabannya: Ya. Perkembangan ilmu fisika kita sedang megarah kearah sana. Penjelasan ilmiah yang masuk akal dari hal ini, bisa kita mulai dengan melihat teori Einstein yang terkenal itu. Mudah – mudahan Anda masih ingat

Salah satu rumusan yang dikeluarkan Einstein adalah:

E = m.c2

Dalam hal ini, sebuah benda yang memiliki massa dapat berubah menjadi suatu bentuk energi. Dan peristiwa ini reversible, atau bisa dibolak balik. Maksudnya, energi yang terbentuk ini nantinya juga dapat dirubah kembali menjadi wujud benda asal. Ini secara teori. Lalu, bagaimana secara prakteknya berdasarkan teknologi yang ada saat ini?

Materi bisa berubah menjadi energi dan sebaliknya. Manusia saat ini telah berhasil mengubah materi menjadi energi dalam berbagai perlengkapan atau peralatan dengan memanfaatkan energi atom antara lain melahirkan atau memproduksi energi listrik untuk kemaslahatan peradaban manusia. Meskipun demikian, kemampuan manusia dalam mengubah materi menjadi energi masih berada dalam tahap pengembangan yang masih jauh dari cita – cita menciptakan teknologi teleport.

Demikian pula dalam hal upaya mengubah energi menjadi materi. Dalam hal ini, manusia telah berhasil melakukannya, kendatipun dalam kadar yang sangat minim. Untuk mengubah energi menjadi materi digunakan alat yang disebut sebagai Akselerator partikel /particel accelerator/. Walaupun demikian, kadar kemampuan dalam hal pengubahan itu masih diupayakan untuk terus ditingkatkan dan disempurnakan.

Jadi dari sini, kita akan sampai pada satu kesimpulan, pengubahan materi menjadi energi dan sebaliknya merupakan pekerjaan yang dapat dilakukan secara ilmiah dan praktis. Intinya teknologi – teknologi yang merupakan embrionya sudah ada.

Karena energi ini merupakan suatu esensi yang tidak dapat dimusnahkan, tetapi bisa dirubah ke dalam bentuk energi yang lain, tentunya energi ini akan memiliki sifat sesuai dengan wujud energi tersebut. Energi ini dapat dikirimkan dengan menggunakan kecepatan cahaya pada gelombang mikro ke tempat mana saja yang kita inginkan, yang kemudian kita ubah kembali menjadi materi asal. Dengan cara itu, kita bisa mengirim peralatan atau perlengkapan apa saja, bahkan rumah berikut isinya bisa dipindahkan ke daerah mana saja dimuka bumi ini menurut pilihan kita.

Kita tahu bahwa kecepatan cahaya adalah 3 x 108 m/s atau sebesar 300.000.000 m/s. Dari sini kita bisa menetukan berapa lama suatu benda yang bergerak dengan kecepatan ini, menempuh perjalanan Yaman – Syam yang sejauh 3000 km atau 3.000.000 m. Apabila S adalah jarak antara Syam-Palestina, dan v adalah besar kecepatan cahaya, maka waktu tempuh t yang dibutuhkan bisa ditentukan.

S = v x t
t = S / v
t = 3.000.000 / 300.000.000
t = 0,01 detik

Kita bisa melihat, bahwa teknologi inilah yang memungkinkan untuk mewujudkan keinginan Sulaiaman tersebut, walaupun dalam hal ini, masihlah sebuah teori saja. Akan tetapi kita harus tetap optimis pada perkembangan teknologi fisika ke depan, sehingga hal tersebut memang benar – benar dapat terwujud.

Tetapi ada satu hal yang masih diakui sebagai kendala utama oleh para sarjana fisika
untuk membuktikan mimpi ini. Kesulitannya adalah dalam menggabungkan dan merangkaikan bagian-bagian atau atom-atom partikel dalam bentuk aslinya secara sempurna sehingga setiap atom diletakkan pada tempat semula sebelum atom itu diubah menjadi energi guna melakukan tugas pokoknya.

Kemampuan instrumen transmisi gelombang elektromagnetik yang ada sekarang juga belum mumpuni. Instrumen termodern saat ini hanya mampu menghimpun gelombang elektromagnetik itu sebesar 60% saja dari total yang seharusnya terhimpun. Ini disebabkan berpencarnya gelombang itu diudara selama proses pengiriman.

Kita juga tahu bahwa untuk mengubah materi menjadi gelombang mikro harus melalui beberapa tahapan. Pertama, materi dirubah menjadi energi panas, lalu dirubah menjadi energi mekanik, kemudian dirubah lagi menjadi energi listrik. Dan terakhir, energi listrik ini dikirimkan dalam bentuk gelombang mikro. Proses yag cukup panjang ini mengakibatkan sebagian besar bagian dari materi akan hilang selama proses perubahan – perubahan tersebut. Hanya sebagian kecil saja yang dapat terkirimkan melalui gelombang mikro. Hasil maksimal yang mampu dicapai saat ini dalam pengubahan energi mekanik menjadi energi listrik tidak akan lebih dari 20%.

Dalam beberapa contoh kasus, kita melihat dalam teknologi nuklir, ketika uranium diproses untuk dirubah menjadi energi, maka yang berubah menjadi energi itu hanyalah bagian kecil dari uranium. Sementara sisanya tidak menjadi energi, tetapi hilang selama proses dalam bentuk panas nuklir. Energi panas ini dipancarkan secara radiasi selama ribuan dan jutaan tahun dan kemudian berubah menjadi anasir – anasir lain, dimana akhirnya menjadi timah.

Dengan demikian, apabila kita menggunakan teknologi yang ada sekarang untuk memindahkan singgasana Ratu Saba’ maka kita akan mendapatkan hanya sedikit saja bagian dari singgasana itu pada akhir proses. Proses dimulai dengan mengubah singgasana Ratu Saba' menjadi energi melalui suatu metode tertentu. Selanjutnya kita kirimkan energi ini via gelombang mikro ke tempat tujuan. Setelah sampai di tempat tujuan, kemudian gelombang ini kita ubah lagi menjadi bentuk materi asal. Pada tahap akhir ini, kita tidak akan mendapatkan lebih dari 5% dari bagian singgasana Ratu Saba' itu.

Sisanya hilang selama proses perubahan-perubahan itu. Jika kita lihat kemampuan teknologi yang ada sekarang ini, yang dalam praktiknya hanya mampu mengirimkan sebesar 5% dari materi asli ke tempat tujuan, maka hal ini tentu tidaklah cukup untuk membentuk kembali satu bagian kecil saja dari singgasana Ratu Saba' tersebut. Sulaiman barangkali hanya bisa menunjukkan secuil saja materi dari singgasana itu kepada Ratu Saba’.

Padahal dalam ceritanya, ketika Ratu Saba’ sampai di istana Sulaiman, betapa kagetnya dia melihat singgasanaya ada di situ.

Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?” Dia menjawab: “Seakan-akan singgasana ini adalah singgasanaku”, “kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”. (QS. An Naml:42).

Pesan dari cerita ini adalah:
  1. Maha suci Allah atas segala kebesarannya yang membuat manusia mampu melakukan hal – hal yang menakjubkan dengan ilmu yang diberikan-Nya. Kita harus selalu bersyukur atas segala karunia yang telah diberikan oleh Allah, jangan samapi kufur nikmat, karena suatu saat kita akan kembali kepada-Nya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa – apa yang telah dititipkan Allah kepada kita selama hidup di dunia.
  2. Kita tidak bisa mengatakan bahwa peradaban kita sekarang adalah peradaban yag paling maju dan modern. Buktinya, teknologi termutakhir yang ada sekarang ternyata tidak bisa melakukan seperti apa yang dilakukan oleh manusia pada zamannya nabi Sulaiman. Bayangkan coba! Bukankah nabi Sulaiman itu hidup beberapa generasi setelah Nabi Musa dan sebelum Nabi Isa. Sebelum Masehi donk!
  3. Kita harus selalu optimis bahwa kita bisa melakukan segal hal yang menakjubkan dengan ilmu – ilmu yang kita miliki. Bahkan kita bisa lebih unggul dari bangsa jin yang selalu kita kenal sebagai mahluk yang sakti, kayak jin-nya Alladin itu. Akan tetapi segal hal menakjubkan itu tidaklah dapat dicapai tanpa usaha. Untuk itu Allah berfirman:

    Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. (QS. Ar Rahman : 33).

    Kekuatan inilah yang harus kita cari dengan usaha keras, dan tetap banyak – banyak memohon kepada Allah.

Senin, 29 Juni 2009

IDE BISNIS II --- JASA INVESTASI BISNIS

Barangkali kalo ide bisnis kayak gini sebenarnya terlalu jauh. Tapi gak apalah. Semoga saya nantinya memang bisa jadi seorang trilyuner, sehingga bisa jadi investor besar. Amin Ya Rabbal ‘Alamiin!!!!

Aku melihat banyak sekali lomba – lomba ide bisnis yang diselenggarakan oleh perusahaan swasta, atau bahkan oleh pemerintah. Bagi yang ide bisnisnya punya prospek bagus maka akan diberi hadiah berupa pemberian modal. Tapi penyelenggara baik pemerintah maupun swasta sebenarnya tidak menganggap ini sebagai peluang mereka untuk menambah pendapatan, atau memperluas lapangan pekerjaan dan bisnis. Kalo pemerintah kan memang tanggung jawabnya, kewajibannya, untuk meninggkatkan kesejahteraan rakyat. Lomba ini tentunya suatu ajang bentuk perwujudannya untuk memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengembangkan diri. Tapi sebenarnya khawatir juga kalo ajang – ajang penyelenggaraan lomba ini hanya dijadikan alat agar pemerintah pusat mengucurkan dananya, jadi lahan basah deh!. Tapi semoga tidak ya! Kalo pihak swasta sepertinya tujuan penyelenggaraan lomba seperti ini adalah sebagai salah satu bentuk promosi mereka. Karena hal inilah penyelenggaraan lomba – lomba seperti ini sangat jarang, dan terbatas. Jadi terkesan eksklusif. Biasanya hanya untuk mahasiswa yang masih aktif. Sedangkan saya sudah tidak mahasiswa lagi!!! T_T

Kalo orang mau pinjam modal kita tahu biasanya mereka pinjam ke Bank. Dengan suatu jangka waktu pengembalian serta bunga tertentu peminjam harus mengembalikannya ke Bank sesuai kesepakatan. Pesyaratannya pun cukup rumit, harus punya ini punya itu dan sebagainya. Kalo yang gak punya apa – apa gimana coba? Trus, bunga bank itu kan HARAM! (Referensi : MUI). Lalu gimana, makan riba dan memberi riba jadi masalah krusial donk. Kalo demi alasan menjaga diri kan memang sebaiknya dihindari segala bentuk riba itu. Apalagi daku kan gak punya ilmu sekaliber orang – orang di MUI itu yang punya pengetahuan agama yang luas sehingga bisa memutuskan halal atau haram. Jadi daku ikut aja deh.

Menyangkut masalah seperti ini aku berpikir, harus ada suatu lembaga, badan usaha, atau organisasi, atau sejenisnya yang punya penawaran jasa memberikan modal dalam bentuk investasi. Persyaratan untuk mendapatkan modal dari lembaga ini tentunya harus lebih mudah. Sosialisasinya lebih luas, dan kredibilitasnya harus terjamin. Modal uangnya harus dari yang halal dan diinvestasikan untuk yang halal. Jadi tidak ada alasan untuk cuci uang. Semoga barokah!

Orang yang punya ide usaha kreatif akan dibantu diberikan modal, tetapi nantinya keuntungannya harus di-sharing dengan pihak pemberi modal. Lumrahnya sekitar 20 persennya saja atau berapa saja yang penting saling menguntungkan. Bagi mereka yang sudah punya usaha dan pingin mengembangkan usahanya juga bisa mendapat kucuran investasi.

Pihak investor dalam hal ini juga harus tidak tinggal diam. Mereka harus selalu berusaha melakukan pembimbingan, memberikan masukan, sekaligus juga melakukan pengawasan terhadap investasi mereka tersebut. Tentunya juga selalu berusaha untuk tidak terlalu ikut campur dalam masalah praktis di lapangan, karena hal itu sepenuhnya merupakan tanggung jawab yang punya usaha. Investor hanya memonitoring saja. Jadilah investor yang cerdas.

Contoh kasusnya seperti kisah entrpreneurnya Nabi Muhammad itu. Beliau kan diberi modal investasi oleh sitti Khadijah, untuk menjalankan perdagangannya. Lalu sistemnya bagi hasil. Trus mereka menikah, dimana akhirnya Nabi Muhammad pensiun dini demi menjalankan kewajiban syiar agama islam.

Jadi pihak pemberi modal tidak memakan riba, tetapi mendapat bagi hasil. Tapi tidak tahu ya, trus bedanya apa sama Bank Syariah itu! Oh….kalo Bank Syariah itu kan modalnya juga didapat dari simpanan nasabah. Juga ada sistem bagi hasilnya.

Kalo bisnis yang saya maksud ini kan modalnya, dari kumpulan orang – orang yang memang pengen investasi! Barangkali begitu aja perbedaannya.

IDE BISNIS I -- Jasa Pembuatan Pernak Pernik Pernikahan Via Order


Satu hal yang tidak pernah berubah dari kegiatan pernikahan, yaitu bahwa : pernikahan tidak pernah terpengaruh oleh yang namanya krisi global, BBM naik, sembako naik, kondisi politik, pilpres atau apalah. Intinya, orang yang mau menikah pasti ada saja setiap saat. Sepanjang hari setiap tahun musim kawin mode : on. Dan orang bersedia mengeluarkan berapa saja untuk menyelenggarakan pesta pernikahan yang meriah. Mereka menganggap pernikahan sebagai sesuatu yang tidak sering terjadi dalam hidup mereka sehingga sebisa mungkin mereka selalu menurutkan kemauannya dan juga kemauan pasangannya dalam apa – apa yang akan dilakukan dan diperlihatkan selama proses pesta pernikahan. Pesta Pernikahan menjadi ajang untuk meraih prestise yang tinggi dalam masyarakat. Prestise di bidang materil tentunya.

Jadi dari sisni bisa diketahui kalau bisnis yang berhubungan dengan pernikahan bisa dikatakan punya pospek yang bagus.

Kita tahu beberapa bisnis yang berhubungan dengan pernikahan. Bisa berupa jasa catering, gaun pengantin, penyewaan gedung, hiburan – hiburan life performance, atau bahkan ada yang menyediakan jasa wedding organizer, dimana kesemuanya itu mereka yang mengatur.

Tapi di sini kita akan fokus pada barang imut – imut yang sering diberikan pihak yang punya gaweaan (penyelenggara). Kita biasa menyebutnya sebagai pernak pernik. Apabila kita datang ke suatu pesta pernikahan biasanya kita diberikan souvenir, diantaranya bisa berupa gantungaan kunci dengan bentuk yang aneh – aneh. Nah, disinilah kita akan bekerja.

Pernak - pernik yang bisa kita buat yaitu yang berbasis polymer (plastik). Tahap pembuatannya berjenjang. Pertama perlu didesain dulu barang apa yang akan kita buat. Kita gambar di kertas, berikut ukurannya. Tentunya gambarnya harus tiga dimensi. Bisa juga dua dimensi tapi kayak gambar teknik gitu. Ada tampak depan, tampak samping kiri, samping kanan, atas dan bawah---seperlunya sesuai kebutuhan. Setelah gambarnya fix, kemudian kita buat pola atau masternya, dimana pola atau master ini merupakan bentuk real dari gambar tadi, atau barang nyatanya, bukan gambar. Kita bisa membuat pola ini dengan mudah dari bahan malan yang biasanya aku sebut juga sebagai plastisin, mainannya anak TK itu. Memakai bahan ini cukup mudah, karena tinggal pencat – pencet sana sini, jadi dah bentuk – bentuk yang aneh. Kita bisa gunakan juga bahan dari lempung, yang kemudian dibuat kayak orang – orang kalo buat kerajinan lempung itu. Bisa juga dibuat dari kayu, dengan dipahat layaknya seorang seniman. Atau kalo mau agak nyentrik bisa juga pake batu, dipahat, kayak buat berhala.

Setelah selesai buat masternya trus disiapin bahan – bahan untuk membuat cetakan dan produknya, seperti silicon rubber, gips, resin, dan katalis. Kalo tidak pake resin bisa juga pake bijih plastik, tapi proses pembuatannya agak lain.

Untuk membuat cetakan produk, Silicon rubber tadi diambil secukupnya kemudian dicampur dengan katalis, diaduk sampai merata, lalu secepatnya tuangkan secara merata pada master tadi. Dalam proses ini harus diatur sedemikian rupa sehingga nantinya master dapat dikeluarkan dari silicon rubber setelah silicon rubber ini memadat. Tapi jangan dikeluarkan dulu. Setelah silicon rubber agak mengeras, selubungi dengan gips setelah sebelumnya gips ini dicampur dengan air secukupnya (seperti buat adonan semen). Menyelubungi dengan gips ini caranya sama dengan penyelubungan dengan silicon rubber tadi. Dilakukan sedemikian rupa sehingga nantinya master bisa dikeluarkan. Kalo sudah kering berarti cetakan sudah selesai. Master dikeluarkan dari cetakan. Cetakan ini juga nantinnya

Selanjutnya tahap pengecoran produk. Apabila menggunakan resin, maka resin dicampur dengan katalis secukupnya, diaduk, lalu dituangkan ke dalam cetakan. Ditunggui beberapa lama, lalu tinggal dikeluarkan dari cetakannya. Jadi deh!

Apabila menggunakan bijih plastik lain lagi caranya. Karena bijih plastik berupa zat padat, maka harus dicairkan terlebih dahulu. Bijih besi dipanaskan (bukan dibakar ya!) hingga mencair, lalu segera dituangkan ke dalam cetakan. Didiamkan beberapa lama, maka cairan bijih besi nanti akan memadat. Lalu dikeluarkan dari cetakan. Jadi juga deh!

Setelah jadi kita perlihatkan dulu kepada konsumen, apakah sudah cocok dengan barangnya. Biasanya kan orang yang mau nyelenggarakan pesta pernikahan pingin namannya tertulis di souvenir itu. Atau barangkali tidak cocok dengan warnanya, jadi nanti tinggal merubah cat atau merubah pewarna.

Kalo sudah fix ya tinggal perbanyak cetakannya lalu segera produksi massal. Lembur….. lembur……..!!! T_T

Kita bisa tawarkan bentuk – bentuk yang telah disediakan oleh kita sendiri berdasarkan sample produk dari order – order yang telah lalu. Atau juga dari kreasi kita sendiri. Dan karenanya kita telah punya masternya atau polanya. Jadi kita tinggal perbanyak. Apabila konsumen menginginkan yang ini tentu harganya lebih murah.

Apabila konsumen punya pemikirannya sendiri, dan menggambar desainnya sendiri dan pinginnya bentuk yang lebih aneh, tentu harganya harus lebih mahal, karena kita masih perlu membuat master baru. Tambah ongkos produksi.

Dalam proses penawarannya tentu tidak bisa kalo hanya tinggal diam. Kita harus punya katalog yang berisi foto – foto contoh produk kita, dan kita sebarkan ke seluruh plosok dunia. Bisa juga disebarkan via internet. Kalo perlu di setiap daerah ada agen – agen.

Kalo untuk modal sebenarnya tidak terlalu mengikat. Barangkali hanya butuh tempat agar pelanggan tidak bingung harus cari kita ke mana. (kalo yang ini kendalaku). Tempatnya juga harus siap – siap dikotori karena pembuatannya agak sedikit bermusuhan dengan alat pel lantai. (Yang punya kontrakan tentu tidak terima hal ini T_T)Bahan resin pun murah untuk satu kilogram (kayak tas kreksekan gitu) harganya sekitar 25 ribu. Kalo bijh plastik kayaknya lebih murah lagi. Silicon rubber sekitar seratus – dua ratus ribu. Gips harganaya sangat murah, Cuma agak lupa berapa ya? Selebihnya tinggal pemasaran, buat catalog, disesuaikan saja dengan bujget. Kalo disebarkan lewat internet tinggal dipajang aja di forum – forum, seperti facebook atau blog. Kalo mau bisa juga desain website sendiri.

Selanjutnya tinggal berdoa aja semoga bisnis lancar. Jadi siap – siap lembur. Kalo sukses jangan lupakan aku ya! Saya masih pengangguran ini. (saat tulisan ini dibuat). Gak ada modal!!!

Rabu, 03 Juni 2009

MUNGKINKAH MENGHIDARI SEBUAH SURATAN TAKDIR?


Cobalah sejenak kita merenung untuk memikirkan secara mendalam tentang suatu rezeki yang pernah kita dapatkan, atau suatu musibah yang pernah menimpa kita. Lalu, lebih jauh lagi, pikirkanlah alur – alur dan proses yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa tersebut dengan segala aspek hubungan sebab akibatnya. Kita nantinya akan menemukan sebuah rahasia tersembunyi dari suatu sistem kehidupan.

Rezeki atau musibah, kemujuran atau kemalangan, kesemuanya seringkali kita dapati hanya dalam sekejap mata. Akan tetapi hal ini menimbulkan suatu kesan yang tak terlupakan. Dalam mendapatinya yang secara tiba – tiba dan tak terduga – duga ini, ternyata dibalik itu terdapat suatu proses panjang dan rumit yang melatarbelakanginya. Begitu rumitnya sampai – sampai kita tidak pernah dan mampu memikirkannya secara mendetail. Peristiwa – peristiwa tersebut disusun melalui suatu hukum sebab – akibat yang saling berkombinasi dengan suatu cara yang cerdas dan sulit dibayangkan, dimana kemudian mempertemukan kita dengan sesuatu hal yang bisa disebut sebagai suatu ketetapan Tuhan atau takdir. Takdir ini bisa berupa suatu kebaikan atau keburukan.

Untuk lebih bisa memahami secara konkret bagaimana skenario kehidupan yang begitu rumitnya berjalan, kita bisa menyimak sepenggal adegan dalam film “The Curious Case of Benjamin Button” yang dibintangi oleh Brad Pitt. Penggalan kisah dalam film ini menceritakan tentang beberapa skenario kehidupan sejumlah orang yang tidak saling mengenal, dimana kemudian memicu terjadinya suatu kecelakaan fatal yang menimpa salah satu tokoh utama dalam cerita tersebut, Daisy. Berikut ceritanya:

Seorang wanita di Paris sedang dalam perjalanannya untuk berbelanja dan telah menuruni tangga apartemennya. Tetapi ia melupakan jaketnya, sehingga ia kembali ke kamar apartemen untuk mengambilnya. Ketika ia mendapatkan jaketnya, teleponnya berdering, jadi ia berhenti untuk menjawab dan berbincang – bincang untuk beberapa menit. Sementara wanita itu sedang menelpon, di suatu tempat lain, di gedung teater Paris Opera Hose, Daisy sedang latihan persiapan terakhir untuk sebuah penampilan konser tari balet nanti malam. Dan sementara dia masih berlatih, wanita tadi telah menyelesaikan perbincangannya di telpon, lalu ia pergi keluar untuk mendapatkan taksi. Wanita tersebut memberi aba – aba pada taksi yang akan lewat. Taksi pertama itu pun berhenti, namun ternyata orang lain mengambil kesempatan si wanita itu untuk manaiki taksi pertama tersebut. Lalu, ia pun menunggu taksi lain.

Seorang supir taksi lain yang melepaskan seorang calon penumpangnya, berhenti untuk mendapatkan secangkir kopi. Saat itu, di tempat yang lain, Daisy masih tetap latihan. Dan supir taksi tadi, yang melepaskan bayaran pertamanya, dan yang berhenti untuk mendapatkan secangkir kopi, melajutkan pekerjaannya dan kemudian mengangkut wanita tadi yang ingin pergi berbelanja, yang telah kehilangan kesempatan menumpang taksi sebelumnya. Setelah beberapa saat taksi itu berjalan, taksi terpaksa berhenti mendadak karena seorang laki – laki menyebrang jalan secara tiba – tiba. Laki – laki itu terburu – buru karena hanya punya sisa waktu lima menit lagi untuk sampai di tempat kerjanya tepat waktu. Keterburu – buruannya itu dikarenakan ia terlambat bangun akibat lupa mengeset alarmnya tadi malam.

Sementara laki – laki tadi menyebrang jalan dan taksi terhenti sesaat, di tempat lain, Daisy menyelesaikan latihannya dan pergi mandi. Sementara Daisy sedang mandi, taksi yang mengangkut wanita tadi sedang berhenti di luar Butik, menunggu si wanita untuk mengambil paket, dimana ternyata paket pesanannya belum dibungkus karena gadis penjaga butik yang seharusnya membungkus paket pesanannya tersebut telah putus cinta dengan kekasihnya malam sebelumnya, sehingga ia terlupa akan tugasnya. Dengan penuh ucapan maaf kepada si wanita, gadis itu pun segera membungkus paket tersebut.

Ketika paket selesai dibungkus, wanita tadi kembali ke taksi dan melanjutkan perjalanannya. Lalu, sesaat kemudian, taksi tersebut terhalang oleh truk pengiriman barang dan terjebak kemacetan sesaat. Sementara itu di tempat yang lain, Daisy telah selesai mandi dan sedang berpakaian. Truk pengiriman barang kemudian menyingkir sehingga taksi bisa bergerak dan melanjutkan perjalanannya kembali. Di tempat lain, Daisy menjadi orang terakhir yang selesai berdandan, lalu dia keluar ruangan dandan dan mendapati seorang temannya sedang memasang tali sepatunya yang lepas. Ia memutuskan untuk menunggui temannya tersebut sampai selesai memasang tali sepatunya. Pada saat taksi dalam perjalanannya, taksi tersebut kemudian berhenti lagi sesaat karena lampu merah lalu lintas sedang menyala. Sementara pada saat yang sama di tempat lain, Daisy dan temannya keluar dari pintu belakang teater dengan penuh canda tawa, hendak menyeberang jalan yang sekilas tampak sepi dan aman.

Kemudian taksi telah berada di jalan yang sama dengan Daisy dan semakin mendekatinya. Daisy, dalam suasana canda tawa dengan temannya, tidak menyadari bahwa sebuah taksi sedang menuju ke tempatnya. Sesaat, si supir merasa terkejut karena secara mendadak Daisy menyebarangi jalan. Si sopir panik, dan taksi itu pun menabrak Daisy. Kakinya patah sehingga ia harus meninggalkan mimpinya untuk tampil di Paris Opera House nanti malam. Bahkan lebih parah lagi, sepertinya sangat kecil kemungkinannya bagi Daisy untuk bisa kembali menari balet lagi.


Kita bisa melihat dari cerita tersebut, jika satu hal saja dari rangkaian peristiwa itu berbeda kejadiannya, misalnya saja jika tali sepatu teman Daisy tidak lepas, atau truk pengiriman bergerak lebih cepat sehingga tidak menghalangi perjalanan taksi, atau paket telah terbungkus dan siap dijemput karena gadis tadi tidak putus cinta dengan kekasihnya tadi malam, atau laki – laki yang terlambat bangun tidak lupa mengeset alarmnya dan bangun lima menit lebih awal, atau supir taksi tadi tidak berhenti untuk secangkir kopi, atau wanita tadi tidak lupa akan jaketnya dan telah mendapatkan taksi yang pertama, atau Daisy berdandan lebih cepat, Daisy dan temannya tentu bisa menyeberangi jalan dengan mulus, dan taksi melewati mereka berdua tanpa terjadi apa – apa.

Karena hal tersebut hanyalah sebuah cerita fiksi, kemungkinan besar, kita tidak akan pernah tahu sampai sedetail itu peristiwanya apabila kita melihat di kehidupan nyata. Akan tetapi, kisah nyata musibah yang pernah kita alami tentu saja sebenarnya mengandung jalinan – jalinan peristiwa yang disusun melalui proses yang sama seperti dalam cerita tersebut.

Lalu bagaimana halnya apabila seandainya kita punya kemampuan untuk mengetahui jalinan skenario yang akan kita jalani atau mungkin mempunyai suatu kemampuan untuk mengubah masa lalu sehingga apa – apa yang kita harapkan bisa terjadi di masa sekarang. Apakah kita kemudian bisa menghindari musibah yang akan menimpa kita?

Kisah dalam film “The Time Machine” yang diadaptasi dari novel karangan H. G. Wells memberikan contoh ketidakberdayaan manusia untuk mengubah takdir seberapa pun hebatnya kekuatan yang kita miliki. Berikut ceritanya:

Dikisahkan, seorang ilmuwan, karena kesibukannya di laboraturium, datang terlambat untuk memenuhi janjinya bertemu dengan sang kekasih di taman. Sesaat kemudian, di tempat yang sepi dari taman tersebut, perampok menghadang dan meminta paksa barang – barang berharga milik kedua pasangan tersebut. Sayangnya, karena tegang, si perampok secara tidak sengaja menarik pelatuk senjata apinya, sehingga timah panas pun menghantam tubuh sang gadis. Dia pun tewas, si perampok kabur, dan si ilmuwan hanya bisa meratapi mayat kekasihnya.

Dengan segala kemampuan ilmu pengetahuan yang dimiliki, si ilmuwan pun berniat mencegah terjadinya musibah itu sehingga kekasihnya bisa tetap hidup. Ia lalu menciptakan sebuah mesin waktu. Mesin waktu pun selesai dibuat dan ia kemudian menggunakannya untuk kembali ke masa lalu, menuju suatu waktu saat dia hendak mendatangi sang kekasih di taman. Dia lalu mendatangi kekasihnya lebih cepat sebelum dirinya di masa yang lalu datang, dan meyakinkannya untuk ikut bersamanya menjauhi taman, guna menghindari si perampok yang diketahui akan menghadang mereka nanti.

Dengan penuh keyakinan, sang ilmuwan telah menganggap bahwa dirinya telah berhasil melawan suratan takdir. Di tengah perjalanan dengan sang kekasih, si ilmuwan pun berniat meninggalkan kekasihnya dan menyuruhnya menunggu sejenak untuk membelikan sang kekasih sekuntum bunga. Tak lama kemudian, sebuah kereta kuda kehilangan kendali dan menabrak si gadis saat si ilmuwan meninggalkannya sebentar untuk membeli bunga. Si ilmuwan yang sedang memilah – milah bunga yang akan diberikannya kepada sang gadis, tak jauh dari tempat kejadian, terkejut dan dengan harap – harap cemas segera menerobos keramaian orang yang sedang menyaksikan mayat korban kecelakaan. Dia lalu mendapati bahwa kekasihnya lah yang menjadi korban kecelakaan tersebut dengan kondisi mengenaskan.

Begitulah seterusnya. Setiap kali si ilmuwan kembali ke masa lalu untuk menghindari segala hal yang memungkinkan kekasihnya tewas, musibah itu tetap saja terjadi dalam suatu bentuk yang lain, bahkan lebih mengenaskan. Dan akhirnya ia menyerah dan menyadari untuk merelakan kepergian sang kekasih.


Setelah membaca cerita di atas, coba bandingkanlah dengan nilai – nilai kebenaran yang terkandung di dalam Al-Quran. Allah SWT telah memperingatkan manusia bahwa mereka dengan cara apapun tidak akan pernah bisa menghindari ketetapan-Nya. Allah berfirman:

………………………Katakanlah: "Sekiranya kamu berada (bersembunyi) di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu, keluar juga ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (dalam QS Al-Imron:154)

Lalu bagaimanakah kita seharusnya menyikapi kesadaran ini?

Tabah dan berserah diri kepada ketetapan Tuhan merupakan jawabannya. Bersabar akan menimbulkan sikap berpikir positif dimana merupakan suatu awalan yang terbaik dalam menyikapi segala musibah yang sedang kita hadapi. Dengan bersikap tenang dan berpikir positif kita akan bisa menjaga diri untuk bisa berpikir sehat sehingga bisa mengambil sikap secara positif terhadap musibah yang kita alami.

Segala rejeki yang datang kepada kita, semuanya adalah berkat kemurahan dari Allah. Sedangkan segala musibah yang menimpa kita semuanya adalah akibat perbuatan kita sendiri. Allah tidak pernah menzalimi siapapun, justru manusialah yang seringkali menzalimi diri sendiri. Dengan menzalimi diri sendiri, orang tentu juga kemudian menzalimi oraang lain, secara sadar maupun tidak. Orang yang tidak beribadah kepada Allah adalah orang yang menzalimi diri sendiri, karena memang untuk itulah manusia diciptakan. Apabila manusia tidak melaksanakan apa – apa yang diperintahkan Allah maka dia mengingkari tujuan penciptaannya itu. Orang – orang seperti inilah yang dikatakan orang yang zalim.

Kita bisa belajar mengenai hal ini dari sebuah kisah yang diceritakan dalam Al-Quran, yaitu kisah Nabi Ya’kub dan anaknya, Nabi Yusuf. Kisah ini diceritakan dalam Surat Yusuf, yaitu surat ke – 12 dalam Al-Quran.

Diceritakan bahwa Yusuf kecil menceritakan perihal mimpinya kepada ayahnya, Nabi Ya’kub AS.

"Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya bersujud kepadaku." (QS Yusuf:4).

Ayahnya berkata, "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, karena mereka akan membuat makar untuk membinasakan mu." (QS Yusuf : 5).

Dari dialog tersebut bisa dilihat bahwa Nabi Ya’kub sebenarnya telah mengetahui, dengan izin Allah SWT, peristiwa dan skenario kehidupan yang akan dijalani Yusuf kecil. Hal ini membuatnya melarang Yusuf kecil untuk menceritakan mimpinya itu pada saudaranya karena memang begitulah seharusnya cerita itu berjalan. Beliau tahu bahwa Yusuf kelak akan menjadi seorang Nabi dan juga seorang yang terpandang. Beliau juga mengetahui bahwa saudara – saudaranya akan iri terhadap kelebihan yang dipunyai Yusuf dan akan mempunyai niat buruk terhadapnya.

Sementara itu, di sisi lain, Yusuf kecil belum mengetahui perihal arti dari mimpinya itu karena Allah SWT baru memberikan pengetahuan kenabian dan kelebihan – kelebihan seperti kemampuan menakwil mimpi saat dia telah mencapai usia dewasa.

“Dan tatkala dia (Yusuf) cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Yusuf : 22)

Nabi Ya’kub meyakini bahwa walaupun dia mempunyai pengetahuan terhadap masa depan yang diberikan Allah, tetapi tetap saja takdir Allah tidak bisa dihindari. Walaupun beliau sangat bersedih ketika mengetahui bahwa perjalan hidup yang akan dijalani Yusuf sangat berat, tetapi beliau sadar bahwa skenario Tuhan tidak bisa dilawan. Beliau sadar bahwa kalaupun dia menghindari hal itu, akhirnya skenario itu akan tetap terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Ya’kub benar - benar seorang yang terpilih, dimana memiliki ketabahan yang luar biasa dan selalu taat untuk menjalankan segala yang diperintahkan Tuhan.

Petuah Nabi Ya’kub bahwa takdir Allah tidak bisa dihindari ditunjukkan dalam surat Yusuf ayat ke – 67 dan ke – 68. Anak – anak nabi Ya’kub memaksa beliau untuk mengijinkan agar mereka bisa membawa serta Bunyamin, anak kesayangannya selain Yusuf, demi memperoleh jatah gandum yang lebih banyak dari pembesar Mesir. Nabi Ya’kub mengabulkan permintaan mereka dan menyuruh mereka agar memasuki negeri Mesir melalui pintu yang berlainan. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa takdir ditangkapnya Bunyamin oleh penjaga Mesir yang telah diketahui Ya’kub bisa dihindari.

Dan Yakub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikit pun daripada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri". (QS Yusuf:67)

Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikit pun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Yakub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS Yusuf:68)

Dalam cerita selanjutnya, Anak – anak Ya’kub telah menuruti perintah ayahnya untuk memasuki Negeri Mesir melalui jalur yang berbeda – beda dengan maksud menghindari suatu malapetaka kehilangan Bunyamin, seperti telah sebelumnya diketahui Nabi Ya’kub melalui kekuatan Allah. Namun demikian, anak – anak Ya’kub tetap saja mengalami musibah tersebut, dimana Bunyamin akhirnya ditahan pembesar Mesir (yang sebenarnya adalah Yusuf) karena dituduh mencuri. Coba bandingkan kisah ini dengan kisah si Ilmuwan yang mencoba menyelamatkan kekasihnya dalam film “the Time Machine”. Takdir memang tidak bisa dihindari.

Dari kisah – kisah tersebut, ada pelajaran yang bisa diambil. Kita sebenarnya hanyalah memainkan skenario kehidupan dari Tuhan. Entah apakah kita dalam suatu skenario kehidupan ini kemudian diantarkan kepada suatu peristiwa mendapatkan suatu kebaikan atau keburukan, kemudahan atau kesulitan, kesemuanya sudah merupakan sebuah takdir. Kalau pun misalnya kita mempunyai kemampuan seperti Nabi Ya’kub, bisa mengetahui apa – apa yang akan terjadi pada kita di masa depan, dan kemudian kita berupaya untuk mencegahnya atau mengadakan suatu manipulasi terhadapnya dengan maksud mengambil keuntungan seperti halnya yang dilakukan si ilmuwan dalam cerita fiksi ilmiah “the Time Machine”, sangat sulit untuk bisa dikatakan bahwa kita bisa menghindari ketetapan itu. Secara sadar ataupun tidak, nantinya pastilah kita akan selalu memenuhi takdir tersebut, suka maupun tidak. Itulah ketetapan Allah SWT, Yang Maha Menetapkan (Yaa Qodiir), dimana kita sama sekali tidak bisa menghindarinya. Dan inilah penjelasan yang paling masuk akal mengenai bagaimana seluruh sistem kehidupan ini terbentuk.

Sebagai tambahan, karena kita tidak pernah tahu secara pasti akan apa – apa yang akan terjadi di masa depan, dan kita tidak bisa mengubah masa lalu, barangkali langkah yang paling bijak adalah kembali fokus ke masa sekarang, saat ini, dimana kita berada. Bukan keputusan yang bijak apabila kita hanya berpangku tangan dengan alasan menganggap bahwa semuanya hanya sekedar skenario. Atau kita hanya duduk diam dan menunggu takdir mendatangi kita. Terjebak pada pandangan masa depan yang hanya akan menimbulkan halusinasi dan khayalan, sehingga hanya akan membuang waktu, karena hidup kita akan terisi dengan angan – angan kosong. Atau malah meratapi hal – hal di masa lalu yang tidak akan pernah bisa kita ubah. Hal ini akan menjauhkan kita dari sikap produktif yang kita butuhkan apabila kita menginginkan untuk mengubah nasib kita. Seharusnya kita mengisi waktu saat ini dengan mengusahakan secara maksimal apa – apa yang bisa kita lakukan dan inginkan. Dengan tetap berpikir secara positif terhadap hal – hal yang sedang kita hadapi saat ini, kita bisa melahirkan karya – karya yang berguna, untuk diri sendiri maupun orang lain.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari hal ini, dan janganlah musibah yang menimpa kita menambah kesesatan kita.

Dan dengan segala kekurangan yang saya miliki, semoga apa yang saya sampaikan ini bisa bermanfaat. Akhir kata, bolehlah saya tutup artikel ini dengan sebuah kata bijak yang diucapkan oleh suhu kura – kura dalam sebuah film animasi “Kungfu Panda”.

Future is a mystery (masa depan adalah misteri)
The past is a history (masa lalu adalah sejarah)
But right now, right now is a gift (tetapi saat ini, saat ini adalah anugrah)